Anak Suka Berimajinasi Menjadi Singa, Ini Penyebab dan Cara Atasinya!
Mama perlu memberikan pemahaman dari cara yang sederhana
27 Februari 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setiap anak penuh dengan imajinasi di dalam kepalanya, hingga tak jarang mereka membayangkan hidup selain jadi manusia, seperti menjadi singa atau binatang lainnya. Si Kecil pun bisa saja menjalani hari-hari dengan kebiasaan seperti singa, binatang khalayannya.
Seperti yang dikutip dari laman Parenting.Nytimes, seorang Mama khawatir tentang kebiasaan anaknya. Buah hatinya merangkak di rumah seperti singa, hingga menolak berbicara dengan bahasa manusia dan lebih sering mengaum bak binatang buas tersebut. Lalu, sebenarnya apa sih Ma yang terjadi pada anak saat mereka berimajinasi menjadi binatang?
Apakah hal tersebut berbahaya? Apa ya yang terjadi pada anak dan bagaimana cara tepat untuk mengatasinya?
Berikut Popmama.com berikan penjelasannya untuk Mama. Siapa tahu bisa membantu jika Mama mengalami hal serupa.
1. Anak suka berpura-pura menjadi binatang
Hal ini merupakan salah satu perilaku yang umum terjadi pada anak-anak di bawah usia 5 tahun. Menurut Dr. Tracy Gleason, seorang professor psikologi di Wellesley College yang telah mempelajari permainan imajiner anak-anak prasekolah, “Mereka banyak melakujan eksplorasi tentang bagaimana rasanya menjadi orang lain, merasakan sesuatu yang lain, berinteraksi dengan cra yang berbeda dengan yang lain”.
Cara eksplorasi tersebut dinamakan teori pikiran yang artinya, pikiran orang lain bisa saja berbeda dengan pikiran kita. Anak-anak mungkin akan mulai memahami konsep atau teori pikiran ini, tetapi butuh waktu selama bertahun-tahun bagi mereka untuk memahaminya.
Jadi, saat si Kecil memiliki imajinasi yang berlangsung cukup lama, mereka melakukan hal itu karena belum mengerti sepenuhnya tentang kenyataan dan khayalan yang ada dalam pikirannya.
Perilaku kepura-puraan anak ini juga bisa saja terjadi karena beberapa hal lain, misalnya anak melakukannya untuk mendapatkan perhatian dan sesuatu yang mereka inginkan, atau sebuah bentuk komunikasi karena anak belum memiliki kemampuan bahasa yang kuat.
Editors' Pick
2. Berikan waktu pada si Kecil
Sebagai orangtua, Mama mungkin merasa khawatir dan ingin memberikan pemahaman pada anak untuk berhenti berpura-pura menjadi binatang khayalannya. Namun, hal itu perlu waktu dan pembelajaran yang tepat agar si Kecil mengerti.
Tetapkan batasan-batasan yang bisa membantu kurangi anak berimajinasi secara berlebihan. Misalnya, saat anak mulai berakting menjadi singa, Mama bisa menetapkan waktu sebagai aturan mainnya.
Ketika anak merangkak dengan cepat seperti singa yang berlari atau mengaum. Komunikasikan padanya bahwa anak boleh menjadi singa selama 1-2 menit.
Pasang alarm dan ketika alarm berbunyi, anak pun tahu bahwa waktu menjadi singa telah berakhir. Cara sederhana yang dilakukan secara bertahap, tetapi rutin ini bisa membantu.
3. Tetapkan aturan pada buah hati
Tetapkan peraturan lain yang perlu diperhatikan anak saat bermain menjadi singa atau hewan khayalannya. Seperti, larangan bermain saat berada di tempat ibadah atau di beberapa waktu tertentu.
Ingat lah untuk tetap menggunakan bahasa yang ramah anak ya, Ma. Lalu, berikan penjelasan mengenai kapan waktu yang bisa anak gunakan untuk mengaum atau mengeong seperti binatang khayalannya.
Mama juga perlu memberi pemahaman agar anak tidak berperilaku seperti singa saat sedang berbicara dengan orang lain. Jadi, si Kecil mengetahui kapan waktu dan tempat yang tepat sehingga kebiasaan itu tidak terulang.
4. Jangan turuti seluruh permintaan anak
Jika buah hati Mama di rumah menggunakan bahasa hewan, seperti mengaum atau mengeong saat meminta sesuatu, coba lah untuk tidak mengabulkannya.
Katakan lah pada anak untuk berhenti mengaum atau mengeong sebelum mereka berbicara dengan tutur kata dan bahasa yang baik seperti manusia.
Jangan turuti kemauannya, sebelum anak bertanya atau meminta sebagai pribadi, bukan sebagai singa.
Hal ini untuk memberikan pemahaman seutuhnya bahwa anak adalah manusia yang berkomunikasi dengan bahasa manusia juga.
5. Tetap beri dukungan pada anak ya, Ma
Apabila anak sebenarnya kesulitan untuk komunikasi, Mama sebaiknya tetap memberikan dukungan, ya.
Jika anak meminta sesuatu atau menunjuk objek dengan geraman atau raungan, berikan lah pengertian atau terjemahkannya dalam bahasa yang seharusnya, seperti “Apakah kamu menginginkan ini?”.
Ajarkan anak untuk menggunakan bahasa lisan dengan baik. Tanggapi segala ocehannya meskipun masih ada kesalahan ucapan. Kemudian, perbaiki dan biasakan anak untuk berkomunikasi dengan bahasa yang benar.
Baca juga:
- Perkembangan Umum Anak Usia 2 Tahun: Melompat dan Berimajinasi
- Orangtua Perlu Membangun Imajinasi Anak-Anak Melalui Permainan Kreatif