Gangguan makan pada anak dapat menjadi tantangan serius bagi orang tua dan pengasuh. Salah satu gangguan yang mungkin kurang dikenal para orangtua adalah ARFID (Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder).
ARFID adalah sebuah kondisi yang memengaruhi kemampuan seorang anak untuk menerima atau mengonsumsi makanan dengan cukup. Kondisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak secara signifikan.
ARFID bukan sekadar kebiasaan makan yang picky, melainkan sebuah kondisi medis yang memerlukan pemahaman dan pendekatan yang tepat.
Oleh karena itu, berikut Popmama.comsiap membahas lebih lanjut mengenai apa itu ARFID yang bisa terjadi pada anak.
1. Apa itu ARFID?
Freepik
Berdasarkan penjelasan unggahan Instagram Dr. Dono Baswardono, Graph, Psych, AISEC, MA, Ph.D, yang merupakan seorang psychoanalyst, graphologist, sexologist, serta marriage & family therapist, ARFID singkatnya adalah versi picky eating yang jauh lebih berat.
Dulunya, kondisi ini disebut sebagai gangguan makan selektif (SED). Biasanya, anak yang mengalami ARFID mengalami gizi buruk karena mempengaruhi pertumbuhannya secara signifikan.
Berbeda dari picky eating yang sering kali pulih setelah masuk SD karena melihat gaya makan orang di sekitar, ARFID bisa bertahan sampai dewasa.
Jika picky eating bisa dialami semua anak dengan intensitas ringan sampai berat, ARFID kebanyakan dialami oleh anak dengan autisme atau gangguan pemrosesan sensori (SPD).
Selain itu, ARFID juga bisa dipicu oleh trauma makanan. Misalnya, karena dulu orangtua menerapkan force-feeding (dipaksa makan saat bayi).
Editors' Pick
2. Kenapa ARFID bisa terjadi pada anak?
Freepik
Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti apa penyebab ARFID. Namun, sejumlah penelitian menjelaskan terdapat beberapa faktor risiko gangguan makan ini, antara lain:
Anak laki-laki.
Berusia di bawah 13 tahun.
Pernah mengalami gejala gastrointestinal, seperti mulas dan sembelit.
Mempunyai alergi pada suatu jenis makanan.
Di sisi lain, ada kalanya gangguan makan pada anak bukan disebabkan karena adanya gangguan medis. Berikut beberapa penyebab non-medis gangguan makan pada anak, yakni:
Anak sedang merasa ketakutan atau stres terhadap suatu masalah.
Anak memiliki kejadian traumatis di masa lalu, misalnya tersedak dan muntah yang parah sehabis makan makanan tertentu.
Anak tidak mendapatkan perhatian yang cukup dari orang tua.
Bisa jadi anak tersebut tidak menyukai tekstur, rasa, atau bau dari makanan tertentu.
3. Dampak anak mengalami ARFID
Freepik/gpointstudio
ARFID dapat memiliki dampak yang signifikan pada anak. Berikut beberapa dampak utama yang dapat terjadi:
Kurangnya Nutrisi: Anak dengan ARFID cenderung menghindari berbagai jenis makanan, yang dapat menyebabkan defisiensi gizi. Kekurangan nutrisi ini bisa mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fisik dan kognitif mereka.
Pertumbuhan Terhambat: Karena kurangnya asupan nutrisi yang cukup, anak-anak dengan ARFID mengalami masalah dalam pertumbuhan berat badan dan tinggi badan.
Masalah Kesehatan Fisik: Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan masalah kesehatan fisik seperti kelemahan otot, kelelahan, masalah tulang, dan masalah lainnya yang berkaitan dengan kurangnya zat gizi yang penting bagi tubuh.
Masalah Psikologis dan Emosional: ARFID dapat mempengaruhi kesehatan mental anak, termasuk meningkatkan risiko kecemasan terkait makanan, perasaan terisolasi atau tidak normal, dan stres yang berkaitan dengan situasi makan.
Sosialisasi Terhambat: Karena makanan sering kali terlibat dalam interaksi sosial, anak dengan ARFID dapat mengalami kesulitan dalam kegiatan sosial seperti makan bersama teman sebaya atau di sekolah.
4. Perbedaan ARFID dengan picky eating
Freepik
ARFID dan picky eating merupakan dua kondisi yang berbeda. Jangan langsung berpikiran bahwa anak yang suka pilih-pilih makanan pasti mengalami ARFID. Berdasarkan penjelasan Dr. Dono Baswardono, berikut perbedaan ARFID dan picky eating:
ARFID
Termasuk gangguan makan
Mulai muncul: 0-4 tahun
Hanya bisa menerima kurang dari 20 jenis makanan
Pemicunya karena takut atau kecemasan
Bisa bertahan sampai dewasa
Faktor inderawi: tekstur, rasa, bau, dan sentuhan makanan
Menolak makanan yang tidak biasa atau bary meski lapar.
Picky Eating
Dialami antara usia 18 bulan-3 tahun
Dapat menerima kurang lebih 30 jenis makanan
Pemicunya karena keinginan sendiri
Disertai tanpa gangguan medis
Sebelum usia 6 tahun biasanya sudah menurun dan mampu makan seperti anak-anak lain
Akan makan jika merasa lapar
Bagian normal perkembangan anak.
5. Cara menangani ARFID dan picky eating
Freepik/Jes2ufoto
Kondisi ARFID dan picky eating bisa dipulihkan dengan cara orangtua tidak memaksa anak untuk makan. Alih-alih memaksa, Mama perlu memberikan respon lembut ketika anak lapar (responsive feeding therapy).
Lakukan pembagian peran yang jelas dalam makan. Anak berperan menentukan when (makan saat ia lapar), how to (bagaimana cara makan), how much (berapa banyak porsinya), dan how many (apa saja menu makan dari orangtua yang dipilih untuk dimakan).
Sedangkan, orangtua menetapkan what (apa saja menu sehat yang disediakan) dan where (makan di mana. Misalnya, selalu di meja makan).
Selain itu, biasakan anak secara perlahan-lahan mendapat paparan stimulasi inderawi beragam, khususnya yang berhubungan dengan bahan makanan. Misalnya, ajak anak pergi ke pasar untuk mengenal bahan masakan dan memegang teksturnya.
Cara ini perlu disesuaikan dengan kondisi masing-masing anak. Itu sebabnya, penting bagi orangtua berkonsultasi dengan psikoterapis yang dapat mengidentifikasi keunikan setiap anak.
Itu dia penjelasan mengenai gangguan makan ARFID yang bisa terjadi pada anak. Apakah anak mama termasuk tipikal pemilih dan sangat sulit makan?