5 Penyebab Tangisan Palsu Balita, Orangtua Harus Apa?

Ada kalanya tangisan bukan berasal dari rasa sakit atau kesedihan, melainkan untuk mencari perhatian

11 Maret 2025

5 Penyebab Tangisan Palsu Balita, Orangtua Harus Apa
Pexels/Helena Lopes

Tangisan adalah cara utama bagi anak untuk berkomunikasi, terutama ketika si Kecil belum sepenuhnya mampu mengungkapkan perasaan dan keinginan dengan kata-kata layaknya orang dewasa.

Namun, ada kalanya tangisan balita bukan berasal dari rasa sakit atau kesedihan, melainkan strategi untuk mendapatkan perhatian atau sesuatu yang diinginkan. Inilah yang sering disebut sebagai ‘tangisan palsu’.

Sebagai orangtua, memahami alasan di balik tangisan palsu balita dapat membantu dalam merespons dengan tepat. Berikut Popmama.com siap membahas lebih lanjut penyebab tangisan palsu balita melansir dari berbagai sumber. 

1. Mencari perhatian

1. Mencari perhatian
Freepik/ksenia_she

Anak berusia balita sering menggunakan tangisan palsu sebagai cara untuk menarik perhatian orang tua. Mereka melakukannya karena merasa diabaikan atau ingin memastikan bahwa dirinya tetap menjadi pusat perhatian. 

Dengan menangis, anak berharap mendapatkan respons segera, seperti pelukan atau kata-kata penghiburan. Selain itu, di usia balita, mereka mulai menyadari bahwa tangisan dapat mempengaruhi lingkungan sekitar.

Mereka belajar bahwa dengan menangis, mereka dapat mengubah situasi sesuai keinginan, seperti mendapatkan mainan atau camilan. Ini adalah bagian dari perkembangan sosial dan emosional anak saat mereka belajar tentang sebab dan akibat.

2. Frustrasi atau ketidakmampuan mengungkapkan diri

2. Frustrasi atau ketidakmampuan mengungkapkan diri
Pexels/Ba Phi

Pada usia balita, kemampuan bahasa masih berkembang dan mereka masih kesulitan mengekspresikan perasaan atau keinginan dengan kata-kata. Ketidakmampuan ini dapat menyebabkan frustasi yang diekspresikan melalui tangisan palsu. 

Misalnya, ketika anak tidak dapat menjelaskan apa yang mereka inginkan, mereka kemungkinan besar akan berpura-pura menangis untuk menyampaikan kebutuhan atau keinginannya.

Tangisan palsu ini sering kali merupakan cara anak untuk mengatasi keterbatasan komunikasi. Dengan menangis, anak berharap orang dewasa akan mencoba memahami dan memenuhi kebutuhan mereka tanpa perlu penjelasan verbal yang sulit dilakukan.

3. Meniru perilaku orang lain

3. Meniru perilaku orang lain
Pixabay/publicdomainpictures

Balita adalah peniru ulung. Jika mereka melihat saudara atau teman sebaya mendapatkan perhatian atau apa yang diinginkan melalui tangisan, anak kemungkinan akan meniru perilaku tersebut. 

Si Kecil belajar bahwa tangisan dapat menjadi alat yang efektif untuk mencapai tujuan tertentu. Observasi ini menunjukkan bahwa balita sangat peka terhadap lingkungan sosialnya. 

Mereka memperhatikan bagaimana orang lain berperilaku dan mencoba meniru tindakan yang tampaknya berhasil, termasuk tangisan palsu untuk mendapatkan apa yang diinginkan.

4. Kelelahan atau ketidaknyamanan fisik

4. Kelelahan atau ketidaknyamanan fisik
Pexels/Arzella BEKTAŞ

Meskipun disebut ‘palsu’, tangisan ini juga bisa muncul karena balita merasa lelah, lapar, atau tidak nyaman, tetapi tidak tahu cara lain untuk mengungkapkannya. 

Mereka menggunakan tangisan palsu sebagai sinyal bahwa ada sesuatu yang salah, meskipun penyebabnya tidak selalu jelas bagi orang dewasa.

Dalam situasi ini, penting bagi orangtua untuk mencoba memahami penyebab tangisan tersebut dan memberikan respons yang sesuai, seperti memastikan balita cukup istirahat atau memeriksa apakah ada faktor fisik lain yang mempengaruhi kenyamanan si Kecil. 

5. Menghindari situasi yang tidak disukai anak

5. Menghindari situasi tidak disukai anak
Pexels/Helena Lopes

Balita sering menggunakan tangisan palsu sebagai strategi untuk menghindari situasi yang tidak mereka sukai. Anak berharap bahwa dengan menangis, orangtua akan mengubah keputusan mereka. 

Misalnya, ketika tiba waktunya tidur siang, mandi, atau berhenti bermain, anak kemungkinan akan menangis agar orang tua merasa iba dan membiarkan mereka melanjutkan aktivitas yang diinginkan. 

Ini adalah bentuk negosiasi yang balita lakukan karena mereka mulai memahami bahwa tangisan dapat memengaruhi keputusan orangtua.

Selain itu, balita juga kebanyakan akan menangis untuk menghindari hal-hal yang dianggap tidak menyenangkan, seperti pergi ke dokter, berbagi mainan dengan teman, atau mengikuti aturan tertentu. 

Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk tetap konsisten dalam aturan yang telah dibuat dan mengajarkan anak cara lain yang lebih efektif untuk menyampaikan perasaan atau keinginannya. 

Demikian beberapa penyebab tangisan palsu balita. Apakah Mama pernah menghadapi tangisan pura-pura anak?

Baca juga:

The Latest