Setiap manusia memiliki dimensi spiritual. Tak terkecuali anak mama.
Memiliki spiritualitas yang baik akan membuat anak hidup dengan bahagia serta mengerti apa yang benar dan salah. Oleh karena itu, spiritualitas penting diajarkan dan dikembangkan sedini mungkin, Ma.
Apa pun agama Mama, Mama pasti ingin anak mama tahu bahwa hidup itu suci, pilihannya penting, kehadirannya di dunia mampu memberi kegembiraan dan kebaikan, serta alam layak mendapat penghormatan tertentu.
Mama juga pasti ingin anak mama paham bahwa ia selalu bisa memilih untuk melakukan yang terbaik, walaupun ia tidak selalu mendapatkan apa yang ia inginkan.
Mama tidak perlu merasa rendah diri dengan spiritualitas Mama untuk mengajarkan anak tentang hal tersebut.
Bagaimanapun spiritualitas Mama, Mama tetap bisa mengajarkan anak mama agar memiliki spiritualitas yang luar biasa.
Namun, bagaimana caranya? Apa saja ya yang perlu diajarkan pada anak agar ia memiliki spiritualitas yang baik?
Beriktu ini, Popmama.com telah merangkum 10 hal yang perlu diajarkan pada anak sejak dini agar memiliki spiritualitas yang baik dilansir dari laman ahaparenting.com.
1. Kepercayaan
Freepik/jcomp
Apapun agama kita, penting bagi anak untuk merasa bahwa alam semesta ramah padanya. Bahkan, Einstein mengatakan bahwa keputusan paling penting yang dibuat setiap orang adalah memutuskan apakah alam semesta ramah atau tidak. Mengapa begitu?
Orang yang merasa aman di dunia ternyata lebih sehat secara emosional maupun fisik. Juga memiliki kemauan yang lebih besar untuk menjangkau orang lain. Ini dapat meningkatkan kebahagiaan dan rasa tolong-menolong.
Tentu ada orang-orang yang tidak bisa dipercaya. Mama tetap perlu mengajari anak tentang itu agar dirinya aman.
Tapi, seharusnya pengetahuan tentang hal tersebut tidak menghalanginya untuk memercayai orang secara umum. Masih ada banyak orang yang bisa dipercaya, walaupun beberapa orang tidak.
Jauhkan juga berita TV dari anak ya, Ma. Berita TV bisa membuat anak merasa kurang aman.
Menurut Einstein, anak juga perlu diajari bahwa hidup memiliki makna dan kebaikan yang kita lakukan di dunia itu penting.
2. Anak pun bisa melakukan sesuatu untuk menolong orang lain
parentingscience.com
Kalau anak menyaksikan kejahatan atau kekerasan, tapi merasa tidak berdaya untuk menolong, ia bisa tumbuh menjadi remaja yang sinis lho Ma.
Banyak hal yang bisa Mama lakukan agar anak merasa berdaya untuk membuat perubahan. Salah satunya adalah dengan menjawab pertanyaannya tentang kejahatan dengan sungguh-sungguh.
Misalnya, anak tiba-tiba bertanya, “Kenapa orang memukul orang lain di pinggir jalan?”
Ketika anak bertanya seperti itu, ia sedang meminta Mama untuk membantunya menguraikan informasi membingungkan yang ia lihat atau dengar. Jadi, jangan anggap pertanyaannya sebagai gangguan dan melewatinya begitu saja ya, Ma.
Namun, tentu saja Mama bisa tidak tahu jawaban dari suatu hal. Tidak apa-apa untuk mengatakan bahwa Mama tidak tahu jawaban untuk semua hal. Lalu, Mama dan anak bertanya-tanya, berduka, dan mencari jawaban bersama.
Tapi Mama perlu menjelaskan bahwa sebuah peristiwa tidak terjadi begitu saja. Selalu ada alasan mengapa sesuatu bisa terjadi, walaupun Mama tidak tahu alasannya.
