Attachment adalah ikatan emosional dengan orang lain, terutama pada orangtua dengan anak. Attachment juga dapat membuat anak merasa aman untuk bereksplorasi, menjalin relasi, serta dapat memotivasi anak dalam melakukan aktivitas tertentu.
Hubungan emosional antara orangtua dan anak adalah salah satu aspek paling penting dalam perkembangan seorang anak. Menurut teori attachment yang dikembangkan oleh John Bowlby dan Mary Ainsworth, ada empat tipe utama attachment atau ikatan emosional yang terbentuk antara anak dan pengasuh utama mereka: secure attachment, anxious-avoidant attachment, anxious-ambivalent attachment, dan disoriented-disorganized attachment.
Berikut Popmama.com akan membahas lebih dalam mengenai 4 tipe attachment orangtua dengan anak.
1. Secure attachment
Pexels/elly-fairytale
Secure attachment adalah tipe ikatan yang paling sehat dan ideal. Anak-anak yang memiliki secure attachment merasa aman dan terlindungi ketika bersama orangtua.
Mereka percaya bahwa orangtua akan selalu ada untuk memberikan dukungan saat dibutuhkan.
Beberapa karakteristik dari secure attachment meliputi:
Responsif: Orangtua responsif terhadap kebutuhan emosional dan fisik anak, memberikan perhatian yang konsisten dan penuh kasih sayang.
Eksplorasi: Anak merasa aman untuk mengeksplorasi lingkungan sekitarnya karena mereka tahu mereka bisa kembali ke orangtua untuk mendapatkan dukungan jika diperlukan.
Komunikasi terbuka: Terdapat komunikasi yang baik antara orangtua dan anak, dimana anak merasa bebas untuk mengungkapkan perasaannya.
2. Anxious-avoidant attachment
Freepik/our-team
Anxious-avoidant attachment terjadi ketika anak belajar untuk tidak mengandalkan orangtua.
Anak-anak dengan tipe ikatan ini cenderung menghindari kontak emosional dan sering menunjukkan kemandirian yang berlebihan.
Beberapa karakteristik dari anxious-avoidant attachment meliputi:
Kurang responsif: Orangtua mungkin kurang responsif terhadap kebutuhan emosional anak, atau mungkin terlalu sibuk atau tidak tersedia secara emosional.
Penghindaran emosional: Anak cenderung menghindari orangtua saat mereka merasa stres atau cemas, dan sering kali tidak mencari dukungan dari mereka.
Independen secara berlebihan: Anak-anak ini mungkin tampak sangat mandiri dan kurang bergantung pada orangtua mereka untuk dukungan emosional.
Editors' Pick
3. Anxious-ambivalent attachment
Freepik/bearfotos
Anxious-ambivalent attachment terjadi ketika anak merasa tidak pasti apakah orangtua mereka akan responsif atau tidak terhadap kebutuhan mereka.
Hal ini menyebabkan anak merasa cemas dan tidak aman.
Beberapa karakteristik dari anxious-ambivalent attachment meliputi:
Inkonsistensi: Orangtua mungkin kadang-kadang responsif dan kadang-kadang tidak, sehingga anak tidak tahu apa yang diharapkan.
Kecemasan berlebihan: Anak-anak dengan tipe ikatan ini cenderung sangat cemas ketika berpisah dengan orangtua mereka dan mungkin kesulitan untuk menenangkan diri ketika orangtua kembali.
Perilaku ambivalen: Anak-anak mungkin menunjukkan perilaku yang kontradiktif, seperti ingin dekat dengan orangtua tetapi juga marah atau frustrasi terhadap mereka.
4. Disoriented-disorganized attachment
Freepik/bearfotos
Disoriented-disorganized attachment adalah tipe ikatan yang paling bermasalah dan sering kali berkaitan dengan pengalaman trauma atau pengabaian.
Anak-anak dengan tipe ikatan ini menunjukkan perilaku yang tidak teratur dan bingung ketika berinteraksi dengan orangtua mereka.
Beberapa karakteristik dari disoriented-disorganized attachment meliputi:
Pengalaman trauma: Anak-anak mungkin telah mengalami penganiayaan atau pengabaian, yang menyebabkan mereka merasa takut dan bingung terhadap orangtua mereka.
Perilaku tidak teratur: Anak-anak mungkin menunjukkan perilaku yang bertentangan, seperti mendekati orangtua tetapi kemudian mundur atau menunjukkan ketakutan.
Kesulitan mengatur emosi: Anak-anak ini sering kali kesulitan untuk mengatur emosi mereka dan mungkin menunjukkan reaksi yang tidak sesuai dengan situasi.
