Apa Itu Pola Asuh Fear-Based Parenting?
Yuk mengenal lebih dalam mengenai pola asuh ini!
9 Juni 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pola asuh berdasarkan ketakutan biasanya terjadi pada orangtua yang sebelumnya memiliki pengalaman kurang baik. Seperti takut akan sesuatu, sehingga pada akhirnya membentuk sebuah pola asuh yang memberikan tekanan bagi si Kecil.
Kali ini Popmama.com akan mengajak Mama untuk lebih mengenal apa itu pola asuh fear-based parenting? berikut rangkumannya.
1. Apa Itu Fear-Based Parenting?
Fear-based parenting adalah pendekatan dalam mendidik anak yang berfokus pada penggunaan rasa takut sebagai alat untuk mengendalikan dan memotivasi perilaku anak.
Orangtua yang menerapkan pola asuh ini cenderung menggunakan ancaman, hukuman, dan rasa takut untuk menegakkan aturan dan disiplin.
Tujuannya adalah untuk menghindari perilaku buruk atau berbahaya, tetapi metode ini seringkali berdampak negatif pada perkembangan emosional dan psikologis anak.
2. Ciri-Ciri Fear-Based Parenting
Pola asuh ini memiliki beberapa ciri-ciri yang dapat dikenali, antara lain:
- Penggunaan ancaman: Orangtua sering mengancam dengan konsekuensi yang menakutkan jika anak tidak mematuhi aturan.
- Hukuman fisik atau verbal: Menggunakan hukuman fisik seperti memukul atau hukuman verbal yang keras untuk mengontrol perilaku anak.
- Kontrol berlebihan: Memantau dan mengendalikan setiap aspek kehidupan anak secara berlebihan, seringkali melampaui batas yang wajar.
- Kurangnya pujian dan dukungan: Fokus lebih pada kesalahan dan pelanggaran daripada memberikan pujian atau dukungan positif.
- Kecemasan berlebihan: Orangtua sering menunjukkan kecemasan yang berlebihan tentang keselamatan atau keberhasilan anak, menularkan rasa takut ini kepada anak.
Editors' Pick
3. Dampak Negatif pada Anak
Pola asuh ini dapat memiliki berbagai dampak negatif pada anak, seperti:
- Masalah kepercayaan diri: Anak mungkin mengalami kesulitan membangun rasa percaya diri karena sering merasa tidak cukup baik atau takut melakukan kesalahan.
- Kecemasan dan depresi: Rasa takut yang berlebihan dapat menyebabkan kecemasan kronis dan depresi pada anak.
- Kesulitan bersosialisasi: Anak mungkin kesulitan berinteraksi dengan teman sebaya karena takut dipandang atau dinilai negatif.
- Penurunan kinerja akademis: Stres dan tekanan berlebihan dapat mengganggu konsentrasi dan kinerja anak saat sesi pembelajaran.
4. Alasan Orangtua Menerapkan Pola Asuh Ini
Ada beberapa alasan mengapa orangtua mungkin menerapkan pola asuh ini:
- Pengalaman pribadi: Orangtua dibesarkan dengan pola asuh yang sama dan menganggapnya efektif.
- Kekhawatiran akan keselamatan anak: Orangtua yang sangat khawatir akan keselamatan atau masa depan anak mungkin merasa bahwa ketakutan adalah cara terbaik untuk melindungi mereka.
- Kurangnya pengetahuan tentang pola asuh yang positif: Tidak semua orangtua memiliki akses atau pengetahuan tentang metode disiplin yang lebih positif dan efektif.
5. Tips Pola Asuh yang Lebih Positif
Ada beberapa pendekatan pola asuh yang lebih positif yang dapat diterapkan:
- Pola asuh yang lebih demokratis: Melibatkan anak dalam pengambilan keputusan dan menghargai pendapat mereka, memberikan rasa hormat dan tanggung jawab.
- Pola asuh dengan dukungan emosional: Fokus pada memberikan dukungan emosional dan membangun hubungan yang kuat antara orangtua dan anak.
- Pola asuh dengan penguatan positif: Menggunakan pujian dan penghargaan untuk mendorong perilaku baik daripada menghukum perilaku buruk.
Dengan menerapkan tips diatas, anak dapat merasa dihargai dan Mama akan memiliki kesempatan untuk lebih dekat dengan anak.
6. Cara Beralih dari Fear-Based Parenting ke Pola Asuh Positif
Peralihan dari pola asuh fear-based ke pendekatan yang lebih positif memerlukan waktu dan usaha. Namun terdapat beberapa langkah yang dapat diambil termasuk:
- Edukasi diri: Mempelajari tentang berbagai pendekatan pola asuh yang positif dan efektif.
- Membiasakan menggunakan pola asuh yang positif: Mulailah memberi pujian dan penghargaan untuk perilaku baik, daripada fokus pada hukuman.
- Membangun komunikasi yang terbuka: Berbicaralah dengan anak secara terbuka dan jujur tentang perasaan dan kebutuhan mereka.
- Mengelola emosi: Belajar mengelola emosi dan reaksi diri sendiri untuk memberikan contoh yang baik bagi anak.
7. Pentingnya Dukungan dan Konsistensi
Penting bagi orangtua untuk konsisten dalam menerapkan pola asuh yang lebih positif dan mencari dukungan jika diperlukan. Itu bisa didapat melalui konseling keluarga, kelompok dukungan orang tua, atau sumber daya pendidikan lainnya.
Konsistensi dalam pendekatan akan membantu anak merasa aman dan dihargai, serta mendukung perkembangan mereka yang sehat dan seimbang.
Demikian fear-based parenting versi Popmama.com. Dengan mengenal pola asuh fear-based parenting, Mama dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman dan mendukung bagi perkembangan anak, serta dapat membantu mereka tumbuh menjadi individu yang percaya diri.
Baca juga:
- Baca Juga: Mengenal Tipe Helicopter Parenting dan Apa Efeknya pada Anak
- Baca Juga: Penerapan Pola Asuh Smart Parenting Bisa Jaga Kesehatan Mental Mama
- Baca Juga: Belajar Parenting Sejak Dini, Siap Mental dan Finansial