Kenali Varian Omicron dari Afrika Selatan yang Memengaruhi Anak-Anak
Anak di bawah 2 tahun menyumbang 10 persen dari penerimaan rumah sakit di Tshwane, Afrika Selatan
4 Desember 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Belum lama kita merasa tenang karena kondisi Indonesia berangsur pulih, kita kembali dikhawatirkan dengan varian baru virus Covid-19 yang baru-baru ini ditemukan di Afrika Selatan. Varian tersebut dinamakan Omicron.
Menurut kabar, Omicron lebih cepat menular dan berbahaya dibanding varian virus Covid-19 sebelumnya.
Risiko terjadinya gelombang ketiga meningkat akibat varian ini.
Menanggapi hal tersebut, Indonesia memutuskan untuk menutup sementara masuknya warga negara asing (WNA) dari 11 negara mulai tanggal 29 November 2021 lalu.
Kesebelas negara itu yakni Afrika Selatan, Botswana, Hong Kong, Angola, Zambia, Zimbabwe, Malawi, Mozambique, Namibia, Eswatini, dan Lesotho.
Namun, pelarangan ini dikecualikan bagi delegasi negara-negara G20.
Seperti yang kita tahu, Indonesia merupakan pemegang Presidensi G20 selama 1 tahun mendatang.
Selain delegasi G20, pengecualian juga diberikan kepada WNA pemegang visa diplomatik dan visa dinas, WNA pejabat asing setingkat menteri ke atas beserta rombongan yang melakukan kunjungan resmi atau kenegaraan, serta WNA yang masuk ke Indonesia melalui skema travel corridor arrangement (TCA). Namun, tenang saja, mereka tetap harus mematuhi protokol secara ketat.
Melihat gentingnya situasi ini, orangtua perlu mengenal varian Omicron agar bisa berjaga-jaga.
- Dari mana varian Omicron berasal?
- Bagaimana Omicron bisa meningkatkan risiko gelombang ketiga?
- Apa saja gejala-gejalanya?
- Bagaimana pengaruhnya terhadap anak-anak?
Semua ini perlu orangtua ketahui.
Nah, untuk mengetahuinya, yuk simak informasi mengenai varian omicron yang memengaruhi anak-anak yang telah Popmama.com rangkum di bawah ini, melansir dari laman Parents.
1. Asal varian Omicron
Virus cenderung berubah saat menyebar ke seluruh masyarakat. Virus Covid-19 pun tak terkecuali.
Seorang ahli intensif pediatrik sekaligus petugas medis khusus untuk pengobatan perawatan kritis pediatrik di Pediatrix Medical Group Kristina Deeter, M.D. menjelaskan bagaimana virus bermutasi dan menyebar.
“Ketika virus masuk ke dalam sel pasien, virus itu mulai membuat salinan dirinya sendiri. Mungkin ada ‘kesalahan’ dalam salinan RNA yang dibuatnya sendiri, dan salinan baru yang bermutasi ini kemudian dapat menyebar ke orang lain,” terang Dr. Deeter.
Varian Omicron virus Covid-19 disebut memiliki jumlah mutasi yang luar biasa tinggi. Menurut The New York Times, totalnya lebih dari 30. Mutasi ini memengaruhi protein lonjakan yang menyebabkan infeksi dengan menembus sel inang.
Para ahli percaya, perubahan yang seperti ini dapat membuat virus lebih mudah menular dan memengaruhi respons vaksin. Hal tersebut dinyatakan oleh Purvi Parikh, M.D., seorang ahli alergi dan imunologi di Allergy and Asthma Network sekaligus penyelidik uji coba vaksin.
Editors' Pick
2. Varian Omicron langsung dikategorikan sebagai VoC
Varian Omicron telah diisyaratkan sebagai varian virus Covid-19 yang paling memprihatinkan saat ini. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) langsung menggolongkan varian Omicron sebagai variant of concern (VoC) atau varian yang diwaspadai.
Penggolongannya sebagai VoC tanpa melalui kategori variant of interest (VoI). Padahal, umumnya varian baru dijadikan VoI terlebih dahulu atau variant under investigation.
Perlu diketahui, VoI adalah varian virus corona yang ditandai dengan mutasi asam amino yang menyebabkan perubahan fenotipe virus yang diketahui atau diprediksi dapat mengubah kondisi epidemiologi, antigeneistas, dan virulensi virus.
Sedangkan VoC adalah varian virus corona yang menyebabkan peningkatan penularan dan angka kematian akibat Covid-19. VoC merupakan varian dengan dua komponen VoI.
