Gerakan Aksi Gizi Generasi Maju, Usaha Pencegahan Stunting
Kita harus waspada karena kasus stunting di Indonesia masih terlalu tinggi untuk standar WHO
11 Februari 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Stunting atau gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak yang diakibatkan kurang gizi kronis serta infeksi berulang masih menjadi fokus World Health Organization (WHO).
Meskipun hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 menunjukkan bahwa angka stunting telah turun sebanyak 2,8 persen menjadi 21,6 persen dibandingkan dari data 2021 yang mencapai 24,4 persen, namun angka tersebut masih lebih tinggi dibandingkan angka yang dianjurkan WHO yaitu di bawah 20%.
Pemerintah melakukan upaya keras pengentasan stunting melalui gerakan sadar 1.000 hari pertama kehidupan, penggalakan ASI, posyandu, dan sebagainya.
Namun kerja keras masih diperlukan dan dukungan dari semua pihak masih sangat diharapkan, termasuk dari pebisnis.
Menjawab tantangan tersebut, Danone Indonesia, perusahaan yang bergerak di bidang makanan dan minuman, berupaya membantu pengentasan stunting. Mereka menggelar kegiatan “Aksi Gizi Generasi Maju” bertajuk “Wujudkan Generasi Maju Bebas Stunting dengan Isi Piringku kaya Protein Hewani” yang diselenggarakan pada 9-10 Februari 2023 di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Ada 5 langkah pencegahan stunting yang terangkum di dalam gerakan itu. Simak laporan Popmama.com yang diundang di acara tersebut.
1. Mencegah infeksi berulang dengan mengedukasi pemulung TPA
Salah satu kelompok masyarakat rentan stunting adalah kelompok marjinal yang berprofesi sebagai pemulung. Sehari-hari mereka bergelut dengan sampah atau tinggal di sekitar wilayah tempat pembuangan akhir (TPA) mudah terkena penyakit. Infeksi berulang seperti infeksi kecacingan, saluran napas atas, dan saluran kemih kerap terjadi pada anak-anak di sana.
Melihat kondisi tersebut, Danone Indonesia dengan program One Planet, One Health memberikan edukasi mengenai kesehatan kepada pekerja dan pemulung di TPA Kebon Kangok, Lombok, Nusa Tenggara Barat.
“Masyarakat di sekitar TPA banyak yang menjadi pemulung juga. Mereka termasuk keluarga yang rentan akan ancaman kesehatan karena masalah sanitasi dan gizi,” kata Karyanto Wibowo, Sustainable Development Director Danone Indonesia.
Dokter spesialis anak, dr. Ananta Fittonia Benvenuto, M.Sc, Sp.A di acara tersebutmengatakan, “Kasus stunting terbanyak di NTB adalah disebabkan karena masalah infeksi berulang. Penyebab kedua adalah karena kekurangan gizi. Kedua masalah itu muncul karena ketidaktahuan dan kurangnya kesadaran masyarakat mengenai kebersihan, kesehatan, dan gizi seimbang.”
Diakui Aminah, ibu yang bekerja sebagai pemulung di TPA Kebon Kangok bahwa edukasi mengenai sanitasi dan gizi bisa membantunya menyelamatkan anak balitanya dari bahaya stunting.
“Anak saya diketahui stunting dan setelah diberi edukasi, saya tahu makanan apa yang baik untuknya. Setelah rajin makan telur dan ikan, anak saya bisa lebih sehat,” katanya.
Editors' Pick
3. Edukasi gizi melalui Program Isi Piringku Kaya Protein
Stunting bisa diatasi jika hingga usia 2 tahun anak terjaga tumbuh dan kembangnya. Salah satu ciri stunting yang kasat mata adalah berat badan dan tinggi badan yang tidak bertambah sesuai standar tumbuh kembang atau bahkan berhenti bertambah. Selain masalah sanitasi dan infeksi, faktor utama penyebab stunting adalah gizi yang tidak seimbang. Karena ketidaktahuan mengenai gizi, seringkali anak diberikan camilan atau makanan-makanan minim gizi dibandingkan makanan kaya nutrisi. Dokter Spesialis Gizi Klinik, dr. Nurul Ratna Mutu Manikam, M.Gizi, Sp.GK mengatakan, “Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis, yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak. Selain bentuk fisik, anak dengan kondisi stunting berisiko memiliki tingkat kecerdasan di bawah rata-rata dan rentan terhadap penyakit. Maka dari itu, penting untuk diperhatikan para orang tua bahwa asupan nutrisi yang tepat dengan gizi seimbang menjadi salah satu elemen kunci dalam optimalisasi masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), termasuk untuk pencegahan stunting.”
Lebih lanjut dr. Nurul mengatakan, “Asupan nutrisi yang tidak optimal, seperti rendahnya asupan protein hewani dan zat besi yang dapat menyebabkan anemia, menjadi salah satu faktor penyebab stunting pada anak. Sebab tubuh yang kekurangan asupan protein hewani dan zat besi akan mengalami gangguan fungsi hormonal, regenerasi sel, sistem kekebalan tubuh, massa otot, fungsi kognitif dan kemampuan motorik anak.”
“Terdapat banyak sumber makanan yang mengandung protein hewani dan zat besi dapat diperoleh dengan mudah misalnya pada daging merah, ayam, hati, ikan, telur dan susu terfortifikasi. Bahkan banyak potensi pangan lokal di setiap daerah di Indonesia yang bisa menjadi sumber protein hewani. Salah satunya Lombok, yang memiliki beragam pangan potensial yang cukup terkait dengan protein hewani untuk memenuhi kebutuhan gizi anak, diantaranya berbagai pangan laut seperti ikan, udang, cumi-cumi, dan kerang. Asupan gizi dapat juga dilengkapi juga dengan susu pertumbuhan yang difortifikasi dengan kombinasi zat besi & vitamin C agar si Kecil dapat tumbuh optimal,” jelas dr. Nurul.