5 Tahapan Stunting yang Perlu Diketahui, Harus Rutin Menimbang!

Kenali tahapan stunting pada anak agar bisa melakukan pencegahan

25 Januari 2025

5 Tahapan Stunting Perlu Diketahui, Harus Rutin Menimbang
Popmama.com/Rahafiny Pusparini

Stunting adalah kondisi tubuh anak yang tidak sesuai dengan usia seharusnya berdasarkan kurva pertumbuhan WHO dan diawali dengan perlambatan pertumbuhan.

Akibatnya pertumbuhan organ-organ tubuh lainnya juga menjadi lambat dan yang paling dikhawatirkan adalah pertumbuhan otak karena hal tersebut bisa memengaruhi kecerdasan IQ anak.

Menteri Kesehatan Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, menyebutkan bahwa stunting terdiri dari lima tahapan.

Begitu pun juga yang dikatakan oleh seorang dokter spesialis anak, dr. Novitria Dwinanda, SpA(K) pada acara Press Conference Kampanye Aksi “3 Langkah Maju” Dukung Generasi Maju Bebas Stunting di Habitate Jakarta. Beliau menjelaskan bahwa stunting tidak terjadi secara tiba-tiba dan ada perjalanannya.

Berikut ini Popmama.com akan memberi informasi tentang apa saja tahapan stunting yang perlu diketahui. Disimak sampai akhir ya, Ma!

1. Weight Faltering

1. Weight Faltering
Popmama.com/Rahafiny Pusparini

Weight faltering adalah kondisi ketika berat badan anak tidak naik sesuai dengan standar usianya. Weight faltering disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu kurangnya asupan ASI, gangguan hormon, dan kelainan genetik. 

“Diawali dengan weight faltering. Weight faltering itu adalah berat badan naik, tapi nggak banyak. Oleh karena itu, penting sekali orangtua pada waktu menimbang ke posyandu, ke puskesmas, atau ketemu dokternya setiap bulan untuk imunisasi. Selain menanyakan berat badan anak saya naik atau tidak, pertanyaan keduanya adalah naiknya cukup atau tidak? Karena naik saja saat ini sudah tidak cukup. Jadi, yang terpenting itu yang ditanyakan, karena itu adalah awal dari malapetakanya, yaitu weight faltering.” ucap dr. Novitria Dwinanda, SpA(K).

Untuk mencegah terjadinya weight faltering, Mama harus membawa anak mama menimbang secara rutin di fasilitas pelayanan kesehatan. Mama juga bisa memantau pertumbuhan anak melalui Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), dan jangan lupa untuk memberikan asupan gizi dan nutrisi yang cukup untuk si Kecil.

Editors' Pick

2. Berat Badan Kurang

2. Berat Badan Kurang
Popmama.com/Rahafiny Pusparini

Tahap yang berikutnya adalah berat badan kurang dari yang seharusnya. Jika weight faltering tidak segera diatasi, maka si Anak akan masuk ke tahap berat badan kurang.

“Lalu nggak di tata laksana. Oh yaudah deh naik, kita lanjutkan aja semua seperti biasanya. Jatuhlah dia kepada berat badan kurang.” ucap dr. Novitria Dwinanda, SpA(K).

3. Gizi Kurang

3. Gizi Kurang
Pexels/MART PRODUCTION

Jika berat badan kurang tidak di tata laksana dengan baik, maka anak akan masuk ke tahap selanjutnya, yaitu gizi kurang. Gizi kurang terjadi ketika tubuh anak kekurangan nutrisi dan menghambat pertumbuhan serta perkembangan anak. Ciri-cirinya adalah berat badan dan tinggi badan anak di bawah normal, kulit kering, rambut mudah rontok, mengecilnya otot dan pembengkakan pada kaki dan perut.

Biasanya, pada tahap ini anak mengalami kekurangan zat besi, vitamin, dan yodium. Untuk mengatasi ini, Mama perlu segera memberikan asupan nutrisi yang cukup untuk si Kecil.

4. Gizi Buruk

4. Gizi Buruk
Pexels/Andrea Piacquadio

Tahap selanjutnya adalah gizi buruk. Gizi buruk terjadi ketika asupan makanan tidak sesuai dengan kebutuhan nutrisi. Kondisi ini sudah masuk ke tahap yang lebih serius karena harus ditangani secara medis, seperti pemberian cairan infus, obat antibiotik, dan suplemen.

“di tata laksana tapi nggak maksimal, jatuhlah dia kepada gizi kurang dan gizi buruk. Yang membedakan dua ini apa? Jenis kurvanya. Yang satu berat badan berdasarkan usia, yang satu berat badan berdasarkan tinggi badan. Jadi, setiap kader di posyandu, setiap puskesmas, setiap dokter anak, dia harus memplotting minimal 3 kurva, yaitu berat badan berdasarkan usia, tinggi badan berdasarkan usia, dan berat badan berdasarkan tinggi badannya. Pada anak usia di bawah 3 tahun ditambah dengan lingkar kepala.” ucap dr. Novitria Dwinanda, SpA(K).

5. Stunting

5. Stunting
Pexels/RDNE Stock project

Tahap yang terakhir adalah stunting. Jika anak sudah sampai di tahap ini, akan semakin sulit untuk ditangani. 

“Setelah itu, barulah dia stunting, dan yang ditakutkan bukan pendeknya, yang ditakutkan adalah lingkar kepalanya. Ternyata, masalahnya adalah penimbangan. Tidak semua ibu-ibu sadar untuk menimbang.” ucap dr. Novitria Dwinanda, SpA(K).

Namun, Mama tidak perlu khawatir karena ada upaya yang bisa dilakukan jika anak mama belum sampai ke tahap stunting. Jika si Kecil mulai menunjukkan tanda-tanda stunting, Mama harus memberikan protein hewani secara intensif untuk menaikkan berat badannya. Protein hewani ini juga bermanfaat untuk mendukung perkembangan otak anak. Makanan yang mengandung protein hewani paling tinggi adalah hati ayam. Selain hati ayam, Mama juga bisa memberikan telur, susu, dan daging merah.

Itulah 5 tahapan stunting yang perlu diketahui agar Mama bisa memperhatikan kondisi pertumbuhan si Kecil mulai dari sekarang. Berdasarkan yang disampaikan oleh dr. Novitria Dwinanda, SpA(K), sebagai orangtua, Mama harus rutin menimbang anak dan memeriksa tinggi serta berat badannya. Jika Mama merasa ada yang tidak normal pada anak mama, segera lakukan pencegahan agar tidak terlambat.

Baca juga:

The Latest