Bentuk Kepedulian yang Perlu Mama Ajarkan ke Anak, Tingkatkan Resilien
Hasil riset menunjukkan peningkatan resilensi si Kecil dipengaruhi oleh rasa kepedulian yang tinggi
13 September 2024

Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Resilience atau resiliensi merupakan kemampuan seseorang untuk bangkit ke kondisi semua ketika menghadapi kesulitan ataupun kegagalan. Ketangguhan ini perlu Mama dan ajarkan kepada si Kecil agar ia menjadi pribadi yang tahan banting dan tidak mudah putus asa.
Banyak cara yang bisa para orangtua lakukan untuk mengasah dan meningkatkan resiliensi si Kecil. Beberapa caranya, yakni mengajarkan kemahiran mengelola emosi (kompetensi emosional), menanamkan rasa kepedulian (care), serta kasih sayang (compassion). Sehingga diperlukan kerja sama yang baik antara Mama dan Papa dengan pihak sekolah seperti Taman Kanak-Kanak (TK) atau Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Lantas, Lasse Lipponen selaku Profesor PAUD dari Universitas Helsinki melakukan penelitian berjudul “Children, Care, and Compassion: A Conversation with Professor Lasse Lipponen”. Hasil riset ini digunakan dalam merancang kegiatan belajar di HEI Schools Senayan sebagai cabang pertama sekolah PAUD dan TK asal Finlandia di Indonesia.
Profesor Lasse mengungkapkan, “Seorang anak dengan kemampuan resiliensi dapat memahami, mengelola, dan mengatasi segala situasi di era modern yang serba cepat dan penuh tuntutan kompetisi ini.”
Setidaknya ada tiga bentuk kepedulian untuk meningkatkan resiliensi anak. Simak ulasan Popmama.com di bawah ini ya, Ma!
Profesor Lasse Jelaskan Pentingnya Compassion, Care, dan Empati Bagi s
Lebih lanjut, Profesor Lasse mengatakan kasih sayang, kepedulian dan empati merupakan inti yang menghubungkan antar manusia. Tanpa ketiga unsur tersebut, si Kecil tidak mampu menghormati orang lain, melindungi dirinya dari bahaya, dan tanggap akan kebutuhan bersama.
“Pandemi membuka mata dan memperlihatkan bagaimana compassion, care, dan empati membentuk cara berinteraksi ketika menghadapi masalah atau berada di situasi yang tidak nyaman. Kita tergerak untuk membantu dan menguatkan satu sama lain sebagai satu kelompok. Inilah mengapa ketiga hal tersebut haruslah menjadi landasan dari cara kita hidup bermasyarakat.”
Kasih sayang dan kepedulian jugalah yang seyogyanya menjadi ilmu dasar yang diajarkan guru-guru di pendidikan usia dini, seperti HEI Schools Senayan. Pendidik memberikan pemahaman kepada si Kecil akan pentingnya menghadapi ketidaknyamanan, memandang kesalahan sebagai alat pembelajaran, dan bekerja sama menghadapi suatu rintangan sebagai satu kelompok.
Dengan begitu, anak-anak terbukti dapat tumbuh dengan kecakapan sehingga dapat beradaptasi dengan lingkungan baru, gigih dalam berusaha, dan mudah membangun relasi yang sehat dengan keluarga, teman, maupun komunitas mereka.
Editors' Pick
1. Rasa peduli pada diri sendiri (care for oneself)
Self-care dan self-compassion bukanlah semata-mata dipandang sebagai tren hidup berkesadaran. Mama dan pengajar di sekolah mulai membangun pemahaman tentang kebutuhannya sendiri. Jika anak-anak sudah terbiasa belajar memahami apa yang dibutuhkan dan tidak.
Mulai dari kebutuhan fisik, mental, maupun emosional si Anak. Sehingga ia tahu dan lebih memprioritaskan kebutuhannya terlebih dahulu. Rasa kepedulian lantas membuat si Kecil akan lebih mudah menjalani hari dan menghadapi tantangan.
Hal ini secara tidak langsung membiasakan anak untuk hidup sederhana dan tidak boros. Lantaran si Kecil akan merasa cukup ketika kebutuhannya sudah terpenuhi. Gaya hidup sederhana ini membuat anak lebih nyaman dan terhindar dari stres.