Efektif Mencegah Stunting dengan Memberikan Anak Gizi Protein Hewani
Memberikan asupan protein hewani setiap anak makan tebukti bisa menurunkan prevalensi stunting, lho
26 Januari 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Permasalahan gagal tumbuh anak merupakan salah satu isu kesehatan yang masih menjadi fokus utama dalam menekan angka stunting di Indonesia.
Mengutip dari laman Kemenkes RI, stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak akibat dari kekurangan gizi kronis dalam jangka waktu lama, paparan infeksi berulang dan kurangnya stimulasi. Sehingga, menyebabkan pertumbuhan anak terlalu pendek untuk usianya karena mengalami hambatan.
Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, prevalensi stunting terjadi penurunan dari tahun-tahun sebelumnya sebesar 24,4%, namun isu stunting masih menjadi tantangan Pemerintah untuk menurunkan target prevalensi stunting hingga 14% pada 2024.
Berdasarkan pada fakta tersebut, upaya yang dilakukan dari berbagai pemangku kepentingan untuk senantiasa mendukung program Pemerintah dalam menurunkan prevalensi stunting melalui berbagai program inisiatif yang disuarakan.
Salah satunya dengan memberikan edukasi pada masyarakat terkait konsumsi makanan anak dengan asupan gizi yang seimbang dalam kehidupan sehari-hari.
Demikian itu, sangat penting memastikan kecukupan asupan gizi yang seimbang untuk dikonsumsi oleh si Kecil, Ma. Dengan melakukan pencegahan masalah gizi sedini mungkin, salah satunya dengan penerapan Isi Piringku, yaitu mengonsumsi makanan bergizi seimbang seperti konsumsi protein hewani setiap anak makan.
Umumnya, istilah "Isi Piringku" menggambarkan porsi makan yang dikonsumsi dalam satu piring terdiri dari isian 50 persen buah dan sayur, dan 50 persen sisanya diambil dari karbohidrat dan protein.
Ada beberapa pencegahan yang bisa dilakukan orangtua mengurangi terjadinya stunting pada anak dengan memahami kebutuhan makanan bergizi yang mengandung protein hewani.
Untuk lebih jelasnya, di bawah ini Popmama.com telah merangkum beberapa informasi mengenai efektif mencegah stunting dengan memberikan anak gizi protein hewani. Yuk, disimak, Ma!
1. Pentingnya pencegahan stunting di 1000 hari pertama kehidupan (HPK)
Saat ini, masalah gizi masih menjadi salah satu isu yang dihadapi oleh negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia. Banyak sekali permasalahan gizi yang terjadi di sekitar kita, seperti stunting, obesitas, bertubuh kurus (wasting), dan masih banyak permasalahan lainnya.
Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS., Guru Besar Pangan dan Gizi di Institut Pertanian Bogor (IPB) mengatakan penyebab utama permasalahan stunting adalah pemenuhan asupan gizi yang kurang optimal pada masa pertumbuhan anak di seribu hari pertama kehidupannya.
“Gizi sendiri merupakan salah satu komponen penting bagi tumbuh kembang manusia, terutama pada masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun. Ini merupakan kesempatan emas untuk menciptakan generasi berkualitas yang bebas dari stunting dan masalah gizi lainnya.” ujar Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS., kepada media pada Rabu (25/1/2023).
Cara pertama untuk mencegah terjadinya stunting sedini mungkin pada anak adalah memahami terlebih dahulu terkait piramida makanan. Ada berbagai kandungan dalam makanan yang bisa dibuat oleh orangtua di rumah untuk memberikan gizi seimbang pada anak.
“Sangat penting bagi masyarakat untuk memahami piramida makanan sebagai Pedoman Gizi Seimbang dan penerapan Isi Piringku menggunakan slogan Pangan Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA),” tambah Prof. Ali Khomsan.
Lebih lanjut lagi, pedoman dari konsep B2SA, sebagai berikut:
- Beragam, dimana terdapat bermacam-macam jenis makanan, baik hewani maupun nabati, sebagai sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral.
- Bergizi adalah makanan yang mengandung zat gizi makro dan mikro yang dibutuhkan oleh tubuh.
