Musim mudik telah tiba, saat dimana jutaan orang kembali ke kampung halaman untuk merayakan momen spesial bersama keluarga. Bagi mama yang memiliki anak balita, perjalanan mudik bisa menjadi tantangan tersendiri dalam menjaga kesehatan dan kenyamanannya.
Mengingat sistem kekebalan tubuh anak yang masih berkembang, perjalanan jauh dan perubahan lingkungan dapat meningkatkan risiko penyakit. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu orangtua pertimbangkan agar si Kecil tetap sehat melakukan mudik di rumah keluarga.
Untuk menjawab pertanyaan seputar kesehatan anak yang ikut mudik, dr. Dwinanda Aidina, Sp. A, Subsp. I. P. T, Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Anak Subspesialis Kesehatan Anak Infeksi dan Penyakit Tropis RS Pondok Indah - Puri Indah menjelaskan beberapa risiko penyakit yang bisa terkena oleh anak dan pencegahannya.
Berikut Popmama.com rangkum tips menjaga anak balita tetap sehat saat mudik Lebaran.
1. Saran usia minimal anak boleh dibawa mudik
Pexels/Yan Krukau
Merantau ke kota dan kembali ke kampung halaman biasanya tidak hanya membawa cerita. Melainkan keluarga kecil yang tercipta dan ikut diboyong untuk merantau. Membawa anak dan istri mudik juga sebagai obat rindu keluarga besar di kampung dengan mereka.
Lantas umur berapa sebaiknya anak bisa dibawa mudik?
Menurut dr. Dwinanda sebenarnya tidak ada usia tertentu. Hanya saja sebaiknya disarankan anak bisa dibawa bepergian jauh saat sudah memenuhi seluruh vaksinasi dasarnya.
"Sebenarnya kalau pakai transportasi umum, misalnya pesawat usia 7 hari sudah boleh. Tidak hanya perjalanan jauh tetapi untuk bepergian juga sebaiknya balita ini sudah melengkapi seluruh vaksinasi dasar yang biasanya selesai di usia 9 bulan atau 1 tahun," tuturnya dalam eksklusif interview dengan media pada Jumat (5/4/2024).
Oleh karenanya ketika tidak darurat sama sekali, sebaiknya perjalanan jauh itu bisa ditunda. Dokter menyarankan untuk melengkapi seluruh vaksinnya dulu.
2. Penuhi vaksinasi dasar anak sebelum bepergian
Freepik
Masih menyambung dengan usia minimal anak boleh dibawa mudik, dr. Dwinanda Aidina juga menekankan agar orangtua melengkapi vaksinasi anak. Karena vaksin ini bertujuan untuk melindungi imunitas tubuh anak yang belum sempurna.
Saat bertemu keluarga besar, anak-anak rentan terkena infeksi dan virus yang menular. Mulai dari cacar, HFMD (penyakit tangan, kaki, dan mulut), hingga flu dan batuk. Untuk yang mudik ke daerah yang memiliki penyakit endemi bisa diberikan vaksinasi tambahan sesuai saran dokter.
"Sebaiknya dilengkapi semua vaksinasinya baik yang pemerintah dan IDAI," pungkasnya.
Editors' Pick
3. Disarankan tidak mudik menggunakan motor
Unsplash/Fikri Rasyid
Moda transportasi untuk mudik Lebaran beragam, dari jalur darat, laut hingga udara. Salah satu yang banyak dipilih yakni menggunakan sepeda motor. Menurut dr. Dwinanda, pilihan moda transportasi roda dua ini sebaiknya tidak dipilih untuk mudik, apalagi jika memiliki balita.
Pasalnya saat balita dibawa dengan motor dan melakukan perjalanan jauh bisa ada sejumlah risiko. Dari kedinginan, ruam kulit karena pakaian hingga terkena banyak polutan di udara.
"Mudik menggunakan motor tidak disarankan karena imunitas balita masih lemah. Belum ideal untuk mengenakan masker juga. Jadi banyak polusi yang akan bisa terhirup dan masuk ke tubuhnya," tuturnya.
4. Waspada terkena infeksi terhadap penyakit endemik
Freepik/bristekjegor
Saat akan bepergian jauh, orangtua tidak hanya memikirkan selama di perjalanan melainkan juga daerah tujuan mudik tersebut. Jika akan bepergian ke daerah yang memiliki penyakit endemik maka perlu lebih berwaspada.
