Inilah 5 Faktor Penyebab Stunting pada Anak Balita
Stunting merupakan masalah gizi yang berkaitan erat dengan pertumbuhan anak
24 Agustus 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Stunting disebut sebagai sebuah kondisi ketika tinggi badannya berada jauh di bawah standar anak seusianya.
Stunting adalah gangguan pertumbuhan kronis pada anak akibat kekurangan nutrisi dalam waktu lama. Misalnya anak berusia 2-5 tahun dengan tinggi badan 120 cm, maka berat badan yang ideal berkisar 23-25 kg. Sedangkan, seorang anak dikatakan stunting jika berat badannya hanya 19-20 kg dengan tinggi yang sama.
Menurut BMCPublicHealth bahwa stunting berdampak negatif pada anak di kemudian hari, mulai ia di sekolah hingga mencapai usia bekerja.
Berikut ada 5 faktor penyebab stunting pada anak balita yang sudah dirangkum oleh Popmama.com:
1. Rendahnya berat badan bayi ketika lahir
Berat janin mencerminkan hasil perkembangan dalam kandungan pada kecukupan nutrisinya saat dilahirkan.
Bayi dikatakan memiliki berat lahir rendah atau BBLR apabila memiliki berat badan kurang dari 2500 gr (2,5 kg) atau di bawah 1,5 kg.
Dengan kondisi bayi yang memiliki berat lahir rendah, kemungkinan akan mengalami masalah kesehatan dan memiliki kecenderungan untuk menjadi stunting.
Salah satu faktor yang memengaruhi berat badan rendah pada bayi ialah status gizi buruk pada sang ibu sebelum maupun selama kehamilan.
Selain itu, postur tubuh ibu hamil yang pendek di bawah rata-rata (maternal stunting) juga bisa membuat pertumbuhan janin di dalam kandungan jadi terhambat dan terus berlanjut sampai kelahiran.
Editors' Pick
2. Kurangnya kebersihan lingkungan yang menyebabkan anak terkontaminasi bakteri
Ada kemungkinan besar bahwa ada hubungan antara pertumbuhan linier anak-anak dengan praktik sanitasi rumah tangga.
Anak-anak yang terkontaminasi bakteri karena kurangnya kebersihan di lingkungan rumah bisa mengarah ke infeksi usus. Hal inilah yang juga memengaruhi status gizi mereka.
Bahkan anak yang sering mengalami penyakit berulang seperti diare dan infeksi cacing usus (helminthiasis) akibat paparan lingkungan kotor juga dapat dikaitkan dengan stunting.
Pasalnya, kondisi ini berpengaruh besar pada penurunan kemampuan sistem pencernaan dan kekebalan sebagai penangkal organisme penyebab penyakit. Akibatnya, nutrisi sang anak tidak diserap dengan sempurna.
Sementara memelihara kebiasaan yang sehat di rumah seperti mencuci tangan dengan sabun antiseptik dan menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal merupakan cara terbaik untuk mencegah stunting.
3. Janin kekurangan asupan makanan bernutrisi di masa kehamilan
Sebenarnya sejak bayi di dalam kandungan, ia harus tercukupi kebutuhan gizinya sampai dilahirkan dan tumbuh besar.
Jika ibu hamil kurang mengonsumsi makanan bernutrisi seperti asam folat, protein, kalsium, zat besi dan omega-3 maka bisa melahirkan anak dengan kondisi kurang gizi.
Pasalnya, stunting adalah kejadian yang tak dapat dikembalikan seperti semula jika sudah terjadi gangguan pertumbuhan pada sang anak karena kekurangan gizi sejak ia di dalam kandungan.
4. Melewatkan imunisasi bisa mengalami infeksi berulang pada anak
Stunting sendiri bisa diartikan sebagai pertumbuhan yang terhambat akibat gizi buruk maupun terjadinya infeksi berulang.
Sedangkan manfaat imunisasi adalah untuk menstimulasi sistem imun dalam membentuk antibodi yang dapat mengurangi anak dari resiko infeksi.
Di mana peran imunisasi memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian stunting. Apabila sedari kecil mereka melewatkan jadwal imunisasi, maka ketika anak terkena penyakit ia pun mengalami perubahan seperti tidak nafsu makan.
Ketika kebutuhan zat gizi anak tidak terpenuhi dengan baik, kemungkinan besar akan menghambat pertumbuhan dan kecerdasannya yang mengakibatkan stunting.
5. Tidak mendapatkan ASI eksklusif menyebabkan malnutrisi pada anak
Tentunya, pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama akan memberikan perlindungan terhadap infeksi gastrointestinal dan berkaitan dengan stunting. Infeksi tersebut dapat menyebabkan malnutrisi yang parah.
Malnutrisi merupakan kondisi di mana tubuh tidak menerima asupan gizi yang cukup.
Sementara, jika sang anak tidak mendapatkan ASI sejak dilahirkan, ia akan kekurangan gizi maupun sistem kekebalan dan pada akhirnya menyebabkan stunting.
Sedangkan ASI merupakan asupan nutrisi dan sumber protein berkualitas baik yang dapat memenuhi ¾ kebutuhan protein pada bayi usia 6–12 bulan.
Agar anak tidak mengalami stunting, Mama bisa mencegahnya sejak awal kehamilan. Memperbaiki pola makan dan mencukupi kebutuhan gizi selama kehamilan adalah langkah yang tepat.
Baca juga:
- Manfaat Board Game bagi Perkembangan Balita
- 6 Manfaat Positif Bermain Playdough untuk Perkembangan Balita
- 5 Alasan Latihan Yoga Bermanfaat Bagi Perkembangan Balita