15 Penyakit Autoimun pada Anak, Orangtua Wajib Tahu!
Penyakit autoimun pada anak ini harus Mama tahu supaya dapat memberikan penanganan dengan cepat
20 Juli 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Penyakit autoimun merupakan kondisi dimana tubuh salah mengira jaringan-jaringan sehat sebagai zat asing atau antigen. Kondisi ini terjadi karena sistem kekebalan tubuh tidak mampu membedakan antara sel tubuh dan sel asing yang harus dilawan sehingga justru menyerang tubuh penderitanya.
Lantas sistem imun akan melepas protein bernama autoantibodi guna menyerang sel-sel sehat tersebut. Idealnya, sistem imun menghancurkan mikroorganisme (bakteri, virus, dan kuman) yang masuk ke dalam tubuh agar tidak terjadi infeksi seperti virus dan bakteri agar tidak mencegah infeksi dalam tubuh.
Semua orang berpotensi mengidap penyakit autoimun ini, mulai dari orang dewasa hingga kalangan anak-anak. Gangguan autoimun bisa saja hanya menyerang satu organ saja. Namun, ada juga yang memengaruhi seluruh tubuh.
Dikutip Medical News Today, sampai saat ini dokter belum memgetahui pasti apa penyebab sistem kekebalan tubuh. Meskipun demikian, terdapat beberapa faktor yang diduga kuat menjadi asal-muasal penyakit ini. Mulai dari keturunan (faktor riwayat keluarga), etnis tertentu, faktor lingkungan, penerapan diet yang salah, hingga gaya hidup tidak sehat (konsumsi makanan tinggi lemak, tinggi gula, dan makanan olahan).
Si Kecil yang mengalami autoimun biasanya memperlihatkan gejala, seperti kelelahan, ruam kulit, demam, kejang, rambut rontok, kesemutan, sulit berkonsentrasi, serta nyeri di bagian perut. Inilah penjelasan Popmama.com mengenai penyakit autoimun pada anak yang perlu Mama dan Papa tahu dan waspadai.
1. Diabetes Tipe 1
Diabetes tipe 1 pada anak disebabkan karena adanya kerusakan pada sel pankreas. Sistem kekebalan tubuh menyerang sel pankreas sehingga tidak mampu menghasilkan insulin untuk mengatur kadar gula darah.
Kadar gula darah yang tidak terkontrol mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah, jantung, ginjal, mata, dan sistem saraf. Umumnya, anak-anak yang mengalami diabetes tipe 1 sebelum menginjak usia 20 tahun.
2. Multiple Sclerosis
Penyakit autoimun lainnya adalah multiple sclerosis, yakni gangguan kesehatan berpotensi mengakibatkan kelumpuhan otak dan sumsum tulang belakang (sistem saraf pusat). Kondisi ini terjadi karena sistem kekebalan tubuh mielin yang berfungsi sebagai pelindung serabut saraf.
Multiple sclerosis juga menyebabkan terjadinya kesalahan komunikasi antara otak dan seluruh tubuh. Si Kecil yang mengidap MS mempunyai gejala sesuai banyaknya kerusakan saraf dan saraf bagian mana yang terdampak. Misalnya, jika sistem bagian organ gerak yang terserang maka anak kehilangan kemampuannya untuk berjalan kaki.
3. Psoriasis atau Psoriatic Arthritis
Psoriasis merupakan penyakit autoimun yang menyerang sel kulit. Paling banyak disebabkan karena infeksi bakteri dan faktor genetik. Gangguan autoimun lain, seperti penyakit Crohn, diabetes tipe 1, dan rheumatoid arthritis mampu memicu penyakit ini.
Autoimun pada si Kecil mengakibatkan berkembang terlalu cepat. Dimana pada kondisi normal sel-sel kulit biasanya tumbuh dan kemudian terlepas ketika tidak dibutuhkan atau disebut regenerasi kulit. Lantas terjadi penumpukan lalu membentuk bercak merah yang meradang.
Biasanya sisik putih dari plak pada kulit. Penderita juga bisa mengalami kuku jadi menebal, berlubang, atau bergerigi. Sekitar 30 persen penderita psoriasis mengalami pembengkakan, kekakuan, dan nyeri pada persendian mereka. Bentuk penyakit ini disebut arthritis psoriasis
4. Hepatitis Autoimun
Hepatitis autoimun merupakan gangguan kesehatan berupa peradangan organ hati akibat sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel di hati. Belum diketahui secara pasti penyebab penyakit autoimun ini. Namun, banyak orang percaya bahwa pemicunya karena faktor genetik dan lingkungan.
