Ketua IDAI: Kasus Covid-19 pada Anak di Indonesia Tertinggi di Asia

Setiap minggu kasusnya terus bertambah

23 Mei 2020

Ketua IDAI Kasus Covid-19 Anak Indonesia Tertinggi Asia
Pexels/Archie Binamira

Tak hanya orang dewasa yang dikhawatirkan terkena penularan wabah Covid-19 di Indonesia, anak-anak pun berpotensi terpapar dan tertular.

Hal ini dapat dilihat dari data yang dinyatakan oleh DR. Dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A(K) selaku Ketua IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) bahwa pasien Covid-19 juga cukup banyak dari kalangan anak-anak. 

Ketua IDAI, Aman Pulungan mengatakan bahwa sebanyak 3.324 anak telah berstatus PDP. Dengan jumlah pasien PDP yang meninggal, yaitu 129 anak. Kemudian, jumlah yang terkonfirmasi positif, yaitu 584 anak dengan 14 kasus meninggal. 

Secara lebih lanjut, berikut Popmama.com jelaskan mengenai kasus Covid-19 pada anak-anak di Indonesia dan beberapa tips bagi orangtua agar si Kecil terhindar dari virus. 

Editors' Pick

1. Kasus Covid-19 pada anak Indonesia tertinggi se-Asia

1. Kasus Covid-19 anak Indonesia tertinggi se-Asia
Pexels/Janko Ferlic

Dari data pasien Covid-19 pada kalangan anak-anak tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara dengan kasus tertinggi di kawasan Asia. 

"Saya bisa katakan demikian karena setiap hari kami seluruh dokter anak di Indonesia selalu memperbarui datanya. Jadi, benar-benar data yang diberikan itu sesuai dengan keadaan di lapangan karena para dokter ini yang langsung menangani," kata Dr. dr. Aman Pulungan yang sekaligus menjadi ketua perwakilan dokter anak Indonesia dalam Asia Pacific Pediatric Association. 

Ia menambahkan bahwa setidaknya hampir setiap minggu terdapat kasus Covid-19 baru dari kalangan anak-anak.

Padahal, kejadian seperti ini dapat dicegah jika deteksinya lebih dini. 

Deteksi dini Covid-19 pada anak

Pada anak, gejala klinis infeksi Covid-19 lebih samar. Demam, batuk, dan diare bisa jadi tanda.

Ia juga menjelaskan, "Bagi anak yang terpapar Covid-19, lebih rentan menyerang pencernaan. Maka penularan bisa melalui feses."

Bagaimana Ma, anak yang masih sangat kecil belum bisa mandiri dan cebok sendiri setelah buang air besar.

Terbayang jika ini terjadi di lingkungan sekolah?

2. Pasien dari kalangan anak-anak masih bisa bertambah

2. Pasien dari kalangan anak-anak masih bisa bertambah
Pexels/Cotton Bro

Jumlah kasus Covid-19 pada kalangan anak-anak ini bisa terus bertambah karena seluruh provinsi di Indonesia belum terkonfirmasi. Terlebih, tes yang dilakukan juga tidak dapat langsung dilihat hasilnya. 

"Data kita sebenarnya masih sedikit karena memang anak-anak yang discreening masuh sedikit. Selama ini kan hanya orang dewasa atau pekerja saja yang menjalani tes. Indonesia juga termasuk negara dengan jumlah tes Covid-19 yang paling sedikit dibandingkan beberapa negara lain. Padahal, setiap orang baik bayi hingga orang dewasa berpotensi terjangkit," ujar Aman. 

Sebagai gambaran, Indonesia hanya melakukan tes Covid-19 sekitar 1/5 dari Pakistan dan 1/28 dari Malaysia.

Ini tentu masih jauh dari cukup.

Kasus Covid-19 pada anak-anak ini pun cukup sulit dideteksi karena adanya kemiripan gejala dengan pneumonia dan diare. Selain itu, gejala yang ditunjukkan oleh anak-anak juga bisa saja berbeda. 

"Covid-19 ini gejala umumnya kan demam, batuk, dan sesak seperti pneumonia. Kemudian beberapa data pasien menunjukkan ada gejala lain, seperti mual, muntah, dan diare," tambahnya. 

3. Imbauan bagi orangtua agar anak tetap aman

3. Imbauan bagi orangtua agar anak tetap aman
Pexels/Cotton Bro

Sebagai orangtua, memang sudah sepatutnya Mama dan Papa menjamin kesehatan si Kecil selama pandemi ini. Untuk itu, wajib mematuhi protokol kesehatan yang berlaku, seperti harus menggunakan masker saat berpergian, mencuci tangan sesuai anjuran, dan menjaga kebersihan diri. 

Orangtua tidak perlu membawa anak ke tempat-tempat ramai

Risiko orang dewasa menjadi carrier itu akan tetap ada, tentunya dalam kerumunan penularannya akan lebih cepat.

Hindari membawa anak ke tempat ramai seperti pasar, mal atau supermarket. 

Sebaiknya orangtua tetap mengikuti anjuran pemerintah untuk melakukan socialdistancing sehingga seluruh kegiatan dilakukan #DiRumahAja. 

Perhatikan tumbuh kembang anak

"Usahakan juga, sebisa mungkin, orangtua dapat menimbang berat badan, mengukur tinggi badan, serta memantau pertumbuhan serta perkembangan anak di rumah," jelas Dr. dr. Aman.

Tetap lakukan imunisasi

Bagi anak-anak yang membutuhkan imunisasi, sebaiknya tetap dilaksanakan ya Ma.

Jika sudah tertunda 1–2 bulan selama pandemi, disarankan untuk disegerakan. 

"Tetap berikan imunisasi karena sangat penting, tetapi pastikan rumah sakit atau klinik yang menjadi tempat imunisasi tersebut tidak menerima pasien yang sakit. Jadi, memang khusus vaksin sehingga bisa meminimalisir anak dari penularan virus," ujar Aman Pulungan. 

Menunda imunisasi hanya akan membuat wabah baru di masa mendatang.

Dr. dr. Aman Pulungan menjelaskan bahwa menunda imunisasi dalam jangka waktu yang panjang dan dan b diketahui sampai kapan maka hanya akan menimbulkan wabah baru di kemudian hari. 

Misalnya wabah difteri, pertusis, polio dan yang lainnya.

Jaga kesehatan keluarga, tetap di rumah saja dan tidak perlu bersalaman saat bersilaturahmi. Cukup ucap salam salam dengan namaste.

Baca juga:

The Latest