6 Sumber Protein Paling Baik untuk Tumbuh Kembang Anak
Pilih menu apa ya buat hari ini?
5 Juli 2018
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Di antara banyaknya nutrisi yang dibutuhkan manusia, protein termasuk salah satu yang terpenting.
Komponen protein adalah kumpulan asam amino, yang mana berfungsi dalam meregenerasi sel-sel rusak, membentuk enzim untuk kebutuhan metabolisme, dan pembentukan energi.
Asam amino juga merupakan komponen penyusun DNA dalam tubuh makhluk hidup. Tak heran jika asupan protein sangat penting, terlebih bagi usia anak-anak dan manula.
Protein secara umum terbagi menjadi dua jenis, yaitu hewani dan nabati. Protein hewani didapat dari tubuh atau produk hewan seperti daging, telur, dan susu.
Sementara protein nabati didapat dari produk tumbuh-tumbuhan, bisa dari bagian biji, daun, batang, atau bentuk olahannya.
Dilansir dari healthyeating.sfgate.com, bagi anak-anak, asupan protein tinggi sangat dibutuhkan untuk menutrisi sel-sel dalam tubuhnya terutama otak dan otot.
Dari sekian banyak sumber protein yang ada, manakah yang paling baik untuk dikonsumsi anak?
1. Susu dan olahannya
Sebelum Mama menyapih Si Kecil, ada baiknya mengenalkan ia pada susu formula.
Makin dekat dengan waktu penyapihan, usahakan porsi susu formula lebih banyak ketimbang ASI.
Susu termasuk sumber protein yang baik bagi anak, karena dilengkapi dengan mineral penting penyusun tulang dan gigi.
Cara mengonsumsinya pun mudah karena Si Kecil sudah akrab dengan rasa susu sejak ia bayi.
Selain dalam bentuk susu biasa, olahan lainnya seperti keju dan yoghurt juga bisa dijadikan alternatif sumber protein.
Keju bisa dicampurkan dalam adonan kue, dijadikan isian roti, atau dimakan langsung sebagai cemilan.
Sedangkan yoghurt yang diolah melalui proses fermentasi, mengandung protein dalam bentuk sederhana yang lebih mudah dicerna oleh pencernaan anak.
2. Telur
Bahan makanan yang satu ini nggak perlu diragukan lagi kandungan proteinnya.
Dua butir telur per hari mampu memenuhi kebutuhan lemak dan protein harian pada usia anak.
Rasanya juga lezat dan bisa diolah menjadi banyak ragam makanan.
Editors' Pick
3. Daging tanpa lemak
Berdasarkan laporan dari The Academy of Nutrition and Dietetics, anak-anak sebaiknya mengonsumsi daging tanpa lemak.
Protein yang dihasilkan daging putih lebih tinggi ketimbang daging merah. Dalam 200 gram daging ayam tanpa kulit terkandung 18 gram protein.
Sementara pada 200 gram daging sapi hanya terdapat 14 gram protein.
Selain itu, serat daging putih lebih halus sehingga mudah dikonsumsi. Tidak membutuhkan waktu memasak yang lama untuk mendapatkan daging bertekstur empuk.
4. Ikan laut
Ikan laut juga dikenal sebagai salah satu sumber protein yang baik. Menurut data FDA, organisasi keamanan pangan dan obat Amerika Serikat, anak-anak dianjurkan untuk mengonsumsi sedikitnya 1 kilogram ikan laut bebas merkuri dalam seminggu.
Salmon, tuna, dan tengiri menjadi yang paling direkomendasikan karena masuk dalam jenis ikan perairan laut dalam.
5. Ikan lele
Menurut data yang dilansir dari nutritiondata.self.com, ikan lele alias catfish ternyata bergizi tinggi lho Ma!
Dalam seporsi filet ikan lele, atau setara dengan 160 gram, terkandung 26 gram protein dan 9 gram lemak.
Sebagian besar kandungan lemaknya dalam bentuk omega-3, yang baik untuk menjaga kesehatan otak dan meningkatkan kecerdasan.
Dibanding ikan laut, harga ikan lele lebih terjangkau dan mudah didapatkan. Tapi, perlu Mama waspadai juga, kondisi pembudidayaan lele bisa mempengaruhi kandungan nutrisinya.
Jika pakan yang diberikan kurang sehat dan higienis, kandungan gizinya pun menurun.
6. Olahan kedelai
Kedelai termasuk sumber protein nabati penting yang mudah didapatkan di Indonesia. Mama bisa mendapatkan nutrisi baik kedelai dari produk olahannya seperti susu, tahu, dan tempe.
Meski kandungan gizinya tinggi, Dr. Walter Willet dari Harvard Medical School menyarankan untuk membatasi konsumsi olahan kedelai cukup 2 cup per hari pada anak, khususnya yang berjenis kelamin perempuan.
Kedelai mengandung senyawa yang mirip dengan estrogen atau hormon seks perempuan. Konsumsi kedelai berlebih bisa mengakibatkan anak perempuan mengalami menstruasi dini.