Pengaruh Attachment Terhadap Perkembangan Anak
Freepik
Attachment memainkan peran penting dalam berbagai aspek kehidupan anak, termasuk:
Keamanan emosional: Anak yang memiliki attachment yang aman merasa nyaman dan terlindungi ketika berada dekat dengan pengasuhnya. Ini memberi mereka rasa aman untuk menjelajahi dunia dan mengembangkan rasa percaya diri.
Pengembangan sosial: Attachment yang sehat membantu anak belajar bagaimana berinteraksi dengan orang lain. Mereka belajar tentang kasih sayang, empati, dan cara membangun hubungan yang sehat.
Pengaturan emosi: Anak-anak dengan attachment yang aman lebih mampu mengatur emosi mereka dan menghadapi stres. Mereka tahu bahwa mereka memiliki dukungan dan tempat yang aman untuk kembali ketika mereka merasa cemas atau takut.
Dampak Attachment pada Hubungan Masa Depan
Pexels/Gustavo Fring
Kualitas attachment di masa kecil anak sering kali menjadi dasar bagi hubungan interpersonal di masa dewasa.
Anak-anak dengan secure attachment cenderung memiliki hubungan yang sehat dan saling mendukung di kemudian hari. Mereka mampu membangun kepercayaan, menunjukkan empati, dan menjaga batasan yang sehat dalam hubungan.
Sebaliknya, anak-anak dengan tipe attachment yang kurang aman mungkin menghadapi kesulitan dalam membentuk dan mempertahankan hubungan yang stabil dan memuaskan.
Tips untuk membangun hubungan attachment yang baik dengan anak
Pexels/Ivan Samkov
1. Responsif terhadap kebutuhan anak
Responsif: Tanggapilah tangisan, kebutuhan, dan sinyal anak dengan cepat. Hal ini membantu anak merasa aman dan dihargai.
Empati: Cobalah memahami perasaan dan kebutuhan anak dari perspektif mereka. Hal ini akan memperkuat ikatan emosional antara Mama dan anak.
2. Konsistensi dalam pola asuh
Rutinitas: Ciptakan rutinitas harian yang teratur untuk memberi anak rasa keamanan dan prediktabilitas.
Kepastian: Berikan respons yang konsisten terhadap perilaku anak sehingga mereka tahu apa yang diharapkan dan merasa aman.
3. Berikan sentuhan fisik yang penuh kasih
Pelukan dan sentuhan: Sentuhan fisik seperti pelukan, ciuman, atau sekedar memegang tangan anak dapat memperkuat ikatan emosional.
Kontak mata: Lakukan kontak mata saat berinteraksi dengan anak untuk menunjukkan perhatian dan kasih sayang.
4. Meluangkan waktu berkualitas bersama
Main bersama: Ajak anak bermain dan terlibat dalam aktivitas yang mereka sukai. Ini membantu membangun hubungan yang positif.
Percakapan: Luangkan waktu untuk berbicara dengan anak, mendengarkan cerita mereka, dan menunjukkan minat pada kehidupan mereka.
5. Tunjukkan rasa kasih sayang
Kata-kata positif: Gunakan kata-kata yang positif dan memuji anak untuk usaha dan prestasinya.
Afirmasi: Berikan afirmasi verbal seperti "Mama bangga sama kamu" atau "Kamu sangat berharga" untuk memperkuat rasa percaya diri anak.
6. Memenuhi kebutuhan emosional anak
Dukungan emosional: Jadilah pendengar yang baik dan berikan dukungan saat anak merasa cemas, sedih, atau marah.
Validasi perasaan: Akui perasaan anak dan bantu mereka mengelola emosi dengan cara yang sehat.
7. Menjadi teladan yang baik bagi anak
Memberikan contoh hubungan sehat: Tunjukkan kepada anak bagaimana membangun hubungan yang sehat dan penuh kasih sayang melalui tindakan Mama sendiri.
Mengatasi konflik dengan bijak: Tunjukkan cara-cara yang konstruktif dalam mengatasi konflik dan menunjukkan penghargaan terhadap orang lain.
8. Memahami dan menghormati batasan anak
Hargai keinginan anak: Berikan anak kesempatan untuk membuat pilihan dan hargai keputusan mereka.
Berikan anak ruang pribadi: Hormati kebutuhan anak akan ruang pribadi dan waktu untuk diri mereka sendiri.
Nah, itu tadi penjelasan mengenai 4 attachment, ikatan emosional orangtua dengan anak. Semoga bermanfaat ya, Ma.