Mama bisa menjelaskan, “Kadang, orang bisa nggak setuju satu sama lain. Dibanding membicarakannya, mereka lebih memilih berkelahi karena hal itu, entah dengan tangan kosong atau menggunakan senjata. Perkelahian itu selalu meninggalkan banyak rasa sakit dan luka. Makanya, kita perlu selalu mencoba menggunakan kata-kata untuk menyelesaikan masalah.”
Selain itu, penting juga bagi orangtua untuk menjelaskan bahwa anak bisa melakukan sesuatu untuk membuat segalanya menjadi lebih baik. Dengan begitu, anak bisa merasa berdaya untuk menolong ketika menyaksikan kejahatan atau kekerasan.
Misalnya, Mama bisa mengatakan, “Selalu ada sesuatu yang bisa kita lakukan agar segalanya menjadi lebih baik. Saat ada orang yang memukul orang lain di pinggir jalan, ada banyak orang yang membantu melerai dan menjadi penengah demi keselamatan mereka. Kamu juga bisa melakukannya. Kalau kamu merasa nggak kuat untuk melerai mereka, kamu bisa melaporkannya pada orang dewasa yang kamu pikir bisa melerai mereka. Dengan begitu, kamu sudah menolong mereka.”
3. Cinta alam
Freepik/jcomp
Anak yang merasa terhubung dengan alam akan lebih sehat secara fisik dan emosional.
Keajaiban alam dan keajaiban yang ditemukan anak di alam bisa jadi merupakan awal dari spiritualitas. Contohnya, jaring laba-laba berkilauan karena embun, bulan muncul, anak anjing lahir, dan tunas hijau tumbuh menembus Bumi. Itu semua bisa mengingatkan kita tentang keajaiban kehidupan, bukan?
Menurut Rachel Carson, orang yang merenungkan keindahan Bumi akan menemukan cadangan kekuatan yang akan bertahan selama hidup.
4. Rasa syukur
kauaifamilymagazine.com
Perasaan bersyukur membuat kita lebih bahagia. Setuju, Ma?
Ketika kita sedang emosi atau sedih, rasa syukur menyembuhkan kita. Semakin dalam rasa syukur kita, semakin besar kemampuan kita untuk menerima, semakin banyak pula beban batin yang terlepas.
Anak-anak kadang tidak memahami berkat yang ia terima. Cara yang terbaik untuk mengajarkan rasa syukur adalah dengan menjadi role model-nya.
Mama bisa sering-sering mengungkapkan rasa syukur Mama tentang apa pun. Misalnya, betapa beruntungnya Mama bangun tidur dengan tubuh yang sehat, melalui hari yang indah, bisa makan tiga kali pada hari itu, dan memiliki anak yang hebat sepertinya.
Mama juga boleh menambahkan informasi dalam mengajarkan cara bersyukur pada anak. Tentu saja informasi tersebut perlu disampaikan dengan cara yang sesuai dengan usianya.
Misalnya, “Beberapa anak nggak punya halaman belakang untuk bermain. Kita punya, makanya kita menghargai dan merawat halaman belakang kita dengan baik.” “Nenek semakin tua dan nggak akan bersama kita selamanya. Jadi, kita manfaatkan setiap kesempatan untuk mengunjunginya.”
Selain itu, akan lebih baik lagi kalau dalam doanya, anak terbiasa berterima kasih dan menghitung berkat yang ia terima hari itu. Tentu saja kebiasaan tersebut harus dimulai dari kita sebagai orangtua karena anak akan melakukan apa yang dilakukan orangtua.
Editors' Pick
5. Keheningan
Freepik
Apa Mama pernah menyalakan TV, tapi tidak ditonton, atau menyalakan radio untuk sekadar menghidupkan suasana di rumah agar tidak terlalu sepi? Jika iya, jangan khawatir Ma. Itu tidak salah.
Tapi sebenarnya, kita perlu keheningan untuk menghubungkan kita dengan sesuatu yang lebih besar dari pikiran sadar kita lho, Ma. Bahkan, anak-anak membutuhkan keheningan lebih dari kita.
