Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan, IDAI: Penting Deteksi Sejak Awal
Pentingnya ketahui kondisi jantung anak sejak lahir agar mencegah risiko penyakit jantung bawaan
16 Februari 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Banyak orangtua yang tidak menyadari bahwa kesehatan jantung anak mulai diintervensi sejak lahir itu sangat penting. Sebenarnya penyakit jantung sudah bisa dideteksi sejak dini bahkan mungkin sejak baru lahir.
Dengan melakukan echocardiografi sejak lahir, hal ini dapat membantu mendeteksi penyakit-penyakit anak terutama terkait jantung bawaan. Kesadaran penyakit jantung bawaan atau disebut juga congenital heart disease awareness.
Mungkin tak sedikit dari kita mengetahui risiko terkena penyakit jantung hanya pada orang dewasa saja, namun, nyatanya bayi dan anak juga bisa terkena penyakit jantung, lho.
Pada bayi dan anak yang mengalami kelainan jantung sebagian besarnya adalah penyakit jantung bawaan, artinya pada saat seorang Mama hamil terutama pada trimester pertama kehamilan memang sudah terjadi masalah pada anatomi janinnya bisa ada kebocoran atau penyempitan jantung.
Jadi, saat bayi dilahirkan memang jantungnya sudah ada kelainan pada anatominya seperti misalnya irama jantungnya lebih rendah.
Dan ada juga penyakit jantung yang didapat, lahir dalam kondisi normal dan sehat secara anatomi tetapi kemudian anak terkena penyakit pada masa kanak-kanaknya misalkan penyakit jantung rematik atau penyakit kawasaki.
Artinya, tak sedikit anak-anak juga bisa terkena penyakit jantung didapat (PJD) atau penyakit jantung bawaan bahkan kejadian ini cukup sering ditemukan pada anak.
Menurut data WHO menunjukkan bahwa sekitar 1 dari 100 bayi baru lahir mengalami penyakit jantung bawaan (PJB) dan 25% PJB tersebut merupakan PJB kritis.
Di Indonesia sendiri, terdapat 5 juta bayi lahir diperkirakan ada 45.000 - 50.000 bayi lahir sejak tahun itu yang terkena penyakit jantung bawaan. Jadi, sebetulnya masalah ini cukup signifikan sebagai penyebab kontributor terhadap angka kematian bayi dan juga anak.
Maka dari itu, sangat penting awareness dari para orangtua untuk deteksi awal dan merujuk sejak dini mengenai penyakit jantung yang bisa dialami oleh anak-anak. Jangan sampai terlambat untuk segera lakukan intervensi lebih lanjut terkait penyakit jantung dan cara penanganannya.
Berikut ini Popmama.com telah rangkum informasi seputar kenali penyakit jantung bawaan pada anak, penting diketahui oleh para orangtua dalam mengenali sedini mungkin bahkan sejak lahir terkait penyakit jantung bawaan pada anak.
Yuk, disimak, Ma!
1. Pengembangan layanan jantung pada anak
Dalam rangka hari Kesadaran Penyakit Jantung Bawaan (PJB), IDAI menyelenggarakan sosialisasi secara daring tentang penyakit jantung bawaan anak di Indonesia dan pengembangan layanan jantung anak kedepannya.
Mengapa masalah pelayanan jantung anak di Indonesia penting untuk diketahui bersama? Jadi, jika merujuk pada negara-negara maju data-data yang dimuat oleh berbagai sumber Internasional dinilai cukup akurat.
"Di Indonesia sendiri memang beragam masalah pendataan, penyakit, dan sistem rujukan yang belum optimal sehingga belum memiliki data yang dipakai belum pasti, namun diperkirakan balita PJB setiap tahunnya, jika ada 5 juta bayi lahir maka ada sekitar 50.000 bayi lahir dengan PJB dan 12.500-nya adalah PJB kritis," ungkap dr. Rizky Adriansyah, M.Ked (Ped), Sp.A(K) - Ketua Unit Kerja Koordinasi Kardiologi IDAI dalam seminar kesehatan dan penyakit jantung bawaan anak secara daring, Selasa (14/2/2023).
Menurut data di Indonesia pada tahun 2017, menunjukkan bahwa penyakit bawaan merupakan penyumbang terbesar (setelah prematuritas), sebagai penyebab kematian pada masa neonatus (17%). Apabila penyakit bawaan tersebut memang yang paling sering terjadi adalah penyakit jantung bawaan.
Selain itu, menurut penelitian oleh Indah KM, dkk di Yogyakarta (2020) menjelaskan bahwa sekitar 80% kasus PJB kritis terlambat dirujuk ke layanan tersier, dan 60% kasus PJB kritis meninggal akibat keterlambatan diagnosis.
Perlu diketahui bahwa penyakit jantung bawaan ini diibaratkan seperti fenomena gunung es. Kasus yang tidak tampak itu sebenarnya jauh lebih banyak daripada kasus yang tampak.
Artinya, yang selama ini sering dilihat adalah penyakit jantung bawaan yang bisa bertahan sampai dewasa atau pun yang meninggal disebabkan terlambat dirujuk itu merupakan bagian dari yang tampak.
