5 Cara Mengajarkan Anak Mengelola Emosi agar Tidak Mudah Tantrum
Ternyata sejak balitapun anak dapat diajarkan untuk mengelola emosi. Bagaimana caranya, ya?
18 April 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Anak-anak seringkali dianggap mudah menangis atau tantrum ketika tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan. Namun, sebenarnya anak dapat diajarkan untuk mulai mengelola emosi agar tidak mudah tantrum lo, Ma.
Anak umumnya akan melakukan tantrum bila tidak dapat menangani emosinya sendiri. Dengan begitu, Mama dan Papa perlu mulai membantu anak belajar cara mengenali emosi hingga cara mengatasinya.
Bagaimana caranya, ya? Di bawah ini Popmama.com sudah merangkum cara mengajarkan anak mengelola emosi yang dapat Mama lakukan di rumah. Yuk disimak, Ma!
1. Bantu anak mengenal emosinya
Akan sulit bagi anak untuk mengatur emosi jika ia belum memahami apa yang dirasakan. Dengan begitu, hal paling pertama yang perlu Mama ajarkan adalah memperkenalkan jenis-jenis emosi pada anak.
Mama dapat mulai mengajarkan anak tentang emosi dari memberi tahu apa yang mungkin anak rasakan. Misal, ketika anak mau sekolah besok dan semalam sebelumnya kesulitan untuk tidur, Mama dapat bertanya apa anak Mama merasa senang dan tidak sabar bertemu teman-teman di sekolah.
Jika anak sedang tidak merasakan emosi tertentu, Mama dapat mulai mengajarkan sebutan berbagai emosi positif seperti bahagia dan terharu dan emosi negatif seperti marah, sedih, atau bahkan kecewa melalui buku cerita atau video.
Editors' Pick
2. Ajari anak mengendalikan emosi dengan cara sederhana
Setelah mengenali emosi, hal lainnya yang perlu Mama ajarkan adalah cara untuk mengendalikan emosi secara sederhana.
Ketika orangtua melihat anak mulai menunjukkan emosi negatif, Mama dan Papa dapat membantu anak mengenali emosinya sekaligus membantu anak menangani emosinya.
Misal anak merasa marah dan sudah dapat mengenali emosi marah, anak dapat dibantu untuk menarik napas sampai hitungan tiga dan menghembusnya perlahan.
Namun orangtua juga perlu sabar karena perlu konsistensi sampai anak benar-benar paham dan dapat melakukannya sendiri. Dengan kata lain, Mama dan Papa juga perlu memiliki kematangan emosional yang cukup.