5 Penyebab Tangisan Palsu Balita, Orangtua Harus Apa?
Ada kalanya tangisan bukan berasal dari rasa sakit atau kesedihan, melainkan untuk mencari perhatian
11 Maret 2025

Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tangisan adalah cara utama bagi anak untuk berkomunikasi, terutama ketika si Kecil belum sepenuhnya mampu mengungkapkan perasaan dan keinginan dengan kata-kata layaknya orang dewasa.
Namun, ada kalanya tangisan balita bukan berasal dari rasa sakit atau kesedihan, melainkan strategi untuk mendapatkan perhatian atau sesuatu yang diinginkan. Inilah yang sering disebut sebagai ‘tangisan palsu’.
Sebagai orangtua, memahami alasan di balik tangisan palsu balita dapat membantu dalam merespons dengan tepat. Berikut Popmama.com siap membahas lebih lanjut penyebab tangisan palsu balita melansir dari berbagai sumber.
1. Mencari perhatian
Anak berusia balita sering menggunakan tangisan palsu sebagai cara untuk menarik perhatian orang tua. Mereka melakukannya karena merasa diabaikan atau ingin memastikan bahwa dirinya tetap menjadi pusat perhatian.
Dengan menangis, anak berharap mendapatkan respons segera, seperti pelukan atau kata-kata penghiburan. Selain itu, di usia balita, mereka mulai menyadari bahwa tangisan dapat mempengaruhi lingkungan sekitar.
Mereka belajar bahwa dengan menangis, mereka dapat mengubah situasi sesuai keinginan, seperti mendapatkan mainan atau camilan. Ini adalah bagian dari perkembangan sosial dan emosional anak saat mereka belajar tentang sebab dan akibat.
2. Frustrasi atau ketidakmampuan mengungkapkan diri
Pada usia balita, kemampuan bahasa masih berkembang dan mereka masih kesulitan mengekspresikan perasaan atau keinginan dengan kata-kata. Ketidakmampuan ini dapat menyebabkan frustasi yang diekspresikan melalui tangisan palsu.
Misalnya, ketika anak tidak dapat menjelaskan apa yang mereka inginkan, mereka kemungkinan besar akan berpura-pura menangis untuk menyampaikan kebutuhan atau keinginannya.
Tangisan palsu ini sering kali merupakan cara anak untuk mengatasi keterbatasan komunikasi. Dengan menangis, anak berharap orang dewasa akan mencoba memahami dan memenuhi kebutuhan mereka tanpa perlu penjelasan verbal yang sulit dilakukan.