Tips Mengulik Bakat dan Kecerdasan si Kecil Sejak Dini
Orangtua perlu memahami bahwa setiap anak memiliki bakat dan kecerdasan yang berbeda
3 Oktober 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Memiliki anak yang cerdas tentu menjadi dambaan setiap orangtua. Selain membanggakan, anak yang cerdas biasanya mampu beradaptasi dan menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan di masa depan.
Namun, anak cerdas tidak serta merta hadir tanpa usaha. Diperlukan peran orangtua secara tepat agar si Kecil tumbuh dengan cerdas. Salah satunya, memberikan stimulasi dan mengarahkan potensi atau bakat yang dimiliki anak.
Pemberian stimulasi dan pengarahan bakat sebaiknya dilakukan sedini mungkin, Ma. Mengingat anak yang cerdas memerlukan proses sehingga diperlukan kesabaran dan konsistensi.
Sebagai panduan, berikut Popmama.com berikan tips mengulik bakat dan kecerdasan sejak dini. Berdasarkan saran yang diberikan oleh Pritta Tyas Mangestuti, M.Psi., Psikolog (Associate Psychologist ibunda.id & Founder Sekolah Bumi Nusantara Montessori) secara ekslusif dalam acara Popmama Parenting Academy (POPAC) 2020.
Editors' Pick
1. Hal yang perlu dipahami orangtua sebelum mengulik bakat dan kecerdasan anak
Sebelum mengulik bakat dan kecerdasan buah hati, orangtua sebaiknya memahami 3 hal penting yang disingkat sebagai K, O, dan A. Berikut penjelasannya menurut Pritta Tyas:
- Knowledge (pengetahuan)
Knowledge dalam hal ini adalah orangtua perlu tahu apa saja macam-macam kecerdasan pada anak. Menurut Howard Gardner, anak memiliki 8 kecerdasan, yaitu kecerdasan bahasa, kecerdasan logika matematika, kecerdasan visual spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan musikal, kecerdasan naturalis, kecerdasan interpersonal, dan kecerdasan intrapersonal.
Apabila Mama dan Papa memiliki pengetahuan cukup, harapannya orangtua dapat menghargai jika anak mungkin punya kecerdasan menonjol yang tidak sesuai ekspetasi. Jadi, sebaiknya orangtua mencari informasi sebanyak mungkin.
- Observation (pengamatan)
Orangtua perlu melakukan pengamatan dengan mencari tahu mana kah kecerdasan yang dominan dimiliki anak. Biasanya, observasi dapat dengan mudah dilakukan pada anak usia prasekolah, yaitu 3–5 tahun.
Hal yang diamati meliputi cara anak dalam mengatasi masalah, minat atau aktivitas apa yang disukai, aktivitas apa yang ingin anak ketahui, dan dalam hal apa anak dapat belajar tanpa usaha keras tetapi hasilnya maksimal.
Namun, saat melakukan pengamatan ini penting bagi Mama dan Papa untuk tidak memiliki ekspetasi terlalu tinggi pada anak sehingga penilaian dilakukan secara objektif. Bakat yang anak miliki pun akan mudah terlihat.
- Acceptance (penerimaan)
Penerimaan yang dimaksud, yaitu orangtua bisa menerima bahwa setiap anak dianugerahi bakat dan kecerdasan berbeda. Jadi, sebaiknya Mama dan Papa tidak membandingkan buah hati dengan anak-anak lain seusianya.
Dengan menerima, orangtua pun bisa mengikuti apa hal yang disukai atau diminati anak sehingga pemberian stimulasi dapat diberikan secara optimal.
2. Pemberian stimulasi yang tepat agar bakat si Kecil terasah
Dalam mengulik bakat dan kecerdasan si Kecil, penting bagi orangtua untuk memberikan stimulasi yang tepat. Namun, sebelum memberikan stimulasi, Mama dan Papa perlu memerhatikan innerteacher yang dimiliki anak.
Innerteacher yang dimaksud, yaitu setiap anak sudah memiliki bakat atau keinginan dalam diri.
"Orangtua perlu memahami innerteacher anak yang menunjukkan aktivitas apa saja mungkin lebih mendominasi dan tidak. Meskipun bisa saja anak belum dapat mengutarakannya langsung. Jadi, sebaiknya orangtua pintar dalam menangkap pesan yang dikirimkan anak secara tidak langsung," jelas Pritta.
Misalnya, ketika anak telah mampu menyusun puzzle 56 pieces dan si Kecil pun memainkannya hingga mahir bahkan bosan sehingga tidak menyentuhnya kembali. Mama sebaiknya dapat menangkap sinyal yang diberikan anak dan mengerti maksudnya, bahwa anak telah memiliki zona nyaman dan mendapat pembelajaran dari puzzle tersebut.
"Dalam menanggapi hal ini, orangtua sebaiknya memahami dan bertindak dengan meningkatkan kesulitan puzzlenya sedikit. Namun, jangan terlalu sulit agar anak tetap percaya diri akan kemampuannya. Saat meningkatkan kesulitannya pun, dampingi dan bantulah anak terlebih dahulu," tambahnya.
Jadi, pemberian stimulasi yang baik seharusnya dilakukan dengan pengamatan terlebih dahulu. Dengan memiliki kepekaan pada anak, orangtua dapat menstimulasi bakat dan kecerdasan dengan tepat.
"Tidak hanya menstimulasi kecerdasan anak yang dominan saja. Apabila di antara 8 jenis kecerdasan lain yang mungkin anak kurang dominan, orangtua tetap perlu memberi stimulasi. Dengan cara menawarkan aktivitas yang berhubungan dengan minat anak," kata Pritta.
Misalnya, ketika anak memiliki minat yang besar terhadap hewan dinosaurus, tetapi kurang tertarik dengan berhitung atau segala hal tentang angka. Orangtua tetap bisa memberikan stimulasi kecerdasan matematika ini dengan memanfaatkan mainan dinosaurusnya untuk belajar berhitung.
Penting juga untuk diketahui orangtua bahwa setiap pembelajaran atau pemberian stimulasi pada anak memerlukan proses sehingga butuh waktu. Bersabar dan konsistensi lah, Ma.