Sementara, pada sebagian kasus-kasus yang tidak tampak itu, umumnya dikarenakan tidak tertanganinya pasien di rumah sakit rujukan atau bayi meninggal didiagnosis tanpa sebab yang jelas hanya diduga oleh karena jantung bawaan.
Editors' Pick
2. Faktor meningkatnya kontributor kematian bayi baru lahir di Indonesia
Menurut Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) tahun 2017, adapun beberapa faktor yang mengakibatkan meningkatnya kontributor kematian bayi baru lahir di Indonesia termasuk kematian akibat PJB kritis, di antaranya:
- Kurangnya komunikasi antar faskes.
- Menolak dirujuk atau terlambat dirujuk.
- Stabilisasinya tidak ada pra-rujukan inadekuat.
- Terlambat mendapat pertolongan.
Dari sekian banyak kasus, salah satu kasus yang menyebabkan kematian bayi baru lahir ini dikarenakan terdapat penyakit jantung bawaan kritis.
Untuk mencegah prevalensi angka kematian tersebut, salah satunya yang saat ini sedang dikembangkan IDAI pada program pertama dalam menangani kasus ini yaitu pengembangan sistem rujukan berbasis telemedisin.
Jadi, terdapat penanganan awal terlebih dahulu melalui komunikasi antara dokter spesialis dengan dokter subspesialis sebelum pasien dirujuk, diharapkan untuk bisa ditangani lebih optimal di rumah sakitnya yang disebut sebagai tata laksana awal.
Selain itu, IDAI juga akan melakukan skrining PJB kritis yang dilaksanakan secara menyeluruh di berbagai fasilitas kesehatan di masyarakat, dengan adanya program skrining ini nantinya akan lebih baik lagi kedepannya.
3. Pencegahan peningkatan angka kematian bayi akibat PJB kritis
Adapun angka kematian Neonatal (15 per 1000 kelahiran) dari penyakit jantung bawaan kritis yang dapat mengancam nyawa sekitar 2 - 4 per 1000 kelahiran hidup yang menjadi penyumbang terjadinya peningkatan angka kematian balita.
IDAI sendiri berharap dengan terlaksananya program seperti skrining, dapat memudahkan untuk diagnosis pasien, dan meningkatkan upaya tata laksana PJB dan PJB kritis.
Diharapkan juga adanya program ini membantu menurunkan angka kematian di tahun 2030 untuk turun menjadi 12 per 1000 kelahiran.
Apa yang bisa dilakukan untuk mencegah peningkatan angka kematian bayi akibat PJB kritis?
- Deteksi dini penyakit jantung bawaan kritis, yaitu bisa dilakukan di puskesmas pada balita yang tampak sehat dengan melakukan pemeriksaan skrining melalui (Pulse oximetry screening), sementara pada balita bergejala (simtomatik) mungkin bisa dilakukan dengan pemeriksaan skrining melalui (ekokardiografi) untuk menegakkan diagnosis secara akurat.
- Peningkatan kemampuan rumah sakit rujukan atau faskes sekunder untuk memberikan tata laksana awal PJB kritis.
- Peningkatan kemampuan rumah sakit atau faskes tersier untuk memberikan tata laksana lanjutan PJB kritis.
Adapun pemeriksaan juga didukung dengan alat oksimetri pada bayi baru lahir di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. HK.01.07/Menkes/1936/2022 pemeriksaan sedini mungkin dapat dilakukan pada bayi sehat, yang sangat dianjurkan apabila dilakukan pada usia memasuki 24 - 48 jam.
Tujuannya adalah untuk menyingkirkan kemungkinan adanya risiko mengalami penyakit jantung bawaan kritis sedini mungkin pada bayi baru lahir. Hal tersebut dapat dilakukan di berbagai pelayanan fasilitas kesehatan baik itu oleh dokter ataupun bidan.
Dengan menggunakan alat oksimetri khusus neonatus / bayi ini dinilai paling ideal untuk membantu mendeteksi diagnosis kemungkinan penyakit jantung bawaan, terutama PJB kritis.
Adapun 2 program usulan UKK Kardiologi IDAI untuk mengatasi rendahnya deteksi dini PJB kritis di Indonesia yaitu dengan melakukan pelatihan skrining PJB.
Pelatihan singkat skirining PJB kritis dengan menggunakan alat pulse oksimeter bagi tenaga kesehatan seperti dokter, bidan, dan perawat, serta pelatihan ekokardiografi berbasis telemedisin untuk dokter SpA yang programnya disebut dengan Pediatric and Neonatal Echocardiography Training atau PNET.
Bagi dokter puskesmas dilatih para dokternya untuk bisa menggunakan alat oksimeter itu dengan sebutan INPOST atau singkatan dari Indonesian Newborn Pulse Oximetry Screening Training.
Dalam pengadaan alat pulse oksimeter khusus neonatus untuk disediakan di seluruh FKTP (puskesmas/praktek bidan), dan alat ekokardiografi mobile untuk fasilitas kesehatan tingkat lanjut (rumah sakit tipe C).
