Kenali 5 Jenis Penyakit Saraf pada Anak yang Harus Diwaspadai
Bantulah perkembangan dan pertumbuhan sang anak
29 Maret 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Otak mengendalikan apa yang semua dipikirkan dan dirasakan seseorang. Di mana otak sebagai komputer pusat yang mengontrol semua fungsi tubuh.
Kids Health.org menjelaskan, cara kerja dasar sistem saraf banyak bergantung pada sel-sel kecil yang disebut neuron. Otak memiliki miliaran pekerjaan khusus melalui proses elektrokimia yang kompleks.
Namun, jika anak ada penyakit saraf atau gangguan neurologis, maka sebagian otak atau sistem saraf tidak bekerja sebagaimana mestinya.
Kondisi tersebut dapat memengaruhi tumbuh kembang anak yang mengakibatkan gejala tertentu, baik secara fisik maupun psikologis.
Untuk itu orangtua perlu mengenali 5 jenis penyakit saraf pada anak yang harus diwaspadai. Simak ulasannya dari Popmama.com, yuk!
1. Austisme pada anak merupakan kelainan neurologis
Autism Spectrum Disorder (ASD) pada anak adalah gangguan perkembangan yang ditandai oleh dua jenis perilaku.
Di mana terjadi defisit dalam komunikasi, kesulitan melakukan kontak mata, interaksi sosial dan perilaku yang terbatas atau berulang.
Ya, autisme merupakan kelainan neurologis dan menyerang sistem saraf di otak yang membuat anak mengalami kesulitan untuk memahami dunia di sekitar mereka.
Dikutip dari laman Child Mind.org, Beberapa orang khawatir bahwa gangguan autisme disebabkan oleh vaksinasi yang diterima anak-anak.
Namun, penelitian telah menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara menerima vaksin dan mengembangkan ASD.
Editors' Pick
2. Celebral palsy memiliki kurangnya rentang gerak
Cerebral palsy adalah gangguan kerusakan di otak yang belum matang saat berkembang sebelum kelahiran sang anak.
Menurut Mayo Clinic.org, cerebral palsy menyebabkan gangguan gerak yang terkait dengan refleks abnormal, gerakan tak terkendali dan berjalannya pun tidak stabil.
Anak dengan cerebral palsy mengalami masalah menelan dan adanya ketidakseimbangan otot mata.
Mungkin mereka juga memiliki kurangnya rentang gerak di berbagai sendi tubuh, hal ini karena kekakuan otot.
Namun fungsi dan kekakuan otot dapat memburuk jika tidak ditangani secara agresif.
3. Epilepsi dipicu oleh perubahan aktivitas listrik di otak
Epilepsi adalah gangguan otak di mana seorang anak mengalami kejang berulang yang dipicu oleh perubahan aktivitas listrik dan kimia di otak.
Biasanya disebabkan oleh apa pun yang melukai otak. Ini termasuk cedera kepala, infeksi, keracunan atau masalah perkembangan otak sebelum kelahiran.
Healthy Children.org menerangkan, ada banyak jenis kejang. Beberapa sangat pendek yang hanya berlangsung hitungan detik.
Sementara lainnya berlangsung beberapa menit. Jenis kejang bergantung pada tempat kejang terjadi di otak dan seberapa banyak otak yang terlibat.
Epilepsi menyebabkan berbagai masalah kemampuan mengendalikan otot, bahasa hingga memori dan kemampuan belajar.
Dengan demikian, sang anak harus menemui ahli saraf pediatrik yang mengelola kejang dan epilepsi.
4. Hydrocephalus terjadi cairan yang menumpuk di tengkorak
Penyakit saraf pada anak berikutnya ialah hidrosehalus.
Penyakit tersebut merupakan suatu kondisi yang terjadi ketika cairan menumpuk di tengkorak dan membuat otak jadi membengkak.
Di mana hydrocephalus menyebabkan gangguan perkembangan, fisik dan intelektual sang anak.
Childrens Hospital.org memberitahu, gejala hidrosehalus sangat bervariasi tergantung pada usia anak dan seberapa lanjut kondisinya ketika ditemukan.
Anak dengan hidrosehalus mungkin memiliki ukuran kepala yang luar biasa besar, sering mengantuk hingga muntah parah.
Hydrocephalus mengakibatkan kerusakan otak permanen, jadi penting bagi orangtua untuk mengenali gejala kondisinya dan mencari bantuan medis.
5. Spina bifida adalah cacat tabung saraf
Spina bifida adalah kondisi kelainan yang terjadi ketika tulang belakang dan sumsum tulang belakang tidak terbentuk dengan sempurna.
Faktor-faktor yang menyebabkan spina bifida pada anak karena faktor nutrisi, masalah bawaan sejak lahir dan penutupan tabung saraf embrionik yang tidak lengkap. Ini adalah cacat tabung saraf.
Dilansir dari Medical News Today.com, seorang bayi yang dilahirkan dengan spina bifida memiliki kelemahan atau kelumpuhan pada kaki, inkontinensia urine, inkontinensia usus, kurangnya sensasi di kulit dan penumpukan cairan serebrospinal. Ini menyebabkan sistem saraf akan lebih rentan terhadap infeksi.
Gejalanya berkisar dari ringan hingga berat yang memengaruhi perkembangan fisik dan intelektual anak.
Itulah kelima penyakit saraf pada anak. Dengan penanganan dini, dokter akan memberikan pengobatan dan terapi yang bisa membantu menunjang perkembangan dan pertumbuhannya.
Baca juga:
- Sediakan 5 Makanan Ini untuk Perkembangan Sistem Saraf Anak Balita
- Penyakit Batten, Gangguan Saraf Pemicu Kematian Dini pada Anak-Anak
- Ketahui! Sindrom Tourette, Kelainan Saraf yang Bisa Terjadi Pada Anak