Bermain adalah sumber hiburan bagi bayi dan anak-anak. Entah itu bermain menyusun balok, bermain cilukba, atau pun bermain menirukan suara, kegiatan bermain membuat bayi dan anak-anak sibuk sepanjang hari. Namun, ternyata bermain bukan hanya untuk menghibur anak-anak saja, melainkan juga mendorong tumbuh-kembangnya.
Lewat permainan, anak belajar tentang memecahkan masalah, sebab-akibat, berpikir kreatif, dan berkomunikasi. Selain itu, lewat berbagai permainan, anak berlatih mengembangkan berbagai keterampilan motorik halus dan kasar.
Sosiolog bernama Mildred Parten, pada tahun 1932, mengelompokkan permainan anak ke dalam enam tahap awal. Menurut peneliatain Parten, anak-anak melewati enam tahapan ini sebelum mereka berusia 5 tahun, kemudian akan mencoba jenis permainan lainnya.
Berikut ini Popmama.com merangkum 10 jenis permainan anak sesuai tahapan tumbuh kembang dan usia seperti untuk bayi, balita, dan anak-anak, dilansir dari Parents:
1. Permainan kosong (unoccupied play)
Pexels/Ivan Samkov
Bayi baru lahir usia satu hingga tiga bulan cenderung memainkan permainan kosong sebagai cara pertama mereka belajar mengenal tentang dunia. Mereka mengamati sekelilingnya dan membuat gerakan-gerakan tubuh secara acak karena penasaran.
Meskipun baru bisa memainkan permainan kosong, orangtua dapat mendorong eksplorasi anak dengan berbagai stimulasi, seperti menunjukkan gambar berwarna.
2. Permainan sendiri (independent play/solitary play)
Freepik/wirestock
Sejak lahir hingga sekitar usia dua tahun anak tidak terlalu tertarik bermain dengan teman bermainnya di lingkungan sosial. Mereka lebih suka menghibur diri dengan permainan mandiri.
Permainan mandiri mengajarkan anak tentang lingkungannya, membangun kepercayaan diri, kemandirian, kreativitas, sebab-akibat, dan menyempurnakan motoriknya.
3. Permainan penonton (onlooker play)
Freepik/Pch.vector
Ilustrasi
Sekitar usia dua tahun anak terlibat dalam permainan menonton, yaitu menonton orang lain bermain tetapi tidak berpartisipasi.
Walaupun tampak sepele, ternyata tahapan bermain ini membantu anak mendapatkan kepercayaan diri yang kelak diperlukannya untuk ikut bersenang-senang. Mereka belajar cara bermain dan berinteraksi dengan orang lain.
4. Permainan paralel (parallel play)
Freepik/rawpixel
Saat anak bermain berdampingan dengan teman-temannya, tetapi mereka sibuk dengan permainannya masing-masing, inilah yang disebut dengan permainan paralel.
Anak mungkin menggunakan mainan yang sama dan meniru satu sama lain. Namun mereka tidak berinteraksi langsung dengan teman-teman sebayanya.
Permainan ini umum dilakukan anak usia dua hingga tiga tahun, di mana anak sudah hampir siap untuk terhubung dengan orang lain.
Editors' Pick
5. Permainan asosiatif (associative play)
Freepik/Freepik
Menginjak usia tiga atua empat tahun, anak menjadi lebih tertarik pada tindakan orang lain. Mereka mulai terlibat dengan teman bermainnya, tetapi masih akan melakukan banyak hal sendiri.
Jenis permainan ini membantu keterampilan sosial, kerja sama, bahasa, pemecahan masalah, dan resolusi konflik.
6. Permainan kooperatif (cooperative play)
Pexels/Alex Green
Inilah saat anak akhirnya mulai bermain dengan orang lain. Umumnya permainan kooperatif ini dimulai sekitar usia empat atau lima tahun.
Permainan kooperatif ini melatih keterampilan yang telah anak peroleh melalui tahapan-tahapan permainan sebelumnya, seperti komunikasi verbal, kerja tim, dan berbagi.
Dalam tahapan bermain ini, anak juga akan mempelajari keterampilan baru, seperti empati, kompromi, dan berbuat baik.
Melalui permainan kooperatif, secara bersama-sama anak memiliki tujuan bersama yang ingin dicapai. Ini penting untuk perkembangan sosial dan emosional anak.
7. Permainan dramatis atau fantasi (dramatic or fantasy play)
Freepik/rawpixel.com
Permainan dramatis berfokus pada imajinasi anak. Segala jenis aktivitas yang melibatkan fantasi anak termasuk dalam kategori ini, seperti bermain mendandani, bermain rumah-rumahan, atau bermain pura-pura meniru pekerjaan.
Pada tahapan ini, anak mencoba berperilaku meniru apa yang mereka lihat di dunia nyata.
8. Permainan kompetitif
Freepik/jcomp
Seperti namanya, permainan kompetitif terdiri dari kegiatan yang terorganisir dengan aturan dan ada pemenangnya. Contohnya seperti board games dan olahraga.
Ketika memainkan permainan kompetitif, anka tidak hanya belajar tentang kerjasama tim, melainkan juga mendapatkan pengalaman dengan bergiliran, mengikuti aturan, dan menghadapi kegagalan. Semua hal ini merupakan pelajaran penting untuk membekali anak menjalani hidupnya di masyarakat.
9. Permainan fisik
Freepik/prostooleh
Permainan fisik melibatkan gerak tubuh, tetapi tidak harus dalam suasanan kompetitif. Contohnya seperti menari mengikuti musik, bermain sepeda, atau bermain skuter.
Permainan fisik melatih keterampilan motorik halus pada anak, membantu keseimbangan, koordinasi tangan-mata, perkembangan otot, dan lain-lain.
10. Permainan konstruktif
Freepik/pressfoto
Permainan konstruktif melatih anak menciptakan sesuatu dengan bahan-bahan yang tersedia secara terorganisir. Contoh permainan konstruktif adalah bermain balok LEGO atau membuat istana pasir.
Permainan konstruktif mengandalkan ide dan imajinasi untuk membangun dunia yang diinginkan anak. Permainan ini pun melatih ketekunan, perencanaan, kreativitas, dan pemikiran logis anak. Anak-anak juga mendapatkan pengalaman dunia nyata dengan konsep ilmiah dan matematika, yang seringkali memicu keingintahuan alami mereka.
Itulah beberapa jenis-jenis permainan anak sesuai dengan tahapan tumbuh-kembangnya. Sediakan dan arahkan permainan-permainan yang tak hanya bersifat menghibur, tetapi juga memberi nilai lebih untuk melatih kecerdasan dan kesehatan fisik anak. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Ma.