Perlu orangtua ketahui bahwa isolasi mandiri selama pandemi Covid-19 bisa saja membawa pengaruh pada perkembangan diri si Kecil. Apalagi masa kanak-kanak seharusnya menjadi usia emas dalam membentuk perkembangan.
Terlebih, sebelumnya orangtua tidak mengalami isolasi seperti yang dirasakan anak saat ini. Maka, penting untuk Mama dan Papa memahami kemungkinan
Yuk, simak penjelasan Popmama.com tentang pengaruh isolasi pada anak berdasarkan kategori usia dan solusi tepat untuk mengatasinya.
1. Anak prasekolah sulit berkembang secara sosial
Pexels/Pixabay
Usia prasekolah seringkali menjadi dasar untuk perkembangan sosial anak karena hal ini dapat menjadi kesempatan pertama bagi anak-anak untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan teman sebayanya.
Namun, dengan adanya isolasi selama pandemi ini anak mungkin tidak dapat kesempatan untuk membangun fondasi itu. Mengutip laman verywellfamily, anak-anak mungkin akan merasa lebih sulit untuk mengembangkan keterampilan sosial, seperti interaksi teman sebaya, pemecahan masalah, dan harapan perilaku.
2. Anak sekolah dasar akan menghabiskan waktu menonton
Pexels/Burst
Selama tahun sekolah dasar, umumnya anak-anak akan menjadi lebih mandiri dan mulai memahami hubungan antara tindakan dan konsekuensi.
"Mirip dengan anak-anak yang lebih muda, mereka masih menyempurnakan keterampilan sosial mereka, yang biasanya berkembang selama interaksi teman sebaya di sekolah," jelas Barbara Nosal, Ph.D., LMFT, LADC, kepala petugas klinis di Newport Academy.
Ketika isolasi selama pandemi dan tidak bersekolah seperti biasanya, anak Mama akan lebih suka menghabiskan waktu dengan menonton TV atau bermain gadget. Maka, orangtua perlu menerapkan jadwal dan memantau kegiatan anak selama isolasi di rumah.
Editors' Pick
3. Anak remaja lebih rentan depresi dan cemas
Pexels/Pixabay
Meskipun anak usia remaja sudah cukup memahami konsekuensi dari tindakan mereka dan dampak isolasi, otak seorang remaja masih berkembang dan juga membutuhkan interaksi sosial untuk menjadi dewasa.
Anak remaja menganggap acara sosial, seperti pesta prom, olahraga tim, dan kelulusan, sebagai cerminan dari perasaan diri mereka. Namun, ketika acara sosial ini tidak tersedia bersama dengan kelas sekolah yang dibatalkan, mereka mungkin akan berjuang untuk menyesuaikan diri dengan jenis kehidupan sosial yang berbeda.
Dalam hal ini, yang perlu Mama lakukan adalah tetap memberi dukungan motivasi sehingga anak tidak mengalami gejala depresi dan kecemasan.
4. Orangtua perlu membangun komunikasi
Pexels/Elly Fairytale
Mama bisa menciptakan ruang yang aman di mana anak-anak dapat mengajukan pertanyaan dan menyampaikan kekhawatiran dan frustrasi mereka mengenai hilangnya kegiatan dan rutinitas rutin selama masa isolasi.
Hal ini juga berlaku untuk mendidik anak atau remaja tentang pentingnya menjaga jarak sosial dan bagaimana perintah sementara tinggal di rumah dibuat untuk menjaga mereka tetap aman.
Selain itu, Mama juga perlu memfasilitasi anak dengan cara mendengarkan serta memvalidasi perasaan mereka, baik rasa kekecewaan, kemarahan, atau kesedihan sehingga kesehatan mental mereka tetap stabil.
5. Biarkan anak tetap terhubung dengan orang lain
Pexels/Elly Fairytale
Mama bisa meggunakan teknologi agar anak-anak dapat tetap berhubungan dengan teman, guru, pelatih, dan teman sebaya atau orang dewasa lainnya yang berperan dalam kehidupan mereka.
Arahkan anak menggunakan jejaring sosial, misalnya video call, SMS, atau percakapan telepon untuk bersosialisasi. Tetap awasi dan berikan juga batas-batas yang jelas, mengenai kapan dan berapa lama waktu penggunaan gadget yang diperbolehkan.
6. Tetap pertahankan rutinitas anak
Pexels/Valeria Ushakova
Masa isolasi selama pandemi yang penuh dengan ketidakpastiaan. Penting untuk Mama mempertahankan rutinitas yang telah dijalani sebelumnya. Jagalah agar kegiatan anak tetap berjalan sesuai jadwal. Meskipun telah mengalami perubahan.
Selain itu, pertahankan juga rutinitas keluarga. Misalnya, marencanakan menu masakan, memasak, dan makan bersama. Manfaatkan juga waktu kebersamaan di rumah dengan melakukan kegiatan menyenangkan lain.
Cara seperti ini akan meningkatkan bonding orangtua dengan anak dan dapat menjaga keharmonisan keluarga, Ma.
7. Waspadai tingkat frustasi
Pexels/Valeria Ushakova
Baik anak-anak dan orang tua akan mengalami peningkatan tingkat frustrasi selama pandemi. Dampak psikologis ini wajar terjadi.
Namun, orangtua perlu waspada dan mengetahui cara mengatasinya. Jika Mama mungkin menyadari adanya tanda depresi atau rasa cemas pada pasangan atau anak, biarkan mereka untuk mengambil waktu menyendiri.
Selain itu, Mama juga bisa menyarankan mereka untuk melakukan kegiatan, seperti meditasi, yoga, atau jalan-jalan di lingkungan sekitar untuk membantu mengatur emosi.
Itulah beberapa dampak yang mungkin anak-anak alami selama isolasi di rumah. Tetap semangat dan jaga kesehatan. Percayalah bahwa masa-masa ini pasti akan berakhir, Ma.