Bingung Cari Sekolah? Simak Kelebihan dan Kekurangan Sekolah Alam
Sekolah alam cocok untuk anak yang aktif dan mudah bosan
5 Februari 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Rata-rata anak di Indonesia mulai bersekolah saat memasuki usia balita. Beberapa memulai lebih awal di usia dua tahun, sedangkan yang lain menunggu hingga berusia empat tahun.
Sekolah memang kebutuhan dasar setiap anak. Dengan bersekolah, anak mendapatkan kesempatan untuk belajar banyak hal dan mempersiapkan dirinya untuk masa depan.
Namun, tidak sedikit orangtua yang kebingungan ketika menentukan sekolah yang tepat untuk anak. Faktor apa yang harus menjadi pertimbangan? Apakah akreditasi sekolah? prestise? kurikulum? ataukah biaya?
Apalagi saat ini, Indonesia memiliki beberapa sekolah alternatif yang bisa dijadikan pilihan selain sekolah reguler, seperti homeschooling dan sekolah alam.
Nah, untuk membantu Mama membuat pilihan, berikut Popmama.com telah merangkum seluk-beluk tentang sekolah alam, termasuk kelebihan dan kekurangannya:
1. Ide sekolah alam pertama kali muncul di Denmark
Dilansir dari Earth Force Education, sekolah alam pertama kali digagas di Denmark oleh Ella Flatau pada 1950.
Pada saat itu, Flatau mendirikan Walking Kindergarten yang memiliki jalan-jalan ke hutan sebagai bagian dari kurikulum. Tidak disangka, ide ini disambut hangat oleh orangtua lain yang turut mendaftar ke sekolah tersebut.
Metode ini kemudian diadopsi oleh sekolah-sekolah di Denmark pada tahun 1970-1980. Lalu pada 1993, Britania Raya mulai mengadopsi metode sekolah alam dan mengembangkannya.
Di Indonesia sendiri, sekolah alam pertama digagas oleh Lendo Novo, seorang aktivis lingkungan dan entrepreneur yang memiliki keprihatinan terhadap sekolah di Indonesia.
Ia prihatin terhadap biaya besar harus dikeluarkan orangtua untuk membayar infrastruktur sekolah. Padahal, bukan infrastruktur yang menentukan keberhasilan anak.
Editors' Pick
2. Sekolah alam menitikberatkan alam sebagai sarana dan media belajar
Perbedaan utama antara sekolah alam dan sekolah reguler adalah sarana serta media belajar.
Sesuai namanya, sekolah ini menitiberatkan alam sebagai sarana dan media belajar. Anak tidak akan duduk di dalam gedung sepanjang pelajaran, melainkan dikelilingi pepohonan, rerumputan, dan sinar matahari secara langsung.
Untuk kurikulum sendiri, rata-rata sekolah alam di Indonesia mengacu pada kurikulum Departemen Pendidikan Nasional ataupun kurikulum internasional.
Namun, beberapa sekolah memiliki kurikulum tambahan sendiri, seperti pengembangan akhlak dan pengembangan karakter.