4 Hal yang Harus Orangtua Hindari dari Pola Asuh Elephant Parenting
Elephant parenting menerapkan pola asuh begitu dekat dengan anak, tapi ada hal yang mesti dihindari
26 Mei 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kemajuan teknologi dan pengetahuan menyebabkan berkembang berbagai tipe pola asuh (parenting) yang dapat orangtua terapkan terhadap anak-anaknya. Elephant parenting jadi salah satu tipe pengasuhan yang cukup populer.
Dikutip Times of India, istilah elephant parenting pertama kali diperkenalkan oleh Priyanka Sharma Sindhar. Priyanka mempublikasikan pola asuh ini usai mengamati bagaimana induk gajah membesarkan anak-anak mereka.
Masih banyak perdebatan pro dan kontra tentang tipe parenting ini. Walaupun ada manfaatnya, tetapi pola asuh ini juga memberikan dampak negatif bagi tumbuh kembang anak.
Apa Itu Elephant Parenting?
Hasil pengamatan Priyanka menyimpulkan bahwa gajah betina hidup dengan membangun jaringan kuat. Baik dengan keluarga maupun keluarga gajah lain sehingga membentuk kekuatan kelompok yang tangguh dalam kehidupan sosialnya.
Induk gajah selalu memprioritaskan kebutuhan emosional anak-anak mereka. Bahkan pada tahun pertama kehidupan, ibu gajah selalu berada dekat dengan anaknya.
Oleh karena itu, pihak yang pendukung menganggap tipe pengasuhan ini orangtua mempunyai ikatan emosional (bonding) yang kuat dengan si Kecil.
Selain itu, memberikan kesempatan bagi si Kecil untuk lebih menikmati masa kecilnya dengan bahagia.
Ciri tipe pola asuh ini adalah orangtua memberikan perlindungan yang ketat, menawarkan kasih sayang penuh, serta sangat terlibat dalam kehidupan si Kecil.
Alhasil, elephant parenting ini kerap disebut sebagai kebalikan dari tiger parenting yang cenderung bersikap keras kepada anak.
Sementara sisi oposisi menilai pola asuh ini dapat “membahayakan” bagi tumbuh kembang, karakter, dan kepribadian si Kecil.
Inilah ulasan Popmama.com tentang hal yang harus dihindari dari elephant parenting. Apa saja? Simak penjelasannya di bawah ini ya!
Editors' Pick
1. Tindakan proteksi yang berlebihan kepada si Kecil
Orangtua dengan elephant parenting biasanya akan sangat melindungi anak mereka. Hal ini sebagai upaya untuk memberikan lingkungan yang nyaman dan memastikan keamanan bagi si Kecil.
Beberapa tindakan para “orangtua gajah” ini, seperti memantau aktivitas sampai membuat aturan dan batasan yang relatif ketat yang harus dipatuhi oleh si Kecil.Tipe orangtua seperti ini kita kenal dengan strict parents.
Melansir Mom Junction, strict parents adalah pola asuh ketat yang diterapkan oleh Papa dan Mama. Orangtua akan memberlakukan banyak aturan dan pembatasan serta cenderung bersikap kaku ketika menghadapi anak.
Bagi Mama dan Papa, aturan-aturan tersebut semata-mata sebagai bentuk perlindungan. Sayangnya, si Kecil justru mempunyai proteksi yang berbeda. Tak jarang, ia lebih merasa terkekang daripada terlindungi.
Dilansir AHA Parenting, dampak negatif akibat dari proteksi berlebihan antara lain:
- Anak mudah marah,
- Si Kecil jadi gampang tantrum,
- Emosi anak mudah meledak-ledak,
- Anak tidak mampu mengontrol perasaannya,
- Anak tumbuh menjadi seorang pemberontak,
- Si Kecil sering berbohong demi menghindari aturan dari Mama,
- Hubungan anak dan orangtua yang kurang baik.
