Eksklusif: Tips Intan Aletrino Mendidik Anak yang Lahir sebagai Generasi Alpha
Bisa melek dan lihai teknologi, tetapi juga dekat dengan kedua orangtuanya!
19 April 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Generasi Alpha adalah anak-anak yang lahir dari Genarasi Millennials atau Y dan adik dari Generasi Z. Kelompok yang masuk ke generasi ini adalah anak-anak yang lahir pada tahun 2010 sampai 2025.
Sebutan Generasi Alpha muncul pada tahun 2005 yang ditentukan dari hasil survey oleh Mark McCrindle, seorang analis sosial dan demografi. Karena saat ini Generasi Alpha kebanyakan masih anak-anak di bawah umur di tahun 2022, belum terlihat dengan jelas karakter khusus yang mereka miliki.
Namun, anak-anak dari generasi ini diperkiraan tak berbeda jauh dengan Generasi Z soal kelihaian menggunakan teknologi. Bahkan, Generasi Alpha disebut memiliki potensi lebih tinggi untuk sukses di industri digital jika dibandingkan dengan Generasi Z.
Melihat hal itu, Intan Aletrino pun membagi pandangannya soal cara mendidik anak yang lahir di Generasi Alpha ini. Ya, Millennial Mama of the Month edisi April 2022 ini melahirkan anak pertamanya Izra Rayyan pada tahun 2020 lalu.
Izra saat ini masuk ke dalam kategori anak yang lahir sebagai Generasi Alpha. Di mana keterpaparan sang Anak dengan teknologi sudah kuat, bahkan sebelum Izra lahir ke dunia.
"Banyak ungkapan kalau jadi orangtua di zaman sekarang itu susah, anak-anak terlanjur terpapar teknologi. Banyak kekhawatiran, tapi ya it is what it is. Kembali lagi, kalau saya tetap membatasi ketika dia masih kecil. Tetapi ya kita juga harus bisa hidup berdampingan dengan itu. Belum lagi sekarang semuanya juga sudah integrated lewat teknologi kan," tutur Intan dalam wawancara khusus dengan Popmama.com.
Runner-up Puteri Indonesia tahun 2016 lebih lanjut menjelaskan soal peran kedekatan orangtua kepada sang Anak di generasi ini. Pasalnya, kita bisa tetap membentuk pribadi anak yang baik seiring dengan perkembangan teknologi yang makin canggih.
Berikut Popmama.com rangkum cerita Intan Aletrino selengkapnya.
1. Tak mau mengekang, Intan ingin sang Anak mahir teknologi dan sosialnya
Kesan geek kerap disematkan kepada orang yang terlalu dalam terpaku dengan teknologi. Padahal jika diseimbangkan dengan baik, kita bisa mengambil manfaat dari kemajuan teknologi ini terutama untuk anak kita kelak.
Intan sendiri menuturkan tak mau terlalu mengekang anak. Apalagi ketika ia sudah cukup umur untuk dikenalkan pada fase-fase tertentu di teknologi yang ada.
Terpenting baginya adalah keseimbangan. Sebagai orangtua kini ia mengatur screen time Izra dan waktu bermainnya. Upaya ini adalah salah satu hal dasar yang dilakukan Intan agar Izra melatih kemampuan bersosialnya secara baik meski hanya di sekitar rumah saja.
"Saya tidak terlalu mengekang, karena pada akhirnya dia juga harus paham kelak. Hanya kalau sekarang pasti harus diawasi oleh kita sebagai orangtua. Kalau dilihat sudah beda sekali, di umur Izra sekecil sekarang dia sudah native technology. Minimal dia sudah tau remote untuk apa, dia juga sudah tahu fungsi telepon, dia bisa angkat ponsel langsung bilang 'halo?'. Hal-hal itu sudah dia tahu sejak kecil," tuturnya.
Sebagai orangtua kita juga setiap hari berhubungan dengan teknologi untuk beraktivitas. Tak mungkin anak tidak melihat kebiasaan ini, dari sana saja si Kecil sudah bisa melihat bahwa tingkat keterpaparan teknologi di generasi ini sudah sangat terlihat jelas. Bahkan dalam bentuk kecil seperti tadi.
"Sudah juga untuk kita tidak menunjukkan ponsel sama sekali kan? Karena aktivitas kita juga di sana. Saya tetap perkenalkan, tetapi harus balance. Kita harus membentuk kemampuan sosial dia juga. Jangan sampai diajak ngobrol dengan orangtuanya susah karena terlalu ke gadget terus," jelas Intan.
Editors' Pick
2. Melek teknologi harus, waktu bermain khusus tanpa gadget juga tak boleh ketinggalan
Sudah terpapar teknologi sejak bayi, tentunya membuat pengetahuan anak dan tingkat informasi soal teknologi itu bisa lebih cepat diserap oleh si Kecil. Intan berpandangan kalau Izra kelak harus melek teknologi.
"Kalau tidak nanti Izra akan ketinggalan. tetapi juga jiwa sosialnya dilatih dari kecil," lanjutnya.
Soal waktu khusus antara dirinya dan Izra tidak melibatkan teknologi adalah saat bermain bersama. UNICEF sendiri memang mendorong orangtua setidaknya meluangkan waktu 30 menit sehari fokus menemani anak bermain.
Sebab bermain ini menjadi waktu yang penting untuk anak bereskplorasi. Banyak studi menunjukkan dengan bermain bersama anak banyak aspek yang terasah. Di mana bermain adalah cara yg paling efektif mengoptimalkan perkembangan anak.
"Kalau sudah tidak ada kepentingan, dan waktu khusus main dengan Izra saya tidak pegang ponsel sama sekali. Karena ponsel juga menjadi distraksi dia waktu main. Tantangan kita sebagai orangtua harus mengontrol penggunaan gadget di depan mereka. Kalau sudah waktunya main ya jangan diganggu gugat. Fokus main saja, jangan pegang ponsel atau hal-hal lain. Anak kecil mungkin masih tidak mengerti tapi dia sudah memerhatikan," ujar Intan Aletrino.