Seorang anak berusia dua tahun mengalami kejang berulang pada otot kaki hingga kesulitan menggerakan kakinya secara normal. Tak sampai disitu, kejang yang dialami sang anak juga membuat kedua kakinya kaku dan dalam posisi menyilang.
dr. lan Suryadi Suteja, M.Med Sc, Sp.A selaku Dokter Spesialis Anak yang membagikan edukasi mengenai kondisi tersebut menduga sang anak mengalami cerebral palsy spastik.
Lantas, apa sebenarnya penyakit satu ini? Untuk pembahasan selengkapnya, berikut Popmama.com siap membahas lebih lanjut untuk mengenal cerebral palsy spastik pada anak.
1. Apa itu cerebral palsy spastik?
unsplash/omar lopez
Cerebral palsy spastik adalah jenis cerebral palsy yang paling umum, ditandai oleh kekakuan otot (spastisitas) dan kesulitan dalam mengontrol gerakan tubuh. Kondisi ini terjadi akibat kerusakan pada bagian otak yang mengatur pergerakan dan postur, sering kali terjadi sebelum, selama, atau setelah kelahiran.
Spastisitas menyebabkan otot menjadi tegang dan kaku, sehingga gerakan menjadi terbatas atau tidak normal. Anak dengan cerebral palsy spastik kemungkinan akan mengalami kesulitan berjalan, menjaga keseimbangan, atau melakukan aktivitas sehari-hari.
Editors' Pick
2. Gejala cerebral palsy spastik
Pexels/Helena Lopes
Gejala cerebral palsy spastik bervariasi tergantung pada tingkat keparahan dan bagian tubuh yang terkena, tetapi secara umum meliputi:
Kekakuan Otot (Spastisitas): Otot menjadi kaku dan tegang, sering kali membuat gerakan menjadi canggung atau sulit.
Refleks Berlebihan: Penderita mungkin menunjukkan refleks yang berlebihan (hiperrefleksia), seperti kedutan atau gerakan tiba-tiba saat otot dirangsang.
Gerakan yang Tidak Terkoordinasi: Gerakan cenderung lambat, tidak lancar, atau tidak terkoordinasi.
Kesulitan Berjalan: Banyak penderita mengalami gaya berjalan tidak normal, seperti berjalan dengan jari kaki, menyilangkannya, atau langkah pendek yang kaku.
Postur Tubuh Tidak Normal: Posisi tubuh bisa terlihat tidak simetris atau tidak wajar akibat ketidakseimbangan otot.
Kelemahan Otot: Selain kekakuan, otot yang tidak digunakan secara optimal bisa menjadi lemah.
Kesulitan Gerakan Halus: Aktivitas yang memerlukan motorik halus, seperti menulis atau memegang benda kecil, sering terhambat.
Nyeri Otot: Kekakuan yang berkepanjangan dapat menyebabkan rasa sakit atau ketidaknyamanan pada otot.
Gejala ini bisa muncul sejak bayi atau awal masa kanak-kanak. Sering kali memengaruhi perkembangan motorik anak, seperti merangkak, duduk, atau berjalan. Tingkat keparahan gejala dapat bervariasi, mulai dari ringan hingga berat, tergantung pada lokasi dan luasnya kerusakan otak.
3. Penyebab cerebral palsy spastik
mycerebralpalsychild.org
Cerebral palsy spastik pada anak disebabkan oleh kerusakan atau gangguan perkembangan otak yang mengontrol gerakan dan koordinasi. Kerusakan ini biasanya terjadi sebelum, selama, atau segera setelah kelahiran. Berikut adalah beberapa penyebab utama:
Komplikasi selama Kehamilan:
Infeksi pada ibu hamil (seperti rubella, toksoplasmosis, atau cytomegalovirus).
Paparan racun atau zat berbahaya, seperti alkohol atau obat-obatan tertentu.
Kekurangan oksigen pada janin akibat gangguan pada plasenta atau tali pusat.
Komplikasi saat Persalinan:
Asfiksia lahir (kekurangan oksigen saat proses kelahiran).
Trauma kepala akibat proses persalinan yang sulit atau lama.
Prematuritas dan Berat Lahir Rendah:
Bayi yang lahir prematur atau dengan berat badan sangat rendah memiliki risiko lebih tinggi, karena otak anak belum sepenuhnya berkembang dan lebih rentan terhadap kerusakan.
Gangguan Aliran Darah atau Stroke Neonatal:
Gangguan sirkulasi darah ke otak bayi, seperti stroke neonatal dapat merusak jaringan otak.
Infeksi atau Cedera Setelah Lahir:
Meningitis, ensefalitis, atau trauma kepala setelah lahir dapat menyebabkan kerusakan otak yang memicu cerebral palsy.
Faktor-faktor di atas dapat menyebabkan kerusakan pada bagian otak yang mengontrol gerakan, postur, dan koordinasi, sehingga memicu gejala spastisitas pada anak.
4. Cara mengobati cerebral palsy spastik
brainandlife.org
Ketika anak didiagnosis dengan cerebral palsy, dokter biasanya menyarankan pemeriksaan rutin untuk memantau gejala selama dua tahun pertama kehidupan.
Diagnosis dini sangat penting untuk mengidentifikasi penyebab pasti dan menentukan langkah pengobatan yang tepat. Jika kondisi ini tidak dikenali dengan cepat, dapat timbul komplikasi, seperti kekakuan sendi yang mengganggu pergerakan anak.
Pengobatan cerebral palsy bertujuan untuk mengatasi keterbatasan dan mencegah komplikasi. Beberapa opsi pengobatan meliputi:
Penggunaan alat bantu seperti kaca mata, alat bantu dengar, alat bantu jalan, penyangga tubuh, atau kursi roda.
Obat relaksan otot untuk mengurangi spastisitas dan rasa sakit akibat kejang otot.
Operasi ortopedi untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan mobilitas.
Terapi tambahan seperti terapi bicara, terapi fisik, terapi rekreasi, serta dukungan psikologis melalui konseling atau layanan sosial.
5. Bisakah cerebral palsy spastik sembuh?
freepik
Cerebral palsy spastik tidak dapat disembuhkan karena kerusakan pada otak bersifat permanen dan tidak dapat diperbaiki. Namun, kondisi ini dapat dikelola dengan pengobatan, terapi, dan intervensi medis untuk membantu penderita mencapai kualitas hidup yang lebih baik.
Berbagai pendekatan seperti terapi fisik, obat-obatan untuk mengurangi kekakuan otot, penggunaan alat bantu, dan dalam beberapa kasus seperti operasi, dapat membantu meningkatkan kemampuan motorik dan mengurangi gejala.
Dengan perawatan yang tepat, anak yang mengalami cerebral palsy spastik dapat berkembang secara optimal dan beradaptasi dengan keterbatasannya untuk menjalani kehidupan lebih mandiri.
Demikian informasi seputar cerebral palsy spastik pada anak. Semoga bisa menjadi ilmu baru ya, Ma.