Wahana Visi Indonesia (WVI) hadir di acara Market in The Forest yang diselenggarakan Køkken+ untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan kondisi gizi dan isu stunting anak-anak Indonesia, utamanya mereka yang tinggal di area rentan.
Acara ini digelar di Urban Forest Cipete, 26-27 Oktober, dengan menampilkan gerakan kolaborasi para pembicara, penampil, dan musisi yang mendukung isu gizi anak Indonesia melalui kampanye ENOUGH.
Novita Angie sebagai Duta Kampanye ENOUGH Wahana Visi Indonesia bersama DR. dr. Tan Shot Yen, yang akan memaparkan informasi terkait pemenuhan gizi anak.
Acara ini juga dimeriahkan oleh MonitaTahalea, Birumudamusic, Sekolah Tirtamarta-BPK Penabur, Royal Music & Arts, Musisi Cilik Daniel Abraham, Yosnmusic, serta aktivitas seru seperti Zumba for Kids dan Painting Workshop.
Berikut penjelasan mengenai gizi anak di Indonesia berdasarkan pemaparan dr. Tan, selengkapnya di Popmama.com.
3 Kondisi Kelainan Gizi yang Sering Terjadi pada Anak
1. Stunting
Pexels.com/Monstera
Stunting adalah kondisi dimana anak mengalami pertumbuhan tinggi badan yang terhambat karena kekurangan gizi kronis sejak masa kandungan hingga usia dua tahun.
Faktor utama stunting adalah kurangnya asupan nutrisi yang memadai dan infeksi berulang yang membuat tubuh kesulitan menyerap gizi.
Anak yang mengalami stunting akan memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit kronis di masa dewasa dan seringkali mengalami keterlambatan perkembangan kognitif.
“Anak yang mengalami stunting dapat dilihat dari tinggi badan yang tidak sesuai dengan usianya dan berada di kurva merah ke bawah,” ujar DR. dr. Tan Shot Yen dalam acara Market in The Forest.
Editors' Pick
2. Wasting
Pexels/Ketut Subiyanto
Wasting adalah kondisi dimana berat badan anak tidak seimbang dengan tinggi badannya, menyebabkan mereka terlihat sangat kurus.
Kondisi ini terjadi akibat kurangnya asupan energi dan protein, terutama pada masa kritis pertumbuhan.
Anak dengan wasting lebih rentan terhadap infeksi dan mengalami komplikasi serius jika tidak ditangani dengan baik.
3. Malnutrisi
Freepik/jcomp
Malnutrisi merupakan sebuah kondisi dimana anak mendapatkan gizi yang salah.
Kondisi ini tidak hanya terjadi pada anak dengan tubuh yang kurus, obesitas juga merupakan bentuk kelainan gizi yang sering terjadi pada anak.
Faktor penyebab obesitas pada anak antara lain pola makan tidak sehat yang tinggi gula dan lemak, kurangnya aktivitas fisik, serta faktor genetik.
“Malnutrisi itu adalah kondisi dimana nutrisi pada tubuh anak tidak bekerja sesuai dengan kebutuhan,” ucap dr. Tan.
Anak yang obesitas berisiko tinggi terkena diabetes, penyakit jantung, dan gangguan psikologis.
Kondisi Kelainan Gizi pada Anak di Indonesia
Popmama.com/Anggia Ramadhani Fitri
Di Indonesia, masalah kelainan gizi pada anak masih menjadi tantangan besar dalam bidang kesehatan.
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Indonesia, prevalensi stunting, wasting, dan obesitas masih tinggi, terutama pada anak-anak usia balita.
Stunting adalah yang paling dominan dengan sekitar 21,5% anak di Indonesia yang menderita stunting pada penelitian yang dilakukan tahun 2023.
Masalah kelainan gizi ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk kemiskinan, kurangnya pendidikan orangtua tentang gizi, dan akses yang terbatas terhadap makanan bergizi.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Child-Led Research, isu kelainan gizi pada anak erat kaitannya dengan perkawinan dini.
Terlebih lagi stunting selalu berkaitan dengan 1000 hari awal kehidupan, seperti apa yang disampaikan pada acara Market in The Forest oleh dr. Tan.
Upaya untuk Mengurangi Kelainan Gizi pada Anak Indonesia
Popmama.com/Anggia Ramadhani Fitri
Menurut dr. Tan, diperlukan upaya pentahelix untuk mengurangi kelainan gizi pada anak Indonesia. Pentahelix merupakan konsep kolaborasi antara lima elemen, diantaranya yaitu:
Literasi orangtua: Orangtua perlu dibekali dengan pengetahuan tentang gizi seimbang, dampak dari kelainan gizi, dan cara memilih makanan bergizi.
Peran media: Media berfungsi sebagai alat untuk menyebarkan informasi terkait pentingnya gizi dan bahaya kelainan gizi.
Akademisi dan profesional: Akademisi dan profesional di bidang kesehatan dan nutrisi berperan besar dalam penelitian dan pengembangan solusi yang efektif.
Pemerintah: Penyediaan layanan kesehatan seperti posyandu, program bantuan makanan bergizi, dan peraturan ketat terhadap produk makanan anak yang tinggi gula atau rendah nutrisi.
Pelaku usaha: Pelaku usaha, terutama di sektor makanan dan minuman, berperan dalam menyediakan produk yang lebih sehat dan terjangkau bagi masyarakat.
Demikian penjelasan mengenai gizi anak di Indonesiaberdasarkan pemaparan dr. Tan pada acara Market in The Forest.