5 Cara Cegah Anak dari Toxic Relationship

Anak harus berani menolak dan bilang “tidak” pada hal yang tidak baik!

23 Januari 2025

5 Cara Cegah Anak dari Toxic Relationship
Freepik/gpointstudio

Pernahkah Mama mendengar cerita si Kecil diminta teman sekelasnya untuk membelikan jajanan, membawa buku, atau meminjam alat tulis yang tak pernah dikembalikan?

Menurut studi yang dilakukan oleh Novika Amelia, pada Instagram @novikaamelia, hal-hal kecil seperti ini mungkin terlihat sepele, tetapi bisa menjadi tanda awal pertemanan yang tidak sehat atau bahkan manipulatif.

Anak-anak yang berada dalam situasi ini sering kali merasa bingung harus bersikap seperti apa, terutama jika mereka takut kehilangan teman.

Sebagai orangtua, penting untuk mengajarkan anak mengenali tanda-tanda pertemanan yang toxic sekaligus membekali mereka dengan cara menghadapi teman yang manipulatif, agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri dan mampu menjaga batasan dalam hubungan sosialnya.

Kira-kira bagaimana mengatasinya? Berikut Popmama.com telah merangkum cara cegah anak dari toxic relationship, simak baik-baik ya, Ma!

1. Menolak permintaan teman secara halus

1. Menolak permintaan teman secara halus
Freepik/freepik

Sesekali membantu teman dengan membelikan jajanan mungkin tidak menjadi masalah, tetapi jika permintaan ini terjadi berulang kali atau bahkan setiap hari tanpa alasan yang mendesak, itu bisa menjadi tanda sesuatu yang tidak wajar.

Jika teman si Kecil terus-menerus meminta bantuan tanpa alasan yang jelas, penting bagi anak untuk belajar menolaknya dengan cara yang sopan.

Misalnya, jika teman tersebut lapar, tidak membawa bekal, atau ingin jajan, sebaiknya ia belajar memenuhi kebutuhannya sendiri.

Mengajarkan anak untuk berkata “tidak” pada permintaan yang berlebihan adalah langkah penting dalam menjaga batasan dan membangun hubungan pertemanan yang sehat.

"Maaf ya, aku nggak bisa beliin. Kamu beli sendiri saja, nanti aku temani kalau mau."

"Aku nggak bisa terus meminjamkan alat tulisku, soalnya aku juga butuh untuk dipakai.

Editors' Pick

2. Berhak memilih teman yang baik

2. Berhak memilih teman baik
Unsplash/Kenny Eliason

Persahabatan yang sehat seharusnya menjadi hubungan yang saling menguntungkan, di mana kedua belah pihak merasa dihargai dan didukung, seperti konsep simbiosis mutualisme.

Namun, jika dalam pertemanan si Kecil justru lebih sering merasa dirugikan, dimanfaatkan, atau hanya menjadi pihak yang terus memberi tanpa mendapatkan hal positif, maka itu bukanlah pertemanan yang sebenarnya.

Anak perlu memahami bahwa hubungan seperti itu tidak baik untuk dirinya. Sebagai orangtua, penting untuk mengajarkan bahwa ia berhak memilih teman yang lebih menghargai dan memperlakukan dirinya dengan baik.

Dengan begitu, si Kecil dapat membangun hubungan pertemanan yang sehat, positif, dan menyenangkan yang mendukung tumbuh kembang emosionalnya.

3. Tidak boleh memaksa dalam pertemanan

3. Tidak boleh memaksa dalam pertemanan
Freepik/master1305

Dalam pertemanan, tidak seharusnya ada paksaan, apalagi tuntutan yang berlebihan, seperti meminta perhatian, waktu, atau bahkan uang saku dan bekal dari teman lain.

Ingatkan si Kecil bahwa ia memiliki hak penuh atas dirinya sendiri, termasuk untuk mengatakan "tidak" pada hal-hal yang tidak sesuai dengan prinsip atau kenyamanannya.

Ajari anak untuk tetap menjadi dirinya sendiri, tanpa merasa terpaksa mengikuti permintaan orang lain.