- Seimbang, dikonsumsi secara cukup sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu dengan tetap memperhatikan proporsinya sesuai dengan Isi Piringku.
- Aman, yaitu bebas dari pencemaran fisik, kimia, dan mikrobiologi sehingga proses pengolahan dan penyimpanan makanan harus dilakukan dengan baik.
Hal ini dipercaya bisa menggantikan konsep empat sehat dan lima sempurna lho, Ma karena melihat dari kebutuhan gizi tiap individu berbeda-beda dan tidak bisa disamaratakan.
Sehingga, diharapkan dengan menerapkan B2SA, kekurangan zat gizi dari satu jenis makanan akan dilengkapi dengan zat gizi dari makanan lain.
Editors' Pick
2. Penuhi asupan protein hewani terbukti dapat mengurangi kasus stunting
Cara pencegahan selanjutnya adalah melalui pemenuhan asupan protein hewani di rumah. Dan ini juga diharapkan dapat mencukupi kebutuhan pangan hewani anak lho, Ma.
Sehingga, anak yang kekurangan zat gizi dari satu jenis makanan nantinya bisa ditambahkan dengan makanan yang mengandung zat gizi lainnya. Sehingga yang diharapkan adalah memenuhi gizi seimbang.
Melansir dari laman resmi p2ptm.kemkes.go.id memberikan informasi contoh pemberian asupan gizi dalam makanan anak. Hal ini bisa Mama lakukan dengan memberikan makanan yang mengandung dua jenis protein hewani di isi piringku sekali makan anak (contoh: makan siang kurang lebih 700 kalori)
- Makanan pokok - nasi dan penukarnya, artinya 150 gr nasi = 3 centong nasi = 3 buah sedang kentang (300 gr) = 1 1/2 gelas mie kering (75 gr).
- Lauk pauk terdapat dua jenis, yakni: Pertama, lauk hewani, 75 gr ikan kembung = 2 potong sedang ayam tanpa kulit (80 gr) = 1 butir telur ayam sedang ukuran besar (55 gr) = 2 potong daging sapi sedang (70 gr). Kedua, lauk nabati, 100 gr tahu = 2 potong sedang tempe (50 gr)
- Sayuran, bayam 150 gr = 1 mangkok sedang
- Buah, 150 gr papaya = 2 potong sedang = 2 buah jeruk sedang (110 gr) = 1 buah kecil pisang ambon (50 gr)
Kasus stunting yang terjadi pada anak dilatarbelakangi oleh berbagai faktor, termasuk kurangnya asupan protein hewani yang tidak tercukupi.
Adapun beberapa faktor yang dapat memicu stunting bisa terjadi contohnya, sulitnya akses terhadap makanan bergizi, kurangnya asupan vitamin dan mineral, rendahnya akses terhadap layanan kesehatan, serta juga rendahnya keragaman pangan dan sumber protein hewani.
Melansir dari jurnal Pediatrics yang dilakukan oleh lanotti et al.2017 yang menyatakan bahwa dengan pemberian telur tiap hari selama 6 bulan sebagai makanan tambahan dapat mengurangi angka prevalensi stunting pada anak hingga 47 persen.
Artinya, memberikan pangan hewani adalah sesuatu yang sifatnya melengkapi apa yang kurang dari masyarakat. Biasanya masyarakat terutama orangtua memberikan makanan berupa nasi sayur atau bubur terbilang cukup. Tetapi yang defisit adalah memberikan makanan tambahan berupa telur/ikan/daging.
Mengutip dari beberapa studi kesehatan mengatakan bahwa terdapat bukti kuat hubungan antara stunting dan memberikan asupan pangan hewani pada balita 6-23 bulan, seperti susu serta produk olahannya, daging, ikan, dan telur.
Penelitian tersebut menyatakan apabila anak mengonsumsi pangan berasal dari protein hewani lebih dari satu macam terbukti lebih penting dan menguntungkan dalam menurunkan stunting daripada konsumsi satu macam pangan hewani.
Dengan begitu, pemberian makanan tambahan anak pun membutuhkan aneka ragam pangan, baik sumber karbohidrat, protein, maupun vitamin dan mineral, yang apabila dikonsumsi dapat memenuhi kecukupan gizi yang dianjurkan.