Langkah Mengembangkan Kecerdasan Emosional pada Anak
Kecerdasan emosional yang tinggi dapat meningkatkan kualitas hidup anak lho, Ma
11 September 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Mama pasti sudah mengenal tiga jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan intelektual (intelligence quotient atau IQ), kecerdasan emosional (emotional quotient atau EQ), dan kecerdasan spiritual (spiritual quotient atau SQ).
Selama ini, orangtua seringkali hanya fokus mengembangkan IQ anak. Padahal EQ tidak kalah penting, lho!
Kecerdasan emosional atau EQ adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, dan mengontrol emosi dirinya sendiri maupun orang lain.
Semakin pandai seseorang mengelola emosinya, kualitas hidupnya akan semakin meningkat. Ia akan mampu menghadapi berbagai tantangan kehidupan nantinya, seperti mengelola emosi di tempat kerja ataupun menyelesaikan konflik dalam hubungan.
Sama seperti IQ, mama bisa mulai merangsang perkembangan EQ anak sejak dini. Yuk, simak lima cara berikut:
1. Izinkan Anak Memiliki Emosi
Perasaan adalah sesuatu yang manusiawi dan dimiliki oleh semua orang, begitu juga oleh anak-anak.
Terima dan dengarkan ketika anak mengeluarkan emosi mereka. Ajarkan bahwa tidak ada yang salah dengan memiliki emosi dan semua orang memilikinya.
Mungkin selama ini, secara tidak sadar Mama sering berkata, “Sudah, jangan nangis,” atau “Masa begitu aja nangis.” Kalimat-kalimat seperti ini tidak akan menghilangkan emosi mereka.
Justru, anak akan merasa salah dan menyimpan emosi tersebut. Mereka tidak akan belajar cara mengelola emosi mereka.
Editors' Pick
2. Biasakan Mengobrol dengan Anak
Anak tentunya memiliki masalahnya sendiri, apalagi bagi mereka yang mulai memasuki usia sekolah dan bersosialisasi.
Mungkin seorang teman tidak sengaja menginjak sepatunya hingga kotor atau makanan kesukaannya jatuh dan tidak bisa dimakan lagi.
Apapun itu, cobalah untuk mendengarkan mereka. Siapkan waktu khusus setiap harinya untuk mengobrol bersama.
Mama bisa memulai pembicaraan dengan pertanyaan, “Apa yang kamu rasakan hari ini?”
Dengan cara ini, mama memiliki kesempatan untuk membimbing anak dalam menghadapi dan mengontrol emosi negatifnya.
Mama juga bisa menjadi contoh dalam mengelola emosi negatif. Cara ini juga sangat tepat untuk memperkuat hubungan antara Mama dengan anak, lho!
3. Pahami Perspektif dan Cara Pandang Anak
Akan ada saatnya Mama kurang menyetujui emosi yang dirasakan anak. Mama mungkin merasa mereka menanggapi sesuatu dengan berlebihan atau keliru.
Namun, sebelum menghakimi si anak, ada baiknya Mama mencoba memahami perspektif dan cara pandang mereka terlebih dahulu.
Mama bisa mencari tahu mengapa dan bagaimana mereka merasakan emosi tersebut.
Sama seperti orang dewasa, anak juga akan merasa lebih baik ketika dimengerti. Empati Mama juga membantu anak menerima emosi yang mereka rasakan.
4. Ajarkan Problem-solving
Tidak hanya Mama yang perlu menganalisa emosi yang anak rasakan, anak juga harus melakukannya.
Agar anak mampu mengelola emosinya, berikan mereka ruang dan waktu mencari tahu hal apa yang membuatnya merasakan emosi tersebut.
Tidak perlu terburu-buru, beberapa anak mungkin butuh waktu lebih lama untuk melakukan hal ini.
Setelah anak tenang dan memahami emosinya, Mama bisa mengajaknya duduk bersama dan melakukan problem-solving.
Problem-solving ini sangat penting agar anak memiliki mental untuk terus melangkah maju.
5. Ajak Anak Bermain di Luar Ruangan
Kecerdasaan emosional tidak hanya berlaku untuk sesama manusia, tapi juga terhadap alam sekitar.
Pergi ke kebun binatang atau sekedar berjalan-jalan di taman tentunya menjadi pilihan yang menarik. Anak bisa berkenalan dengan alam dan lingkungan di sekitarnya secara langsung.
Biarkan mereka mengeksplorasi tumbuhan dan hewan yang ada. Dengan cara ini, anak akan belajar untuk berempati pada makhluk hidup yang lebih lemah.
Mama juga bisa menumbuhkan empati anak pada alam dengan cara mengajari anak untuk selalu membuang sampah pada tempatnya.
Dengan kecerdasan emosional yang tinggi, anak akan tumbuh menjadi orang dewasa yang sehat. Hal ini tentunya sangat penting untuk kehidupan sekarang ini. Yuk, terapkan cara-cara di atas dengan si anak, Ma!