Setiap orangtua di dunia ini mengharapkan sang Anak tumbuh cerdas dan pintar, serta bahagia dan sukses di masa depannya. Para ahli menemukan bahwa orang-orang yang sukses nan bahagia, mereka memiliki karier dan relasi yang bagus.
Orang seperti itu cenderung mempunyai kualitas-kualitas tertentu dalam hidupnya.
Bukan muncul tiba-tiba dan secara kebetulan.
Kualitas hidup itu telah ada dalam diri seseorang, bahkan ketika mereka masih anak-anak. Orangtua memiliki peran penting, termasuk kamu yang bertugas untuk mendorong dan mendidik anak saat di rumah.
Kualitas dalam diri anak inilah yang menjadi aset dan sebagai bekal hidup anak di masa depan.
Berikut Popmama.com merangkum lima kualitas anak yang merupakan aset penting dalam kehidupan anak.
1. Kepercayaan
Freepik/prostooleh
Kepercayaan merupakan dasar dari semua sifat lainnya. Tanpa karakteristik ini, anak akan kesulitan menghadapi perkembangan demi perkembangan dalam kehidupannya.
Sejak bayi sebenarnya mama sudah menanamkan bibit rasa percaya pada anak. Merawat dengan baik adalah salah satu contoh nyata yang bisa dirasakan oleh anak.
Anak yang tidak memiliki rasa kepercayaan terhadap orang lain, akan kesulitan membangun hubungan.
Ia pun akan mudah minder dan tidak punya motivasi untuk bergerak maju karena tidak percaya bahwa ia mampu.
Saat masih anak, anak mulai mengembangkan rasa percaya kepada orang lahir, bahkan sejak ia baru lahir. Orangtua wajib menjalin ikatan dengan anak dengan cara menanamkan rasa aman dan memenuhi kebutuhan dasarnya.
Memberinya makan saat ia lapar, memeluk dan menggendongnya saat ia menangis, mengganti popoknya ketika sudah kotor, dan sebagainya.
Selain itu, penting untuk mengajak anak mama berinteraksi dengan mengobrol, bernyanyi, dan melakukan kontak mata.
Editors' Pick
2. Kesabaran
hifivebaby.com
Anak yang belajar bersabar, memiliki daya tahan dan kebijakan lebih, yang membuatnya mungkin lebih sukses di masa depan. Mengajari anak bersabar dapat membantu menanamkan dalam dirinya perasaan kemandirian dan kemampuan menyelesaikan masalah dengan baik.
Anak-anak cenderung tidak memiliki kesabaran dan mereka mudah frustrasi tatkala tak mampu menyelesaikan puzzle-nya, atau harus menunggu giliran bermain.
Bagaimana cara melatihnya?
Hal yang harus diingat pertama-tama adalah anak merupakan penyerap dan peniru yang ulung. Untuk itu, orangtua perlu menjadi contoh baik.
Lakukan hal yang benar dan anak Mama akan menirunya. Mulailah dengan hal yang sederhana, misalnya ketika anak marah dan menumpahkan susunya.
Ketimbang naik pitam dan mengomel, dengan tenang ajak anak membersihkan kekacauan yang dibuatnya. Sembari membersihkan tumpahan susu, ajari anak sesuatu yang membuatnya menyadari kesalahannya dan belajar untuk mengendalikan diri.
3. Tanggung jawab
freepik.com
Kulitas diri yang ketiga ini sangat penting dan ada dalam kepribadian orang sukses pada umumnya.
Untuk berhasil dalam hidup, anak perlu tahu bagaimana membuat komitmen dan menindaklanjutinya.
Tanggung jawab merupakan hal yang bisa diajarkan sejak anak masih kecil.
Misalnya, ketika anak mama yang baru berusia setahun menjatuhkan botolnya ke lantai dan menunggu Mama mengambilkan untuknya. Latih ia untuk mengambilnya sendiri, tidak menunggu Mama yang mengambilkan.
Ia akan terus mengulangi tindakan ini dan Mama harus tetap teguh pendirian melatihya untuk mengambilnya sendiri.