4. Penyebab penyakit jantung bawaan pada anak
Adapun penyebab penyakit jantung bawaan pada anak belum diketahui secara pasti. Tapi ada beberapa faktor risiko yang bila itu terjadi kemungkinan penyakit jantung bawaan biasanya terjadi pada saat mama sedang hamil.
"Misalnya pada waktu hamil, Mamanya terinfeksi rubela itu bisa saja setelah lahir bayinya mengalami penyakit jantung bawaan. Atau ada beberapa faktor risiko lagi misalnya Mamanya mengonsumsi obat-obatan biasanya seperti obat kejang yang bisa mengakibatkan gangguan pada proses pembentukan janin di dalamnya," ujar dr. Rizky Adriansyah, M.Ked (Ped), Sp.A(K)
Selain itu, terdapat beberapa faktor lain yang berkaitan pada penyakit yang didiagnosis oleh sang mama ketika masa kehamilan yakni adanya penyakit sindrom metalik yang dapat menyebabkan anak bisa terkena penyakit jantung bawaan.
"Penyebab lain terjadinya penyakit jantung bawaan pada anak, ada beberapa yang bisa berkaitan misalnya seperti infeksi rubela dan juga ada penyakit yang sindrom metalik pada mama, misalnya mamanya obesitas, diabetes itu juga bisa bikin anaknya terkena penyakit jantung bawaan. Jadi, ada istilahnya preventable disease, apabila mamanya diintervensi penyakit sindrom metaboliknya itu bisa juga diperbaiki kualitas janinnya," ujar Dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) - Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Adapun pencegahan penyakit jantung bawaan pada anak salah satunya yang penting dilakukan adalah vaksin rubela, untuk mencegah supaya selama Mama hamil diusahakan jangan sampai terkena infeksi apapun.
Kemudian, Mama juga dianjurkan untuk selalu mengonsumsi makanan yang bergizi selama hamil dan konsumsi suplemen asam folat.
5. Pantangan bagi anak-anak penyakit jantung bawaan
Pada anak yang memiliki kelainan jantungnya dengan defect yang kecil atau ringan serta tidak menimbulkan gangguan hemodinamik atau disebut juga tidak mengalami suatu gagal jantung. Pada dasarnya tidak ada pembatasan tertentu.
Dokter hanya akan melakukan pembatasan pada anak yang memiliki gagal jantung. Apabila ads anak penyakit jantung bawaan yang mengalami gagal jantung dengan defectyang sedang sampai berat biasanya akan dilakukan pembatasan misalnya seperti tidak boleh melakukan aktivitas yang berat.
Artinya, adapun penyakit jantung sangat variatif sekali berbagai saran atau masukan dokter terhadap pasien. Hal ini tergantung jenis pada penyakit jantung bawaannya ada atau tidaknya gagal jantung, atau tidak mengalami gagal jantung biasanya tidak ada pembatasan aktivitas.
Selain itu, pentingnya menjaga pola makan yang kaya akan nutrisi untuk diberikan ke anak-anak yang mengalami penyakit gagal jantung.
"Sama seperti jargon yang disuarakan oleh Kemenkes 'Isi Piringku Kaya akan Protein Hewani' itu sangat tepat. Bahkan, untuk anak-anak yang memiliki sakit jantung bawaan sangat diperlukan protein hewaninya. Jadi, jangan sampai anak-anak yang sudah jantungnya bocor diberikan makan junkfood, minuman yang manis-manis, dan segala macam. Nanti penyakitnya bisa double, terkena jantung bawaan iya dan juga terkena obesitas ataupun diabetes," ujar Dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K).
Umumnya, menjaga pola makan yang sehat itu sangat penting apalagi anak-anak dengan kelainan jantungnya yang bermasalah.
Apabila penyakit jantungnya yang defect besar yang bikin gagal tumbuh anak, dianjurkan memberikan anak dengan tinggi kalori rendah volume.
"Misalnya seperti makanan-makanan yang padat atau kalau dalam bentuk cairan misalnya susu yang tinggi kalori, kalau si Kecil belum bisa makan yang padat. Untuk makanannya yang padat tinggi kalori dari protein dan lemak, jadi cairannya yang dibatasin," tuturnya lagi.
Jadi, intinya adalah kebutuhan protein hewani memang harus cukup sesuai dengan usia si anak. Anak dengan penyakit jantung bawaan juga sama tidak terkecuali bahkan mereka butuh lagi asupan nutrisinya.
Nah itulah pentingnya mengenali penyakit jantung bawaan pada anak dengan mendeteksinya sejak awal agar PJB pada anak segera ditangani.
Apabila anak mengalami tanda gagal tumbuh maka perlu kesadaran bagi orangtua membawanya untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis anak dan dokter spesialis jantung, supaya penyakit anak bisa terdeteksi dan dilakukan intervensi bagaimana penanganannya.
Baca juga:
- Anak dengan Kelainan Jantung Bawaan, Ini Peran Penting Orangtua!
- 5 Daftar Makanan untuk Kesehatan Jantung Anak di Usia Dini
- 5 Gejala Serangan Jantung Bisa Terjadi pada Anak