Kasus Kekerasan Anak di Daycare, Apa Dampaknya untuk Psikologis Anak?
Hati-hati! Dampak kekerasan pada anak bisa mengancam masa depan mereka
4 Agustus 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sebuah kasus penganiayaan anak di sebuah daycare di Depok, Jawa Barat, baru-baru ini menggemparkan publik. Pelakunya yang mengejutkan adalah seorang influencer parenting yang sering membagikan tips pengasuhan anak di media sosial.
Kasus ini terungkap setelah beredar video CCTV yang memperlihatkan seorang wanita, yang kemudian diketahui sebagai pemilik daycare dan influencer, melakukan tindakan kekerasan terhadap seorang balita.
Dalam video tersebut terlihat anak tersebut ditendang, dicubit, dan bahkan diseret. Tindakan kekerasan ini dilakukan secara berulang. Kasus ini menimbulkan keprihatinan yang mendalam karena dampak psikologis yang ditimbulkan pada korban. Anak yang mengalami kekerasan fisik dan emosional seperti ini dapat mengalami trauma yang berkepanjangan.
Berikut ini, Popmama.com sudah merangkum informasi seputar kasus viral kekerasan anak di daycare dan apa dampaknya untuk psikologis anak.
Editors' Pick
1. Kronologi kasus penganiayaan balita di daycare Depok
Pada tanggal 10 Juni 2024, sekitar pukul 07.00 WIB, seorang anak diantar ke daycare. Namun, saat orangtua datang untuk menjemputnya, mereka mendapati luka memar di tubuh anak mereka.
Pihak daycare menolak tuduhan adanya kekerasan, mengklaim bahwa luka-luka tersebut bukan akibat penganiayaan. Namun, setelah penyelidikan lebih lanjut, muncul bukti bahwa tindakan kekerasan memang terjadi. Beberapa guru memberikan kesaksian dan bukti yang mendukung dugaan tersebut.
Dari rekaman CCTV, diketahui bahwa Meita Irianty atau MI, salah satu guru di daycare, adalah pelaku utama. Video menunjukkan MI melakukan kekerasan fisik, seperti mendorong, memukul, menendang, dan bahkan menusuk anak dengan gunting.
Selain itu, MI juga melakukan tindakan psikologis yang merugikan anak, seperti mengurung anak bersama bayi lain, melempari barang, meneriaki, mencubit, dan merendahkan korban, serta mengabaikan korban saat memerlukan bantuan.
Di sisi lain, karena semua guru di daycare fokus pada mengajar anak-anak TK dan PG, tidak ada yang mengawasi korban. Pelaku juga mengintimidasi guru lain agar tidak melaporkan kejadian tersebut kepada orangtua korban.
2. Pihak polisi ungkap kondisi anak alami kekerasan
Kapolres Metro Depok, Kombes Arya Perdana mengungkap bahwa Polres Metro Depok saat ini sedang menyelidiki kasus kekerasan terhadap anak dan menunggu hasil visum dari rumah sakit.
Menurut laporan yang diterima, korban mengalami kekerasan fisik berupa tendangan dan pukulan. Selain itu, pihak kepolisian juga masih mencari informasi tambahan dari saksi-saksi lain.
"Kalau orangtuanya mengetahui dari orang yang melaporkan, staf di sana, karena disampaikan anak ini kalau melihat si pelaku katanya teriak histeris," jelas Arya.
Reaksi korban yang histeris ketika melihat atau mendengar pelaku menjadi bukti adanya trauma psikologis yang dialami anak tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa kekerasan yang dialami korban bukan hanya sebatas luka fisik, tetapi juga meninggalkan bekas yang mendalam pada jiwanya. Peristiwa traumatis seperti ini dapat berdampak jangka panjang pada perkembangan emosi dan sosial anak.