Pengobatan hepatitis autoimun, yakni pemberian obat-obatan guna mengendalikan dan menekan sistem imun supaya tidak menyerang tubuh. Selain itu, penderita bisa melakukan transplantasi hati apabila obat yang diberikan tidak mampu mengatasinya.
Keterlambatan penanganan akan menyebabkan si Kecil menderita gagal hati karena penyakit ini menimbulkan jaringan parut pada hati. Penyakit ini bisa dialami oleh kalangan balita hingga remaja.
5. Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
Lupus banyak diderita oleh si Kecil yang berusia 9-15 tahun dan perlu para orangtua waspadai. Lantaran, penyakit autoimun ini lebih agresif terhadap anak-anak dibandingkan orang dewasa.
Penyakit ini dapat mengakibatkan peradangan, pembengkakan, serta rasa sakit di bagian tubuh mana pun. Organ-organ yang terdampak imbas penyakit lupus antara lain kulit, persendian, ginjal, hati, otak, paru-paru, hingga jantung.
Gejala awal yang paling umum dan sering dialami oleh para penderita adalah nyeri sendi, kelelahan, dan ruam.
6. Penyakit Chron
Masalah autoimun menyebabkan peradangan di sepanjang saluran sistem pencernaan, yakni dari mulut sampai anus. Peradangan cenderung menyebar ke lapisan usus yang lebih dalam. Penyakit Crohn memicu rasa nyeri di perut, diare parah, kelelahan, penurunan berat badan, sampai malnutrisi.
Peradangan bahkan membuat penderita menjadi sangat lemah. Tak jarang, kondisi ini mengakibatkan komplikasi yang mengancam nyawa.
Sampai saat ini belum ada cara untuk mengobati penyakit autoimun ini. Namun, ada berbagai jenis terapi yang bisa si Kecil lakukan guna meredakan gejala dan membantunya “hidup normal.”
Editors' Pick
7. Penyakit Addison
Penyakit Addison termasuk jenis penyakit autoimun yang langka pada anak-anak. Menyerang bagian kelenjar adrenal yang berfungsi memproduksi hormon aldosteron, kortisol, dan gonadocorticoid.
Kekurangan kortisol memengaruhi cara tubuh menggunakan dan menyimpan karbohidrat dan gula (glukosa). Sementara, kekurangan aldosteron akan menyebabkan kehilangan natrium dan kalium berlebih dalam aliran darah.
Alhasil, tubuh si Kecil tidak mempunyai cukup hormon untuk mengatur metabolisme tubuh, sistem kekebalan tubuh, dan mengendalikan kadar natrium serta kalium. Tanda-tanda yang muncul antara lain kelelahan, kelemahan, penurunan berat badan, dan kadar gula darah rendah.
8. Penyakit Graves
Penyakit Graves menyerang kelenjar tiroid di leher sehingga mengakibatkan prodiksi hormon berlebihan. Salah satu peran hormon tiroid adalah mengontrol metabolisme, khususnya mengontrol penggunaan energi tubuh, yang dikenal sebagai metabolisme.
Jumlah hormon tiroid terlalu banyak lantas menyebabkan meningkatkan aktivitas tubuh. Gejala khas dari penyakit autoimun ini adalah mata melotot yang disebut exophthalmos. Tanda-tanda lainnya, yakni gugup, jantung berdetak cepat, intoleransi panas, dan penurunan berat badan.
9. Kawasaki
Penyakit autoimun selanjutnya adalah kawasaki yang mengakibatkan peradangan di bagian otot. Jika Mama dan Papa telat memberikan penanganan maka akan terjadi komplikasi berupa terganggunya fungsi pembuluh darah koroner jantung.
Kalangan anak yang paling rentan terkena penyakit kawasaki adalah usia di bawah lima tahun. Gejala awal penyakit ini umumnya dimulai dengan demam tinggi, ruam pada kulit, pembengkakan kelenjar getah bening di leher, dan berlangsung selama lima hari.
10. Penyakit Juvenile
Ada dua jenis penyakit juvenile, yaitu Juvenile Dermatomyositis dan Juvenile Idiopathic Arthritis. Juvenile dermatomyositis merupakan masalah autoimun si Kecil berupa peradangan pada otot, kulit dan pembuluh darah.
Kondisi ini ditandai adanya kelemahan pada otot leher, otot bahu dan pinggul. Si Kecil akan kesulitan menaiki tangga, bangun dari kursi atau menyisir rambutnya sendiri.