Orangtua bisa mencegah dan meminimalisir risiko dengan melengkapi vaksinasi anak dengan penyakit tersebut sesuai anjuran dokter. Ini juga berlaku saat akan bepergian tidak hanya untuk mudik ya.
"Ada vaksin yang diberikan ketika akan pergi ke daerah endemis misalnya vaksin Japanese Encephalitis karena virusnya masih banyak di daerah Bali. Lalu vaksin malaria jika akan ke Papua karena penyakit itu endemik di sana. Sama juga vaksin flu, baiknya juga dilengkapi karena ada dimana-mana. Sekarang juga ada vaksinasi DBD (minimal usia 6 tahun). Melengkapi vaksin sesuai usianya," jelas dr. Dwinanda.
5. Risiko penyakit kaki, tangan, mulut besar saat kumpul keluarga
Pexels/Tatiana Syrikova
Meski penyakit HFMD atau penyakit kaki, tangan, mulut ini cukup ringan, penyebarannya bisa sangat masif. Menurut dr. Dwinanda saat ini sedang cukup merebak di Indonesia.
HFMD umumnya diawali dengan demam, nyeri tenggorokan atau menelan, nafsu makan yang menurun, dan nyeri atau tidak enak badan. Setelah demam 1-2 hari, timbul bintik-bintik merah di rongga mulut (umumnya berawal di bagian belakang langit-langit mulut) yang kemudian pecah menjadi sariawan.
Kemudian, 1-2 hari timbul juga ruam-ruam kulit dan bintik-bintik merah di telapak tangan dan kaki. Meskipun kelainan selaput lendir dan kulit pada HFMD terutama melibatkan rongga mulut, telapak tangan dan kaki, namun ruam dapat juga timbul di tungkai, lengan, bokong dan kulit sekitar kemaluan.
Biasanya menyerang kepada orang yang imunitasnya belum matang, balita contohnya. Selain itu bisa juga menyerang pada anak-anak yang memiliki gangguan imunitas tertentu.
"HFMD penularannya lewat droplet dan lewat feses manusia. Jadi caranya menghindari droplet dan menjaga kebersihan tangan," jelasnya.
Sedangkan untuk anak-anak sendiri masih banyak yang belum bisa memenuhi prokes layaknya orang dewasa. Sehingga penularan kepada mereka semakin besar.
"Mereka masih eksplor, pegang-pegang banyak benda bahkan sharing makanan. Orangtua bisa mengedukasi anak sesuai perkembangan umurnya. Bisa dipertimbangkan juga pemilihan moda transportasi yang aman untuk anak," pungkasnya.
6. Perlukah tambahan suplemen dan vitamin saat anak ikut mudik?
Freepik/yanadjana
Sebagai orangtua tentu ingin anak tetap sehat selama mudik Lebaran dan bertemu keluarga besar. Biasanya orangtua akan memberikan suplemen atau vitamin tambahan ketika aktivitas si Kecil padat atau akan bepergian.
"Idealnya tambahan suplemen atau vitamin diberikan karena kekurangan. Ada beberapa yang direkomendasikan sejak bayi misalnya zat besi (dari 4 bulan), vitamin D. Lalu di cek berkala bagaimana di dalam tubuh anak. Kalau ada tanda kekurangan baru diberikan kadar yang sesuai," jelas dr. Dwinanda.
Pemberian vitamin atau suplemen tambahan ini bisa menjadi opsi hanya saja yang paling penting adalah pemberian gizi seimbang kepada anak setiap hari.
"Umumnya vitamin ini bisa didapat dari makanan sehari-hari. Jadi makanya nutrisi itu sangat penting. Kalau tambahan sendiri umumnya diberikan zat besi rutin pada balita dan vitamin D, salah satu yang berfungsi sebagai sistem imun pada tubuh. Orangtua bisa mengkonsultasikan ini dengan dokter masing-masing, karena akan dikaji," jelasnya.
Itulah tadi tips menjaga anak balita tetap sehat saat mudik Lebaran. Semoga bisa membantu mama dan papa yang akan mengajak si Kecil bertemu keluarga besar nanti!