Tak Boleh Imunisasi, Nadja Meninggal karena Campak
Peristiwa tragis ini bisa jadi alasan kuat untuk mengimunisasi anak Mama
17 Juni 2018
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Seorang mama asal Serbia, Dragana Petrovic mengunggah kisah sedihnya karena kehilangan Nadja, anak perempuannya yang baru berusia 3 tahun. Dragana mengutuk gerakan anti vaksin di negaranya. Ia menghimbau agar orangtua bijaksana menjaga anaknya.
Mama penasaran mendengar kisah Nadja?
Ini ceritanya.
Awal Kisah Nadja
Nadja dilahirkan pada 8 Mei 2015. Ia bayi mungil yang menggemaskan. Ketika menginjak usia 1 tahun, Nadja didiagnosis mengalami masalah autoimun poliendokrin tipe 1. Gara-gara penyakitnya, Nadja tidak bisa mendapat imunisasi.
“Kondisi tubuhnya terlalu lemah untuk mendapatkan vaksinasi MMR (campak, gondong, dan rubella). Jadi, ia terpaksa tidak divaksin,” kata Dragana.
Karena penyakitnya, Nadja juga sering bolak-balik ke rumah sakit untuk mendapatkan obat.
“Kadar kalsium di dalam tubuh Nadja sangat kecil sehingga ia seringkali harus dirawat di rumah sakit. Perawatan itu untuk membantu Nadja meningkatkan kadar kalsium sebab pengobatan oral sering tidak bisa membantunya,” kata Dragana.
Editors' Pick
Nadja Tertular Campak
Hari sial itu tiba. Biasanya, Nadja dirawat di ruang khusus, semacam ICU. Hari itu, 6 Januari 2018, semua kamar ICU penuh sehingga Nadja terpaksa dirawat di ruang rawat biasa.
Di dalam kamar, ada dua ranjang rawat. Selain Nadja, ada seorang anak laki-laki yang dirawat. Anak itu mengidap campak. Dragana langsung was-was karena ia tahu penyakit itu sangat menular sementara kondisi Nadja sedang lemah.
“Saya sangat berharap Nadja tidak tertular. Namun, hati kecil saya bilang, Nadja akan tertular campak,” cerita Dragana kepada moms.com.
Tiga hari kemudian, Nadja demam tinggi. Dragana langsung cemas dan menduga anaknya tertular campak.
“Dalam hati saya berdoa agar ia hanya demam biasa. Bukan campak. Tapi harapan saya pupus karena ia terbukti tertular campak,” katanya.
Nadja Kalah Melawan Campak
Begitu mengalami demam tinggi, Nadja tak pernah bangun lagi. Ia tidak makan, tidak tertawa, tidak menangis, ia tidak bisa bangun lagi. Kondisinya parah sekali. Ia hidup karena alat bantu pernapasan. Hasil pemeriksaan membuktikan Nadja tertular campak.
Dragana mendampingi Nadja yang koma selama 3 bulan penuh. Akhirnya, perjuangan gadis cilik ini berakhir. 4 April 2018, Nadja meninggal dunia.
“Ia telah mendapatkan sayapnya dan terbang ke surga,” kata Dragana.
Kemarahan Dragana
Jika kematian Nadja adalah takdir, maka Dragana mendapat pelajaran yang berharga. Ia kemudian membagikan kedukaannya itu sambil mengingatkan kepada para orangtua untuk rutin memberikan vaksin kepada anaknya.
Dragana membuat akun facebook Justice for Nadja. Pasalnya, ia merasa tidak adil anaknya meninggal karena campak.
“Ini yang terjadi di Serbia. Banyak orangtua menolak vaksin sehingga beberapa penyakit menular menyebar dengan mudah. Nadja tidak bisa mendapatkan vaksin karena kondisinya, tetapi anak laki-laki yang menularinya campak, bisa mencegah penyakit itu dengan vaksin. Saya tahu, anak laki-laki itu tidak diberikan vaksin, sehingga sakit, dan menulari Nadja,” kata Dragana.
Memberi vaksin atau tidak, sebenarnya adalah kebijakan orangtua. Meski diwajibkan, tidak ada hokum yang mengikat jika vaksin tidak dilakukan.
“Mungkin bagi sebagian orang, terkena campak adalah hal remeh. Tetapi ornagtua tidak boleh egois. Mereka harus memikirkan bahwa mencegah penyakit bukan hanya untuk kepentingan anaknya, tetapi anak-anak lain juga. Bagaimana jika penyakit biasa menulari anak seperti Nadja dan efeknya fatal? Semoga tidak ada anak lain yang nasibnya seperti anak saya,” kata Dragana.
Bagaimana pendapat Mama? Yuk, rutin vaksin Si Kecil.
Baca Juga: Vaksinasi Wajib untuk Anak 1-3 Tahun