- Mama terinfeksi group B streptococcus (GSB) semasa hamil
- Mama mengalami demam tinggi saat proses persalinan
- Mama mengalami pecah ketuban lebih dari 24 jam sebelum persalinan atau pecah dini, yakni sebelum usia 37 minggu kehamilan.
Sepsis pada Anak: Penyebab, Gejala dan Pencegahannya

Selain sebagai pendidik utama dan pertama bagi anak, orangtua juga memikul tanggung jawab menjadi "dokter" pertama si Kecil. Mama dan Papa jadi pihak pertama yang mengetahui dan mendeteksi jika terjadi gangguan kesehatan pada si Kecil.
Penting bagi orangtua mempunyai kemampuan dasar terkait informasi mengenai suatu penyakit, gejala, hingga penanganannya. Tujuannya agar Mama dan Papa bisa memberikan tindakan pertolongan pertama untuk anak. Alhasil, penyakit atau masalah kesehatan tersebut tidak lebih buruk bahkan syukur-syukur bisa sembuh tanpa harus ke dokter.
Nah, apakah Mama dan Papa sudah tahu tentang penyakit sepsis pada anak? ini merupakan kelainan sistem daya tahan tubuh yang menyerang balita maupun batita. Inilah ulasan Popmama.com tentang penyakit tersebut yang mesti orangtua tahu. Simak penjelasannya di bawah ini ya, Ma!
Apa Itu Sepsis pada Anak?

Dilansir dari NHS.UK, sepsis termasuk penyakit yang dapat mengancam keselamatan jiwa seseorang. Sepsis merupakan gangguan kesehatan dimana sistem kekebalan tubuh memberikan reaksi berlebihan atau tidak terkendali terhadap serangan infeksi maupun cedera yang menjangkiti tubuh.
Dalam dunia kesehatan, penyakit ini disebut septikemia atau keracunan darah. Hal ini karena sepsis merupakan penyakit yang mengakibatkan bakteri, jamur, virus, parasit maupun limbah beracun mikroorganisme masuk ke dalam aliran darah.
Senyawa kimia yang dikeluarkan tubuh untuk melawan infeksi justru menyerang balik organ dan jaringan tubuh anak sehingga mengakibatkan peradangan bahkan perubahan fungsi organ tubuh.
Sepsis mampu menginfeksi organ-organ di dalam tubuh tergantung aliran darah yang terkontaminasi bakteri tersebut. Komplikasi sepsis pada anak dapat menyebabkan gangguan serius, seperti keracunan darah, gangguan sirkulasi darah, pelebaran pembuluh darah, hipotermia, penurunan tekanan darah, sampai kematian.
Penyebab Sepsis pada si Kecil

Setiap jenis infeksi dapat memicu anak terjangkit sepsis. Kasus sepsis pada balita biasanya disebabkan karena bakteri yang masuk ke dalam darah. Masalah kesehatan ini kerap dikaitkan dengan infeksi paru-paru (pneumonia), saluran kemih (ginjal), kulit, dan usus.
Mengutip Children's Health, beberapa bakteri yang paling sering menjadi penyebab sepsis pada anak antara lain Streptococcus (strep), Staphylococcus aureus (Staph), Escherichia coli (E. coli), Listeria monocytogenes , Neisseria meningitidis, Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae tipe B dan salmonella.
Pada bayi baru lahir, sepsis ditularkan karena ia lahir secara prematur dan dari sang Mama yang mengalami beberapa kondisi berikut:
Bayi prematur yang menjalani perawatan di NICU berpotensi terpapar infeksi bakteri penyebab sepsis. Lantaran sistem kekebalan tubuh para balita ini tidak berkembang secara maksimal. Selain itu, sangat berpotensi terjangkit bakteri dari yang melibatkan jalur intravena (IV) jangka panjang, kateter atau tabung, dan tabung pernapasan. terpasang pada ventilator.
Pada anak-anak yang lebih tua, goresan atau luka terbuka yang tidak segera diobati jadi jalan masuk bakteri masuk ke dalam tubuh. Nantinya bakteri ini menginfeksi lalu mengakibatkan sepsis. Penyakit infeksi lain juga mampu mendorong terjangkit sepsis pada si Kecil, seperti infeksi saluran kencing, infeksi telinga, pneumonia, hingga meningitis dan gizi buruk.
Gejala-Gejala Sepsis yang Muncul pada Bayi dan Balita

Tanda sepsis yang muncul pada bayi baru lahir, antara lain:
- Pembengkakan pada ubun-ubun bayi
- Perubahan detak jantung, lebih lambat (gejala awal) maupun lebih lambat dari normal (sepsis tingkat akhir yang diikuti syok)
- Intensitas buang air kecil menurun
- Sulit bangun dari tidur
- Tidak tertarik atau kesulitan minum ASI (Air Susu Ibu) maupun susu formula
- Demam dengan suhu lebih dari 38 derajat Celcius
- Ketidakmampuan atau keengganan untuk melakukan kontak mata
- Iritabilitas atau tangisan yang tidak dapat dihibur
- Penyakit kuning (kulit dan/atau mata kekuningan)
- Lesu dan lemas
- Berhenti bernapas selama lebih dari 10 detik (apnea)
- Ruam
- Perubahan warna kulit (pucat, tambal sulam, kebiruan)
- Kesulitan bernapas atau napas menjadi lebih cepat
Gejala sepsis pada bayi yang berusia lebih dari 3 bulan dan anak-anak dapat meliputi:
- Kebingungan
- Sulit bernafas
- Sulit bangun dari tidur
- Mengalami infeksi lain (seperti pneumonia) dengan gejala yang semakin parah bukannya membaik
- Demam dengan suhu di atas 39 derajat Celcius
- Gampang marah dengan merengek terus-menerus dan tidak responsif
- Lesu
- Ruam
- Perubahan warna kulit
- Kesulitan bernapas
- Nyeri saat melihat ke atas atau ke bawah
- Mata tampak gelap atau cekung
Pencegahan Sepsis pada Balita