2. Terlalu banyak terlibat dalam urusan anak membuatnya jadi kurang mandiri
Dikutip Cherry Creek Lane, hal yang harus Mama hindari dari tipe pola asuh gajah adalah sikap Mama yang terlalu banyak terlibat dalam urusan anak. Lantas si Kecil hanya sedikit mempunyai kesempatan dalam membuat sebuah keputusan.
Bukan hanya sekadar membuat keputusan saja, orang tua elephant parenting bahkan terlihat aktif dalam kehidupan anaknya. Mulai dari menentukan sekolah, minat, hingga hobi si Kecil.
Orangtua yang terlalu banyak berpartisipasi dalam urusan anak menyebabkan ia tidak mempunyai sifat kemandirian. Anak yang tidak mandiri berpotensi mengakibatkan dia jadi pribadi yang bergantung kepada orang lain.
Ia tidak merasa percaya diri atas keputusan yang telah ia buat karena selama ini selalu ditentukan oleh Mama dan Papa.
3. Orangtua membebankan harapan yang tidak realistis kepada anak
Hal yang harus orangtua hindari lainnya adalah memberikan harapan yang besar dan tidak realistis kepada anak. Kondisi ini muncul karena penerapan sistem strict parents sehingga Mama dan Papa memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap pencapaian si Kecil.
Tekanan ini mengakibatkan anak stres. Ketika anak-anak terus berjuang untuk mewujudkan impian tersebut demi kesempurnaan dan kepuasan Mama, maka sangat mungkin mereka akan mengalami kecemasan, depresi, atau masalah kesehatan mental lainnya.
4. Berpotensi si Anak mengalami fatherless
Selain itu, dampak lain dari pola asuh induk gajah ini juga berpotensi anak mengalami fatherless. Fatherless adalah minimnya peran dan keterlibatan seorang Papa dalam mengasuh anak.
Elephant parenting lebih banyak menitikberatkan peran induk gajah (Mama) selama proses pengasuhan dan tumbuh kembang si Kecil. Padahal, mengasuh dan merawat anak merupakan kewajiban Papa dan Mama.
Bukan hanya salah satu pihak saja. Peran dan kehadiran Papa tak kalah penting bagi anak. Melansir Activating Creative Talent, berikut dampak negatif seorang anak yang mengalami fatherless:
- Anak mengalami kendala masalah perilaku, seperti kesulitan membangun hubungan, berteman, bekerja sama dengan orang lain, dan sebagainya.
- Anak sulit membangun kepercayaan dengan orang lain, terutama bagi anak perempuan lebih sukar memercayai pasangannya kelak.
- Prestasi akademis si Kecil menurun.
- Anak laki-laki berpotensi menjadi pelaku kekerasan seksual terhadap pasangan atau istrinya.
- Anak mempunyai harga diri yang rendah. Tidak ada sosok ayah yang membela dan memberikan perlindungan kepada mereka sehingga perkembangan harga diri terganggu.
- Mengalami masalah kesehatan mental, yakni kecemasan maupun depresi.
- Mudah terpengaruh dan terlibat pergaulan bebas.
Itulah penjelasan tentang hal yang harus dihindari dari elephant parenting. Tidak ada pola pengasuhan yang paling sempurna karena setiap tipe parenting mempunyai sisi positif dan negatif.
Sesuaikan pola pengasuhan dengan kondisi si Kecil serta kemampuan orangtua untuk mengimplementasikannya. Terpenting adalah memaksimalkan tumbuh kembang anak agar menjadi pribadi yang unggul di masa depan.
Baca Juga:
- 5 Hal yang Perlu Orangtua Hindari dari Pola Tiger Parenting
- 5 Tanda Tiger Parenting, Terlalu Banyak Mengatur Anak!
- Buku Parenting yang Jadi Pedoman Nikita Willy untuk Mengasuh Baby Izz