Musik memang bagus untuk mengatur suasana hati di rumah. Tapi kalau suara radio atau TV tersebut tidak didengarkan anak, itu justru bisa mengganggu kedamaian di rumah. Mengapa begitu?
Itu karena anak mama harus mengerahkan usaha yang lebih besar untuk memblokir suara-suara tersebut. Tingkat ketegangannya akan meningkat dengan melakukan hal itu.
Apalagi kalau TV atau radio yang kita nyalakan membicarakan masalah yang mengganggu anak. Ketegangannya bisa meningkat lebih tinggi lagi, Ma.
Untuk meminimalisir risiko tersebut, Mama bisa bertanya pada anak dulu sebelum menyalakan radio atau TV, apakah ia ingin mendengarkan musik atau sesuatu? Kalau ia menyetujuinya, katakan pula bahwa ia bisa meminta untuk mematikan atau mengecilkan suara-suara tersebut kapan pun.
6. Waktu untuk mengagumi keajaiban di sekitar
Freepik/tawatchai07
Cobalah luangkan waktu bersama anak di sela-sela kesibukan untuk menikmati hal-hal menakjubkan dalam kehidupan sehari-hari, Ma.
Berhentilah berjalan sebentar dan cium wangi bunga di taman. Kagumilah kecantikan pelangi yang muncul di luar sana.
Jangan ubah saat-saat itu menjadi sesi pelajaran sains ya, Ma. Perhatikan saja bahwa kehidupan sehari-hari kita penuh dengan keajaiban. Hargai semuanya bersama-sama.
7. Refleksi
nutritiouslife.com
Kita, baik orangtua maupun anak, butuh meluangkan waktu untuk refleksi. Hanya duduk diam tanpa menghakimi, memikirkan pertanyaan-pertanyaan di benak kita atau masalah yang belum terselesaikan, bisa menjadi salah satu cara healing.
Setidaknya, kita bisa mendapat titik terang dari pertanyaan atau masalah kita dengan cara yang lembut. Selain itu, kita juga bisa lebih mengerti tentang diri sendiri.
Refleksi akan memberikan banyak manfaat pada diri kita. Oleh karena itu, anak pun perlu tahu pentingnya refleksi.
Ketika Mama mengajarkan anak untuk berdoa, ajari pula untuk mendengarkan dan juga berbicara saat berdoa. Itu akan membantunya mengerti apa saja yang perlu ia sampaikan saat berdoa dan paham bahwa ia bisa membicarakan masalah atau pertanyaannya dalam doa.
8. Orangtua bertanggung jawab atas penafsiran anak tentang ajaran agama
Freepik/jcomp
Untuk pendidikan agama anak, jangan serahkan sepenuhnya pada pengajar agama. Mama harus tahu apa yang diajarkan pengajar agama pada anak mama.
Jangan sampai anak mama menafsirkan ajaran agama dengan cara yang tidak sehat. Misalnya, anak mendengar kisah Abraham dan Ishak dari pengajar agamanya. Lalu, kisah tersebut ia tafsirkan sebagai makna bahwa kalau Tuhan menyuruhnya membunuh seseorang, ia harus melakukannya.
Memprihatinkan kan kalau anak sampai menafsirkan ajaran agama seperti itu? Maka dari itu, Mama perlu membantunya untuk menafsirkan ajaran agama dengan cara yang sehat.
Misalnya, jika anak menafsirkan kisah Abraham dan Ishak seperti itu, Mama bisa mengingatkannya bahwa Tuhan menurunkan 10 Perintah Allah dan salah satu perintahnya adalah jangan membunuh. Lalu, berikan penafsiran yang sehat tentang kisah Abraham dan Ishak, yaitu tentang ketaatan pada Tuhan.
Sebagai orangtua, Mama bertanggung jawab atas bagaimana ajaran agama diterapkan oleh anak Mama. Apa pun agama Mama, jangan menganggap bahwa pengajar agama memiliki jalur yang lebih langsung menuju bimbingan Ilahi daripada Mama.
