Cara Mengatasi Anak 4-5 Tahun yang Hiperaktif
Kalau benar si Kecil hiperaktif, penanganannya juga berbeda
1 Juli 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sudah dari sananya anak terlahir aktif. Khas anak-anak, mereka memang butuh ruang lebih banyak untuk bergerak ke sana kemari. Semua tak lain karena anak punya energi luar biasa untuk mengeksplorasi lingkungan sekitarnya.
Namun, anak aktif nggak sama dengan hiperaktif, Ma. Berhati-hatilah melabeli anak dengan sebutan hiperaktif, karena hanya tenaga profesional seperti psikolog yang berhak menegakkan diagnosa tersebut.
Apalagi, si Kecil usia 4-5 tahun sedang berada dalam fase otonomi, merasa dirinya punya kemampuan untuk melakukan banyak hal. Itulah kenapa aktivitas geraknya luar biasa, seolah ia nggak kenal rasa lelah!
Kapan Anak Disebut Hiperaktif?
Pertanyaannya sekarang, kapan sih anak disebut hiperaktif?
Ada sejumlah kriteria yang menunjukkan ciri khas anak hiperaktif. Semua tanda atau simtom ini sudah punya landasan medis sendiri, Ma. Anak hiperaktif biasanya menunjukkan suatu kondisi yang membuat ia tidak mampu mengendalikan perilakunya. Aktivitas anak pun melebihi rata-rata teman seusianya.
Kesulitan yang kerap dialami anak hiperaktif antara lain:
- Kesulitan memusatkan perhatian
- Aktivitas fisik berlebihan
- Bereaksi cepat tanpa pikir panjang atau impulsif
Anak dengan ADHD atau Attention Deficit and Hiperactivity Disorder biasanya menunjukkan perilaku hiperaktif. Anak ADHD tampak mudah gelisah, emosi meledak-ledak, sulit duduk tenang, banyak bicara, dan sulit fokus.
Kalau si Kecil benar-benar membuat Mama sampai kewalahan, sebaiknya bawa ia ke dokter atau psikolog. Gunanya, memastikan apakah anak hiperaktif atau justru indikasi ADHD. Maka, penanganannya pun berbeda.
Anak ADHD selain diberi resep obat, juga dilakukan terapi perilaku. Sementara, kalau anak tidak terindikasi ADHD, tetapi cenderung lebih aktif daripada anak sepantarannya, Mama bisa melakukan beberapa hal untuk membantu ia mengendalikan perilakunya.
Menangani Anak Hiperaktif
Mama bisa coba beberapa cara ini untuk menangani anak usia 4-5 tahun yang hiperaktif.
Editors' Pick
1. Menjauhkan anak dari gangguan
Hal kecil kadang bisa membuat konsentrasi anak beralih. Penting agar Mama bisa menciptakan suasana nyaman di rumah, khususnya saat ia tengah harus fokus mengerjakan sesuatu.
Namun, jangan memaksa anak duduk tenang, yang ada ia akan semakin gelisah. Mama bisa kurangi intensitas gangguan di sekitarnya. Contoh, saat anak hendak belajar, posisikan ia di tempat yang jauh dari pintu atau jendela. Hindari TV atau sumber suara lain yang berpotensi menimbulkan suara bising.
2. Buat jadwal rutin
Anak hiperaktif sebetulnya butuh perintah jelas, pola hidup yang terstruktur, dan rutin. Umumnya, ia cenderung cepat cemas ketika ia tidak tahu apa yang akan ia lakukan berikutnya.
Maka, membuat jadwal rutin di lingkungan keluarga bisa melatih otak anak untuk menerima sesuatu yang terstruktur dan sistematis. Ini dapat membuat anak lebih tenang dan fokus mengerjakan suatu hal.
3. Peraturan jelas dan konsisten
Senada dengan rutinitas yang terjadwal, soal peraturan pun demikian. Anak hiperaktif perlu peraturan jelas dan konsisten, tidak berubah-ubah, dan berbeda-beda dari satu hari ke hari lainnya.
Mama juga bisa memberlakukan sistem reward and punishment jika dirasa perlu. Tidak harus memberinya hadiah sebagai reward, bisa juga dengan pujian atau pelukan saat ia berhasil melakukan instruksi dengan tepat. Begitu juga saat ia melakukan kesalahan, beri konsekuensi yang harus ditanggung akibat perbuatannya sendiri.
4. Sabar
Ya, sabar adalah kunci sesungguhnya. Meski ia sering membuat Mama kesal, tetapi ketika ia sedang mengekspresikan emosinya secara gamblang, Mama juga nggak bisa merespons dengan emosi serupa.
Tetap tenang dan sabar, usahakan tidak membentak, serta tidak menghukum secara fisik. Mama kan sedang melatihnya tenang dan tidak bersikap agresif, jadi jangan malah menjadi contoh untuk menguatkan perilakunya, Ma.
Coba tenangkan diri dulu jika Mama sedikit terpancing. Jauhi anak yang tengah meluapkan emosinya. Setelah Mama bisa tenang, baru dekati anak dan peluk dia perlahan agar ia juga lebih tenang.
5. Cek apa yang dikonsumsi anak
Ma, cek juga apakah asupan gizi anak dari makanan dan minuman yang anak konsumsi sehari-hari sudah seimbang. Pastikan tubuhnya sudah memperoleh nutrisi seimbang dari buah dan sayuran, plus karbohidrat, protein, dan lemak dalam jumlah cukup sesuai usianya.
Usahakan untuk mengurangi konsumsi makanan kemasan atau olahan secara berlebihan pada anak. Biasanya, kedua jenis makanan ini mengandung gula yang cukup tinggi.
Gula sendiri adalah karbohidrat sederhana, mudah diserap tubuh, tetapi kadar gula darah bisa naik turun dengan cepat dalam tubuh. Penurunan kadar gula darah secara tiba-tiba pada anak bisa membuat ia rewel, seperti kekurangan energi dan lapar. Namun, ini yang bikin perilaku dan mood-nya tidak stabil.
Alih-alih memberi anak camilan kemasan yang mengandung gula tinggi dan tidak mengenyangkan, lebih baik ganti dengan buah atau camilan buatan sendiri yang lebih jelas kandungan gizinya, bukan?
Nah, itulah 5 cara menangani anak hiperaktif usia 4-5 tahun. Ternyata tidak begitu sulit kan, Ma?
Semoga Mama bisa mencobanya di rumah bersama si Kecil!