Tidak ada jaminan pasti bahwa langkah-langkah preventif yang kita lakukan dapat seratus persen mencegah sepsis pada si Kecil. Namun, upaya pencegahan ini setidaknya dapat memperkecil potensi terserang gangguan keracunan darah ini. Beberapa tindakan yang dapat Mama dan Papa lakukan, antara lain:
- Melakukan tes sederhana di usia kehamilan ke-35 dan ke-37 untuk memastikan Mama tidak terjangkit bakteri GBS.
- Memberikan imunisasi lengkap untuk anak termasuk vaksinasi pencegahan bakteri Pneumococcus (Prevnar) dan Haemophilus influenzae tipe B yang dapat menyebabkan sepsis dan occult bacteremia (infeksi darah).
- Mengajarkan si Kecil untuk tidak menyentuh, mengopek, mencongkel, maupun menguliti bisu, luka basah maupun luka kering (koreng).
- Membersihkan alat-alat kesehatan yang digunakan dalam jangka waktu lama, seperti pemakaian infus.
- Menjauhkan kontak fisik (mencium, memeluk, menggendong) si Kecil saat sedang sakit.
- Membiasakan anak dan anggota keluarga untuk rajin mencuci tangan guna mencegah infeksi atau masuknya bakteri ke dalam tubuh akibat menyentuh hidung maupun mulut.
Cara Mendiagnosa Sepsis pada Anak-Anak

Dokter tidak bisa sembarangan dalam mendiagnosis sebuah penyakit. Kesalahan diagnosis dapat berakibat fatal bagi si Pasien. Bukannya sembuh justru dapat mengakibatkan masalah kesehatan lain yang tidak menutup kemungkinan jadi lebih parah.
Nah, ada beberapa cara yang biasanya digunakan para dokter dalam mendiagnosis sepsis, yaitu:
- Tes darah. Tahapannya adalah memeriksa sampel darah guna mencari infeksi, melihat normal atau tidaknya fungsi hati atau ginjal, serta kadar oksigen dalam tubuh.
- Tes urine. Dari urine ini dokter anak akan mengidentifikasi apakah terdapat bakteri yang mengindikasikan sepsis.
- Pungsi lumbal. Cara ini dilakukan dengan mengambil sampel cairan tulang belakang untuk memeriksa dan memastikan ada atau tidaknya infeksi, termasuk meningitis.
- Sinar X. Pemeriksaan sinar-X bertujuan untuk menunjukkan pneumonia atau kondisi lain yang dapat menyebabkan sepsis.
Golongan Lain yang Berpotensi Menderita Sepsis

Dikutip dari NHS.UK, sejatinya penyakit sepsis dapat menyerang siapa saja bukan hanya kalangan balita saja. Penyakit ini relatif sulit dideteksi pada beberapa orang tertentu, yakni bayi dan anak kecil, orang dengan demensia, orang dengan ketidakmampuan belajar, dan orang yang sulit berkomunikasi.
Di samping itu, terdapat golongan sangat rentan terinfeksi penyakit berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh ini. Mereka adalah:
- Si Kecil yang baru lahir dan di bawah usia tiga bulan. Sistem imunitas mereka belum matang secara sempurna sehingga kurang efektif dalam melawan infeksi yang berlebihan.
- Bayi di bawah 1 tahun, terutama jika lahir secara prematur atau sang Mama mengalami infeksi saat masa kehamilan.
- Anak-anak yang tidak melakukan vaksinasi Streptococcus pneumoniae (pneumococcus) dan Haemophilus influenzae.
- Orang berusia lebih dari 75 tahun.
- Penderita diabetes atau penyakit kronis lainnya.
- Anak-anak atau orang dewasa yang memiliki sistem kekebalan yang lemah. Misalnya pasien yang menjalani perawatan kemoterapi atau yang baru saja menjalani transplantasi organ.
- Orang yang baru saja menjalani operasi atau penyakit serius
- Perempuan yang baru melahirkan, mengalami keguguran atau melakukan aborsi.
- Anak maupun orang dewasa yang mengidap HIV, kanker atau kondisi lain yang melemahkan sistem kekebalan tubuh.
Demikianlah penjelasan tetang penyakit sepsis pada anak yang perlu Mama dan Papa tahu. Orangtua jadi lebih sigap menangangi si Kecil apabila muncul tanda-tanda di atas. Sehingga proses penyembuhan bisa lebih cepat karena segera ditangani oleh tim medis.



