9. Menghadapi ketidaknyamanan untuk bertumbuh
Freepik/senivpetro
Kita sering menghindari ketidaknyamanan. Tapi sebenarnya, kita perlu menghadapi ketidaknyamanan karena hal itu akan mendorong kita untuk belajar, tumbuh, dan berkembang.
Sebagian besar pilihan moral juga merugikan kita. Misalnya, rekan kerja berbuat curang, sedangkan Mama memilih untuk tidak melakukannya. Dengan begitu, Mama tentu saja tidak mendapatkan keuntungan seperti yang didapatkan rekan kerja tersebut. Rugi, bukan?
Memilih melakukan moral memang tidak nyaman dan sulit. Tapi itu bisa membuat kita tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.
Coba bayangkan, Mama memilih untuk tidak berbuat curang dalam pekerjaan seperti contoh di atas. Lalu, Mama mencari cara yang sehat untuk mendapatkan keuntungan. Dengan begitu, Mama belajar sesuatu dan memiliki kemampuan melebihi rekan kerja tersebut, bukan?
Walaupun hasilnya tidak instan, prosesnya sulit dan tidak nyaman, tapi Mama bisa melakukan hal-hal yang sulit itu. Anak mama pun bisa melakukan hal-hal yang sulit dan menghadapi ketidaknyamanan.
Jadilah role model bagi anak tentang bagaimana mencari tahu dukungan seperti apa yang Mama butuhkan dan bagaimana cara memberikan dukungan tersebut pada diri sendiri. Kemudian, Mama bisa menjadi versi terbaik dari diri Mama dan bangga dengan tindakan Mama. Itu akan menjadi contoh yang luar biasa untuk anak.
10. Kontribusi dalam membuat perbedaan positif
Freepik/freepic.diller
Pada umumnya, orang-orang merasa bahwa dunia sangat tidak adil, bahkan anak-anak juga merasa demikian. Tapi bukan berarti kita tidak bisa melakukan apa pun untuk membuat segalanya menjadi lebih baik.
Dunia memang tidak adil, tapi justru karena itu, dunia membutuhkan orang-orang baik agar setidaknya dunia menjadi cukup layak ditinggali.
Ajarkan dan jadilah role model bagi anak untuk tidak menyerah pada ketidakadilan dunia, Ma. Mama bisa mengatakan pada anak bahwa para malaikat butuh bantuan kita di dunia ini.
Ajarkan anak dari hal-hal kecil, seperti membantu memungutkan barang orang lain yang jatuh di jalan, menjadi sukarelawan, dan mengelola konflik yang dialaminya secara damai. Perbuatan-perbuatan seperti ini sudah cukup membuat perbedaan positif, setidaknya bagi kita dan sekitar kita.
Merasa bisa berkontribusi pada perbaikan dunia akan membuatnya bangga dan lebih bahagia. Tak hanya ia yang bahagia, dunia pun bisa menjadi tempat yang lebih baik karena perbuatan baiknya.
Tugas kita sebagai orangtua adalah menemukan cara yang tepat bagi anak untuk membuat perbedaan positif di dunia. Agar ia bisa menikmati dan belajar dari pengalaman tersebut.
Itulah 10 hal yang perlu diajarkan pada anak sejak dini agar memiliki spiritualitas yang baik.
Intinya adalah bersyukur, belajar menjadi versi terbaik dari diri sendiri, dan berkontribusi untuk membuat perubahan positif di dunia ini. Tentu saja, semua itu harus dimulai dari diri kita sebagai orangtua agar menjadi contoh yang baik bagi anak.
Kalapun Mama merasa spiritualitas Mama masih kurang, tidak apa-apa untuk belajar bersama-sama dengan anak. Seperti yang telah dikatakan di atas, Mama bisa melakukan hal-hal yang sulit. Semangat mempraktikkannya, Ma!