Tips Memilih Mainan untuk Membangun Kecerdasan Anak sejak Dini
Salah satunya adalah Mama perlu memberikan anak mainan yang mengaktifkan interaksi
28 Juli 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kecerdasan anak tidak hanya terbatas pada kemampuan anak dalam berpikir maupun belajar, tetapi juga mencakup kemampuan si Kecil memahami lingkungan yang ada di sekitarnya. Pertumbuhan serta perkembangan anak pun dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
Termasuk faktor yang berkaitan dengan secure attachment akan lebih mudah lewat mainan. Secure attachment sendiri merupakan hubungan kelekatan antara orangtua dan anak.
Secure attachment membantu anak dalam mengeksplorasi dunia dan memperluas pengetahuan anak akan lingkungannya. Berikut Popmama.com siap membahas ulasan terkait tips memilih mainan untuk membangun kecerdasan anak.
1. Hindari mainan berukuran kecil untuk anak usia yang masih kecil
Sebelum membeli mainan untuk buah hati tercinta, para orangtua harus memastikan apakah mainan tersebut aman atau tidak. Keamanan mainan bisa dicek lewat bahan yang digunakan, apakah menggunakan plastik berbahaya atau tidak?
"Pastikan keamanan mainan yang dipilih. Jangan sampai mainan tersebut mengandung bahan yang berbahaya," kata Firman Ramdhani, M.Psi. selaku Psikolog Klinik RS Brawijaya Hospital Duren Tiga di acara Toys Kingdom 'Fun Talkshow: Membangun Kecerdasan Anak melalui Mainan', Rabu (26/7/2023).
Jika Mama masih memiliki anak yang berada di fase oral alias memasukkan benda ke mulut, maka pastikan mainan yang dipilih tidak berukuran kecil. Semakin kecil mainan yang disediakan, maka semakin mudah bagi anak untuk dimasukkan ke dalam mulutnya.
"Anak suka sekali memasukkan sesuatu ke mulutnya. Kalau masih berada di fase itu, maka orangtua tidak disarankan untuk memberikan mainan yang bentuknya kecil," paparnya.
Editors' Pick
2. Pilih mainan yang mengaktifkan interaksi
Mama bisa memilih mainan yang sifatnya membangun interaksi, sebagai contohnya adalah mainan yang bisa dimainkan untuk dua orang atau memerlukan partner ketika memainkannya.
Jenis mainan seperti ini juga mampu melatih anak dalam berkomunikasi dengan orang lain, baik itu lewat kata-kata maupun body language.
"Orangtua bisa memilih mainan yang mengaktifkan interaksi. Supaya anak mendapat porsi human interaction. Ambillah contoh anak main bola, tapi dia mainnya cuma sendiri, itu pembelajaran yang dia dapat dari main bola nggak akan maksimal," ujar Firman Ramdhani.