Keunikan Proses Menerima Informasi pada Otak Anak Autisme
Kelemahan bisa menjadi sebuah kelebihan pada anak autisme
24 Mei 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Di masyarakat, autisme kerapkali disalahartikan sebagai sebuah penyakit. Namun sebetulnya autisme bukanlah penyakit, melainkan perbedaan yang terjadi pada otak dan saraf dalam berperilaku dan proses berpikir manusia.
Anak dengan autisme mungkin memiliki perilaku yang tidak seperti anak-anak yang lain, misalnya ekspresi dan gestur yang datar.
Meskipun begitu, perbedaan dalam memproses informasi yang dialami anak dengan autisme inilah yang membuatnya unik, lebih dari yang selama ini kita kira.
Kali ini Popmama.com merangkum keunikan anak autis dalam memproses informasi, dilansir dari Scientific American:
1. Anak dengan autisme memiliki perilaku sosial yang unik
Pada umumnya, perilaku sosial anak dengan autisme berbeda. Biasanya mereka minim kontak mata, jarang melakukan sapaan spontan, ekspresi wajah dan gestur yang terbatas, ucapan dan ritme bicara yang tidak biasa. Terkadang digambarkan seperti 'robot'.
Anak dengan autisme tidak terlalu berminat terlibat dalam aktivitas sosial dan tidak peduli mengelola kesan orang lain terhadap mereka. Sebuah studi bahkan menemukan bahwa orang dewasa dengan autisme cenderung tidak menanggapi candaan orang lain dengan tujuan terlibat dalam ikatan sosial sehingga terkadang hal ini terkesan tidak sopan dalam situasi sosial tertentu.
Editors' Pick
2. Anak dengan autisme memiliki perhatian lebih besar terhadap detail
Adanya perspektif alternatif yang mendapatkan banyak dukungan penelitian dalam beberapa tahun belakangan ini tentang bagaimana anak dengan autisme memiliki cara yang berbeda dalam memproses informasi yang masuk.
Anak dengan autisme memiliki perhatian yang lebih besar terhadap detail. Hal inilah yang membuat mereka punya kecenderungan strategi bottom up, yaitu memahami bagian-bagian detil sebuah obyek kemudian baru membangun perhatiannya secara keseluruhan.
Sebuah penelitian menemukan anak dengan autisme yang diperlihatkan foto-foto dengan informasi sosial, seperti orang mengobrol, ternyata lebih fokus pada detil-detil kecil di foto. Alih-alih fokus pada ekspresi orang di dalam gambar, mereka lebih memperhatikan sakelar lampu yang terdapat di dalam gambar.
Itulah yang menjelaskan mengapa anak dengan autisme lebih fokus pada detail yang seringkali dianggap tidak relevan oleh orang awam.
3. Otak anak dengan autisme memiliki kelemahan
Tidak seperti pada struktur otak orang pada umumnya, otak anak dengan autisme cenderung lemah dalam hal koherensi sentral (weak central coherence).
Ada bukti neurologis yang menunjukkan bahwa pikiran unik penderita autisme sebagian disebabkan karena jumlah koneksi lokal jarak pendek yang berlebihan pada korteks prefrontal (yang diperlukan untuk perhatian terhadap hal detil). Seiring dengan itu, jumlah koneksi jarak jauh atau global yang diperlukan untuk menghubungkan informasi dari wilayah otak yang luas dan beragam, berkurang.
Kelemahan ini mengakibatkan anak sulit menangkap makna secara keseluruhan dari sekumpulan detil. Hal ini membuat otak anak mengalami context blind atau kesulitan memahami konteks.
4. Perbedaan struktur otak dalam menyaring informasi sensorik
Peneliti menemukan bahwa perilaku sosial anak dengan autisme yang cenderung kaku adalah sebuah 'strategi' untuk menyaring informasi sensorik.
Anak dengan autisme merasakan kebingungan emosional selama berinteraksi sosial. Mereka berpotensi menafsirkan ekspresi dan gestur orang lain sebagai sesuatu yang berbeda atau kebalikan dari apa yang dimaksudkan orang. Karenanya, mereka cenderung menghindari kontak mata dan melihat lebih sedikit pada bagian mata serta wajah.
Anak dengan autisme sering merasa terganggu oleh informasi sensorik di lingkungan sekitarnya, termasuk latar belakang suara yang bising, lampu neon, benda mengkilap, gerakan tubuh, hingga aroma.
5. Kelemahan sebagai kekuatan
Di satu sisi, keunikan otak ini membuat banyak anak dengan autisme yang fokus pada detil secara ekstrem. Mereka mampu menangkap detil-detil kecil dari hal besar yang kompleks. Mereka pun dianugerahi fokus tinggi sehingga jika dibina dengan baik, anak dengan autisme bisa menjadi ahli di bidangnya.
Salah satunya adalah Sebastian Esposito. Anak berusia 5 tahun ini memiliki kemampuan membaca dan menulis di atas rata-rata. Bahkan, Sebastian yang didiagnosis memiliki hiperleksia ini mampu menulis berbagai huruf sesuai dengan gaya asli jenis hurufnya, misalnya font Century Gothic. Hebat sekali bukan?
Itulah beberapa hal yang menjelaskan mengapa anak dengan autisme berbeda, tetapi perbedaan inilah yang membuat mereka unik dalam memproses informasi. Semoga menambah wawasan ya, Ma.
Baca juga:
- Tanpa Ekspresi dan Kaku, Tanda Anak Alami Autisme
- Kisah Paolo Bonavita, Anak Pengidap Autisme dan Epilepsi Alami Mujizat
- 7 Cara Menunjukkan Rasa Sayang dan Dukungan pada Anak Autisme