Begitupun saat anak selesai menyusu, maka botol jangan asal main lempar saja. Biasakan anak untuk menyimpannya dengan rapih atau membawanya ke tempat cuci piring di dapur.
Lambat-laun anak akan belajar pemahaman mendasar tentang sebab dan akibat, serta menyadari bahwa ada konsekuensi atas tindakannya. Ini penting untuk memulai pelajaran tentang tanggung jawab.
4. Empati
alphamom.com
Empati merupakan kunci pengembangan kompetensi sosial seseorang. Jika ingin anak nantinya bisa memiliki relasi sosial maupun personal, anak harus tahu bagaimana perasaan orang lain dan bagaimana cara merespons sesuatu dengan tepat.
Anak memperlihatkan empatinya, tetapi bentuk empati yang diperlihatkannya masihlah primitif.
Anak tidak benar-benar mampu menempatkan diri pada posisi orang lain sampai ia berusia tiga hingga 6 tahun.
Sebelum itu, mereka masih kesulitan melihat dunia dari sudut pandang orang lain, selain perspektif diri sendiri.
Mama dapat membantu membangun empati anak sejak dini. Bertanya pada anak, "Gimana rasanya kalau Kakak dipukul seperti Kakak memukul Mama?" tidak benar-benar membantu anak mengerti apa yang diperbuatnya.
Tetapi, jelaskan padanya bagaimana tindakannya berdampak pada orang lain. Misalnya, ketika ia mengigit sang Adik, jelaskan padanya bahwa itu sakit dan bisa menimbulkan luka dan berdarah.
Dalam mengajarkan empati pada anak, yang lebih penting adalah perilaku orangtua.
Lakukan kepada anak seperti yang Mama inginkan anak melakukannya terhadap orang lain. Itu berarti memperhatikan kebutuhannya dan menunjukkan kepadanya bahwa Mama menghormati perasaannya.
Jika ia melemparkan krayon dengan penuh kemarahan, dengan tenang ajak anak memungut krayonnya dan katakan padanya bahwa Mama mengerti ia merasa marah, tetapi tidak perlu melampiaskannya dengan melemparkan barang.
5. Kemandirian
Freepik
Dengan belajar mandiri sejak dini, anak akan tumbuh dengan kompas batin yang cukup kuat untuk mengetahui apa yang diinginkannya.
Ia dapat membuat penilaian yang sehat dan bijak sendiri terhadap suatu hal. Dengan mengembangkan kemandirian sejak dini, anak akan belajar menyelesaikan masalah.
Jika anak Mama yang berusia satu tahun mulai tidak sabar bergantian mainan dengan anak lain, katakan padanya Mama tahu ia kesal, dan dorong ia untuk mencari solusi lain.
Semakin bertambah usia, bantu anak memecah tugasnya menjadi bagian-bagian kecil dan biarkan ia menguasai tiap bagian kecil itu sendiri.
Jika anak dapat menemukan cara mengambil handuknya sendiri, membuka toples kue, atau menata mainannya ke dalam keranjang, ia akan merasa lebih mandiri dan percaya diri dalam menangani tugas-tugas besar di sekitar rumah.
Penting bagi orangtua menunjukkan contoh kemandirian dalam tindakan sehari-hari. Jika Mama mengalami masalah dengan komputer, komunikasikan pada anak bahwa Mama mengalami masalah dan akan mencoba menyelesaikannya sendiri.
Dengan cara seperti ini, anak dapat melihat bahwa Mama juga mengalami masalah dan berusaha menyelesaikannya melalui serangkaian proses.
Mengajarkan kualitas-kualitas ini memang tak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Membiarkan anak menyelesaikan sendiri masalah mereka mungkin seringkali membuat Mama kehilangan kesabaran.
Tetapi, justru Mama membantu anak lebih banyak jika tidak serta-merta menyelesaikan masalahnya atau membantunya mengerjakan tugasnya semata-mata agar lebih cepat.
Waktu ekstra yang Mama berikan untuk anak menyelesaikan masalahnya sendiri, akan menjadi buah hasil di masa mendatang.
Itulah 5 kualitas diri yang perlu dididik dalam diri anak sehingga ia bisa menjadi sukses di masa depannya. Semoga bermanfaat ya Ma!