Optimalkah Tumbuh Kembang Si Kecil Jika Dibesarkan dengan 2 Bahasa?
Cari tahu tipsnya disini yuk, Ma!
28 Agustus 2018
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Dilansir dari bundoo.com, menurut Cara Barthelette, MS, CCC/SLP, Pediatric Speech Therapist, jika anak belajar berbicara dalam dua bahasa, maka hal tersebut tidak akan menyebabkan masalah bahasa padanya di masa depan.
Justru, akan ada banyak manfaat jika si Kecil belajar lebih dari satu bahasa, terutama untuk membantu anak berkomunikasi lebih baik dengan anggota keluarga.
Tak hanya itu, menjadi seseorang yang pandai dalam dua bahasa juga akan membangun kekuatan otaknya kelak.
Bahkan, menurut sebuah penelitan di Singapura, anak yang mengerti dua bahasa kemungkinan memiliki kemampuan belajar dan ingatan yang lebih baik daripada yang hanya mengerti satu bahasa.
Meskipun begitu, menjadi bilingual ternyata memungkinkan si Anak untuk belajar dengan cara yang tak biasa.
Maka dari itu, tak heran jika anak-anak bilingual mampu untuk melakukan "kode-switch" atau mengganti satu bahasa ke bahasa lain ketika berbicara.
Kode-swith yang mereka lakukan tidak menandakan bahwa mereka bingung dalam mengungkapkan kalimat, tetapi ini adalah tanda bahwa mereka mampu mengembangkan kompetensi dalam dua bahasa sekaligus.
Kunci terpenting saat melatih anak bicara adalah dengan mengajarkannya bahasa yang paling nyaman bagi orangtua.
Ketika Mama berbicara dengan anak, maka Mama tidak hanya mengajarkan kosakata, tetapi juga struktur bahasa. Bagaimana kalimat dibentuk, termasuk di mana kata benda, kata kerja dan kata sifat masuk dalam kalimat.
Mengetahui banyaknya manfaat sekaligus tantangan ketika Mama mencoba membesarkan anak dalam dua bahasa, maka berikut Popmama.com telah merangkum 7 cara mudahnya!
1. Jangan berbicara dalam bahasa bayi
Meski si Kecil belum bisa berbicara dengan lancar, namun satu tahun pertama dalam hidupnya adalah masa terpenting untuk membangun pondasi bahasa.
Bayi memproses struktur dan arti bahasa jauh sebelum mereka mulai belajar bicara. Maka dari itu, cobalah respo celotehan si Kecil dengan kata-kata dan obrolan.
Meski ia belum bisa memahami arti kata-kata tersebut, namun bagian otaknya yang mengatur kemampuan bicara dan bahasa sudah terstimulasi saat kita berbicara padanya.
Makin banyak bahasa yang mereka dengar, makin berkembang bagian otak tersebut.
Saat ia sudah mulai belajar bicara, ia sudah akan bisa memahami perbedaan beberapa bahasa yang Mama gunakan saat bicara padanya.
Anak-anak yang terpapar pada dua bahasa sejak lahir akan lebih mudah menguasai dua bahasa tersebut dengan fasih.
Namun, jika pengenalan pada bahasa asing ini baru dimulai sejak bayi berusia 6 bulan, ia akan sedikit lebih kesulitan membedakan mana yang bahasa A dan mana yang bahasa B.
Penelitian juga menunjukkan bahwa seiring bayi tumbuh, adaptasinya terhadap suara dan bahasa akan terus menurun. Di atas 6-7 tahun, sangat sulit baginya untuk menciptakan koneksi dengan bahasa baru.
Maka dari itu, lebih sulit mengajarkan bahasa lain pada anak-anak di sekolah dasar, dibandingkan pada anak-anak usia preschool atau bahkan balita.
2. Ajarkan melalui nyanyian, buku bacaan, dan permainan
Untuk si Kecil yang tertarik dengan aktivitas yang menyenangkan, maka Mama dapat dengan mudah mengajarkannya melalui musik, nyanyian, obrolan, serta buku bacaan.
Jika kata-kata dihubungkan dengan rima dan melodi seperti dalam puisi atau lagu, anak-anak akan mengingatnya lebih mudah.
Jadi, teruslah respon si Kecil saat ia berbicara ataupun saat menyanyikan lagu favoritnya.
Jangan lupa juga untuk memperkenalkannya pada berbagai kosakata dan ekspresi bahasa dengan cara yang menyenangkan.
Saat ia bertambah dewasa, perluaslah aktivitasnya dengan kegiatan seni seperti menari, kaligrafi, dan sebagainya.