Sementara, juvenile idiopathic arthritis adalah penyakit autoimun yang paling sering dijumpai pada anak-anak dan remaja. Kekebalan tubuh si Anak menekan sistem persendian sehingga menimbulkan rasa sakit bila digerakkan.
Anak juga akan mengalami kaku, kemerahan dan bengkak, kelelahan, kemerahan pada kulit, penglihatan kabur, mata terasa kering, kehilangan nafsu makan dan demam.
11. Myasthenia Gravis
Myasthenia gravis memengaruhi impuls saraf yang membantu otak mengontrol otot. Kondisi ini membuat komunikasi dari saraf ke otot terganggu karena sinyal tidak dapat mengarahkan otot untuk berkontraksi.
Gejala paling umum adalah kelemahan otot yang semakin memburuk ketika beraktivitas dan membaik dengan istirahat. Penyakit ini juga sering kali berimbas pada otot yang mengontrol gerakan mata, kelopak mata terbuka, menelan, dan gerakan wajah terlibat.
12. Vaskulitis Autoimun
Vaskulitis autoimun terjadi karena sistem imun tubuh menyerang pembuluh darah sehingga yang mengakibatkan peradangan. Dampaknya terjadi penyempitan arteri dan vena. Alhasil, darah yang mengalir jadi lebih sedikit.
13. Kolitis Ulseratif
Kolitis ulseratif merupakan suatu peradangan kronis di bagian usus besar (kolon) dan rektum. Peradangan tersebut mengakibatkan terjadinya luka atau tukak di bagian dinding usur besar sehingga tinja bercampur dengan darah. Penyakit autoimun ini bisa menyerang siapa saja, khususnya kalangan di bawah usia 30 tahun termasuk si Kecil.
Anak-anak akan mengalami diare, nyeri perut sebelum BAB dan membaik setelahnya, frekuensi BAB lebih dari sepuluh kali, penurunan berat badan, dan anemia. Bahkan komplikasi akibat masalah autoimun ini dapat menyebabkan kematian.
Sama seperti penyakit autoimun lainnya, kolitis ulseratif ini pun belum ada obatnya. Penderita hanya bisa melakukan perawatan guna mengurangi gejalanya. Faktor genetik jadi salah satu hal yang memperbesar potensi gangguan autoimun ini.
14. Penyakit Celiac
Penyakit celiac adalah masalah autoimun yang menyerang si Kecil, khususnya pada sistem pencernaan yang berkaitan dengan fungsi usus halus.
Anak penderita celiac tidak bisa mengonsumsi makanan yang mengandung protein dan gluten. Jadi ia harus menghindari gandum, gandum hitam, dan produk biji-bijian lainnya. Apabila ia memakannya maka akan kambuh.
Ketika tubuh mendeteksi adanya kandungan gluten di usus halus maka sistem kekebalan tubuh akan menekan bagian saluran pencernaan yang mengakibatkan peradangan. Penyakit celiac dapat diturunkan dan umumnya menyerang anak perempuan.
15. Henoch-Schonlein Purpura
Henoch-Schonlein Purpura (HSP) adalah penyakit autoimun yang menyerang pembuluh darah mengalami peradangan. Gejala dari penyakit ini ditemukannya ruam di kaki, bokong, dan tangan.
Gangguan autoimun pada anak ini juga bisa berdampak pada kerusakan organ-organ dalam. Di Amerika Serikat, penyakit autoimun HSP terjadi pada 20 dari setiap 100 ribu anak. Usia paling potensial terjangkit HSP adalah 2-11 tahun. Kemungkinan anak laki-laki dinilai lebih rentan terkena penyakit HSP daripada anak perempuan.
Demikian penjelasan tentang penyakit autoimun pada anak. Papa dan Mama perlu melakukan pemeriksaan darah atau biopsi guna mengetahui secara pasti. Walaupun masalah kesehatan ini tidak dapat sembuh total tetapi penderita bisa meringankan gejalanya dengan mengonsumsi obat secara teratur maupun terapi hormon guna mencegah terjadinya flare.
Baca Juga:
- Apa itu Rheumatoid Arthritis? Autoimun yang Pernah Dialami Enzy Storia
- Hari Lupus Sedunia, Ketahui Fakta Mengenai Penyakit Autoimun Ini
- Apa itu Hepatitis Autoimun yang Buat Seorang Anak 3 Tahun Meninggal?
.