Mendengar nama penyakit sifilis atau raja singa, mungkin yang terbesit di pikiran mama adalah penyakit ini adalah penyakit yang menjangkiti orang dewasa. Namun, ternyata penyakit menular seksual ini juga dapat diderita oleh anak-anak. Yang lebih mengejutkannya lagi, terjadi peningkatan kasus sifilis pada anak di Indonesia.
Apa penyebabnya hingga anak-anak di bawah umur bisa menderita penyakit ini?
Berikut ini Popmama.com merangkum informasi selengkapnya mengenai sifilis/raja singa pada anak.
1. Apa itu penyakit sifilis/raja singa?
Pexels/Magda Elhers
Penyakit sifilis atau penyakit raja singa adalah salah satu penyakit infeksi menular seksual, dilansir dari penjelasan dr. Susanti Himawan, Sp.A dari akun TikTok Mitra Keluarga Kemayoran. Penyebabnya adalah kuman yang bernama Treponema pallidum.
Penyakit sifilis ini sangat berbahaya, karena jika tidak ditangani dengan tepat, infeksi dapat menyebar hingga ke otak, telinga, dan mata, dan menyebabkan kematian pada penderitanya.
Editors' Pick
2. Penyakit sifilis dapat ditularkan dari ibu hamil
Freepik/onlyyouqj
Pada ibu hamil yang diketahui atau pun tidak diketahui menderita penyakit sifilis, penyakit ini dapat ditularkan ke janin yang dikandungnya. Kondisi ini disebut dengan sifilis kongenital.
Jika janin yang dikandungnya tertular penyakit sifilis, maka bayi yang nantinya dilahirkan bisa menderita infeksi serius, bahkan mengalami kecacatan.
3. Gejala penyakit sifilis pada anak-anak
Freepik/Davidpereiras
Pada ibu hamil yang menderita sifilis, awalnya bayi lahir dalam keadaan sehat. Namun, seiring berjalannya waktu, perkembangan penyakitnya mulai terlihat yang ditandai dengan gejala antara lain:
Gangguan tulang
Anemia
Meningitis
Munculnya ruam pada kulit bayi
Keluarnya cairan dari hidung
Pembesaran liver
Lengan dan kaki sulit digerakkan
Gangguan kornea mata yang menyebabkan kebutaan
Pembengkakan pada persendian
Gangguan pendengaran
Gangguan pada kulit sekitar alat kelamin, anus, dan mulut
4. Tahapan-tahapan penyakit sifilis
Freepik/rawpixel.com
Ada beberapa tahapan penyakit sifilis yang perlu diketahui, yaitu:
Sifilis primer: Tahapan ini dimulai dua hingga tiga minggu setelah terinfeksi yang ditandai dengan benjolan merah yang tidak nyeri di kelamin atau anus.
Sifilis sekunder: Tahapan ini memiliki gejala berupa ruam kulit, sakit kepala, demam, penurunan berat badan, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
Sifilis laten: Pada tahapan ini, penderita tidak mengalami gejala klinis tertentu. Meskipun demikian, di 12 bulan pertama terinfeksi, penderita masih bisa menularkan infeksinya. Setelah 2 tahun, bakteri penyebab sifilis masih berdiam di tubuh walaupun sudah tidak dapat menularkan infeksi lagi.
Sifilis tersier: Tahapan ini adalah bentuk perkembangan dari sifilis paling berbahaya, yang tidak ditangani selama bertahun-tahun. Pada tahapan ini, penyakit sifilis dapat merusak jantung, kulit, otak, dan organ-organ tubuh lainnya.
5. Pengobatan penyakit sifilis
Freepik/Azerbaijan_stockphoto
Biasanya, penyakit sifilis diobati dengan antibiotik penisilin. Obat ini diberikan jika penderitanya masih pada tahap awal. Pada ibu hamil yang sudah menderita sifilis tahap sekunder, biasanya tidak diberikan antibiotik ini karena bisa membahayakan janin.
Sementara itu, pada bayi yang sudah dilahirkan dari ibu hamil yang positif menderita penyakit sifilis, dokter akan memberikan antibiotik di usia 7 hari setelah kelahiran.
Sebagai bentuk pencegahan, lakukan hubungan seksual yang aman dengan pelindung (kondom) dan tidak bergonta-ganti pasangan. Sebaiknya, ibu hamil yang memiliki risiko penyakit sifilis rutin memeriksakan kondisi kesehatannya ke dokter. Berobat sebelum kehamilan terjadi adalah yang terbaik untuk mencegah janin yang dikandung tertular penyakit infeksi menular seksual ini.
Demikianlah informasi mengenai penyakit sifilis pada anak. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Ma.