5 Cara Menghadapi Anak Tantrum di Tahap Terrible Two
Salah satunya adalah peran Mama sebagai role model bagi anak
20 September 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Anak yang baru bisa berjalan, lari, lompat, hingga bicara sepatah dua kata memang sedang lucu-lucunya ya Ma. Tapi, di masa ini juga beberapa orangtua merasakan anak menjadi sering rewel dan marah dengan alasan atau bahkan tanpa Mama tahu alasannya.
Keadaan itu disebut dengan terrible two.
Menurut Adisti F. Soegoto, M.Psi, Psikolog, terrible two adalah usia dua tahun yang menyulitkan, di mana anak berperilaku yang tidak menyenangkan, destruktif hingga tantrum.
Anak usia 2 tahun masih bersifat egosentris atau self centered. Semua berpusat pada diri sendiri sehingga anak sering melakukan hal yang tidak menyenangkan seperti sulit berkenalan, tidak ramah, dan tidak mau berbagi mainan.
Beberapa orangtua melihat hal tersebut sebagai anak yang tidak memiliki tata krama dan sopan santun. Emosi anak juga meningkat dengan merobek, membanting, melempar barang di sekitarnya dan berujung tantrum agar keinginan anak bisa dipenuhi.
Secara umum, tantrum merupakan perilaku yang wajar terjadi pada batita. Meski demikian, beberapa anak memunculkan perilaku tantrum yang lebih intens.
Terdapat 14% anak usia 1 tahun, 20% anak usia 2-3 tahun, dan 11% anak usia 4 tahun yang memunculkan tantrum lebih sering: bisa dua kali atau lebih setiap harinya.
Anak-anak ini juga cenderung tetap memunculkan perilaku tantrum di usia pra-sekolah dan usia sekolah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Adisti F. Soegoto, M.Psi, Popmama.com telah merangkum 5 cara menghadapi anak tantrum dalam fase terrible two.
1. Tetap tenang dan bicara dengan lembut
Ketika anak sedang meluapkan emosinya melalui kemarahan atau tangisan, jangan terlalu cepat memarahinya dengan suara tinggi. Kemarahan Mama hanya dapat menimbulkan rasa takut pada anak atau mungkin menimbulkan dampak psikologis dalam perkembangan anak.
Meskipun anak tidak langsung meredakan emosinya, pelan-pelan anak akan mencontoh bagaimana Mama menenangkan dirinya.
Editors' Pick
2. Hindari memberi hukuman
Seperti yang Mama ketahui, memberi hukuman pada anak berupa fisik maupun non fisik yang berlebih bukan hal yang dibenarkan. Hukuman fisik berpotensi menyebabkan cedera fisik maupun dampak secara psikologis di kemudian hari.
Selain fisik, hindari juga hukuman non fisik berupa verbal seperti berdebat dan adu argumen. Anak yang sedang emosi, akan sulit memahami perkataan secara cepat. Sampaikan dengan penjelasan yang rasional ketika anak dan Mama merasa lebih tenang.