Jika ada sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai atau prinsipnya, bantu ia memahami pentingnya bersikap tegas dan menolak dengan sopan.

Dengan begitu, si Kecil dapat tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan mandiri dalam membangun hubungan yang sehat.

4. Menolak untuk sesuatu yang tidak baik

4. Menolak sesuatu tidak baik
motherbabychild.com

Ajari si Kecil untuk tidak mudah menyanggupi tantangan konyol yang diajukan teman, meskipun terlihat seperti candaan atau dianggap seru.

Tidak semua tantangan harus dilakukan, apalagi jika bertentangan dengan prinsip atau nilai-nilai yang dipegangnya.

Misalnya, saat bermain truth or dare, ia diberi tantangan untuk berkata kasar kepada guru, membuka jilbab, atau melakukan hal-hal tidak baik lainnya.

Dalam situasi seperti itu, penting bagi anak untuk bersikap tegas dan berani menolak.

Jelaskan bahwa menolak tantangan yang tidak pantas adalah bentuk keberanian, bukan kelemahan.

Hal ini akan membantu si Kecil memahami bahwa menjaga prinsip dan martabat jauh lebih penting daripada sekadar mengikuti tekanan teman.

"Nggak, aku nggak mau. Itu nggak baik."

"Aku nggak suka tantangan itu. Cari yang lain aja, ya."

"Maaf, aku nggak bisa. Aku nggak nyaman."

"Aku nggak mau, itu nggak sopan."

"Enggak, itu nggak boleh. Ayo main yang lain aja."

"Aku nggak mau, Mama bilang itu nggak baik."

"Maaf ya, aku nggak mau ikut kalau mainnya kayak gitu.

5. Tolong-menolong hanya untuk hal baik

Tolong-menolong adalah hal yang baik, tetapi pastikan bantuan yang diberikan selalu berada dalam konteks kebaikan.

Jika seorang teman meminta bantuan untuk sesuatu yang salah, seperti menyontek saat ujian, mengerjakan tugas sekolahnya, atau hal-hal negatif lainnya, penting untuk mengajarkan si Kecil untuk menolak dengan tegas. 

Bantuan semacam itu bukan hanya tidak mendidik, tetapi juga dapat membawa dampak buruk bagi anak dan temannya di masa depan. 

Ingatkan si Kecil bahwa menolak permintaan yang salah bukan berarti tidak peduli atau tidak mau membantu, tetapi justru bentuk keberanian untuk bersikap jujur dan menjaga nilai-nilai yang benar.

Mengajarkan anak batasan ini akan membantu mereka tumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan memiliki integritas tinggi.

"Maaf, aku nggak bisa bantu nyontek. Itu nggak benar."

"Aku nggak bisa ngerjain tugasmu, kamu harus kerjain sendiri ya."

"Aku nggak mau bantuin hal yang salah, lebih baik kita belajar bareng aja."

"Aku nggak bisa bantuin nyontek, itu nggak baik dan bisa bikin masalah."

"Maaf, aku nggak bisa ikut. Itu nggak sesuai sama yang diajarkan di sekolah."

"Aku nggak mau bantuin yang nggak benar, lebih baik kita kerjain tugas masing-masing."

"Aku nggak bisa ngerjain tugas kamu, tapi kalau kamu butuh bantuan, aku bisa ngajarin kamu cara kerjainnya."

Sebagai orangtua, Mama dan Papa berperan dalam membimbing si Kecil untuk mengenali teman yang baik, menilai apakah sebuah permintaan layak untuk dipenuhi, dan berani menolak hal-hal yang tidak sesuai dengan prinsip.

Dengan memberikan pemahaman ini sejak dini, si Kecil akan tumbuh menjadi individu yang lebih percaya diri, jujur, dan bertanggung jawab dalam menghadapi berbagai situasi.

Ingatlah, persahabatan yang sehat tidak pernah memaksakan atau merugikan, melainkan saling mendukung dan menghargai. Semoga bermanfaat!

Baca juga:

The Latest