Melompatnya varian Omicron langsung ke kategori VoC menandakan kemunculannya merupakan kondisi yang amat serius. Inilah yang meningkatkan risiko negara-negara dapat mengalami gelombang ketiga.
3. Haruskah kita khawatir terhadap varian Omicron?
Seperti yang telah dijelaskan di atas, kemunculan varian Omicron sangatlah memprihatinkan. Para ahli khawatir varian ini akan menyebabkan gelombang baru infeksi Covid-19 di seluruh dunia. Apalagi di daerah-daerah yang tingkat vaksinasinya masih rendah.
Saat ini, para ahli sedang mempelajari varian Omicron. Inilah yang menjadi salah satu alasan organisasi kesehatan membunyikan alarm.
“Omicron telah menimbulkan kekhawatiran karena sejumlah besar mutasi yang dimilikinya jika dibandingkan dengan galur Alpha asli, yang memungkinkannya menjadi lebih menular daripada galur sebelumnya,” terang Dr. Deeter.
Kasus positif Covid-19 di Afrika Selatan telah meningkat setelah varian Omicron ditemukan. Namun, studi epidemiologi masih mencari penyebabnya. Menurut WHO, ada kemungkinan peningkatan penularan Covid-19 di sana disebabkan oleh faktor lain.
Bukti awal pun menunjukkan adanya peningkatan risiko infeksi ulang dengan Omicron. Ini mungkin terjadi karena mutasi pada protein lonjakan membantu virus menghindari antibodi.
Perihal keefektifan vaksin terhadap varian Omicron dan tingkat keparahan gejalanya masih belum diketahui. Namun, sejauh pengamatan, sebagian besar pasien yang terinfeksi varian Omicron usianya lebih muda dan mengalami gejala ringan.
“Sejauh ini, sebagian besar pasien yang telah terinfeksi dengan jenis Omicron berusia lebih muda dan hanya mengalami gejala ringan,” ujar Dr. Deeter.
4. Gejala-gejala varian Omicron dan pengaruhnya terhadap anak-anak
Varian Omicron memang masih dipelajari. Namun, berdasarkan bukti awal, pasien yang terinfeksi varian Omicron sering kali mengalami penyakit ringan. Gejalanya sedikit berbeda dari jenis varian lainnya.
Menurut laporan pasien, tidak ada gejala kehilangan bau atau rasa dan tenggorokan gatal. Namun, gejala-gejala klasik lainnya tetap ada. Hal ini disampaikan oleh Dr. Parikh.
Ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan Dr. Angelique Coetzee telah merawat pasien dengan nyeri badan, batuk ringan, dan sakit kepala ringan. Pasien-pasiennya tersebut tidak mengalami penurunan kadar oksigen yang signifikan. Mereka bahkan pulih di rumah tanpa komplikasi.
Seperti yang dikatakan oleh Dr. Deeter, Dr. Coetzee juga menyebutkan bahwa pasien yang terinfeksi Omicron tampak lebih muda. Menurut Institut Nasional untuk Penyakit Menular, anak-anak di bawah 2 tahun menyumbang 10 persen dari penerimaan rumah sakit di Tshwane, Afrika Selatan, yang merupakan pusat dari varian Omicron.
Ada kemungkinan peningkatan rawat inap anak-anak disebabkan tingkat vaksinasi lebih rendah pada anak-anak. Mungkin juga karena sistem kekebalan anak-anak belum matang.
5. Bagaimana efektifitas vaksin Covid-19 terhadap varian Omicron?
Seperti yang kita tahu, di Indonesia sendiri sudah banyak masyarakat yang divaksinasi. Kemunculan varian baru ini membuat kita bertanya-tanya, apakah vaksinasi yang telah kita dapat efektif terhadapnya?
Saat ini, untuk varian Omicron, pejabat kesehatan belum memahami bagaimana reaksi varian tersebut terhadap vaksin Covid-19.
Menurut Dr. Deeter, ada kekhawatiran vaksin Covid-19 yang telah ada tidak seefektif itu karena struktur galurnya baru.
“Karena struktur galur baru, ada kekhawatiran bahwa vaksin tersebut mungkin tidak seefektif itu. Kami tetap berharap bahwa vaksin akan terus melindungi kita dari gejala sedang hingga parah, tapi kita mungkin melihat kasus COVID-19 yang lebih ringan pada individu yang divaksinasi (disebut infeksi terobosan),” ujar Dr. Deeter.
Virus juga terus bergeser dan bermutasi. Hal ini membuat strategi vaksinasi mungkin menjadi kurang efektif.
“Vaksinasi kami saat ini secara langsung berfokus pada arsitektur protein lonjakan virus COVID-19. Jika struktur virus mulai berubah, seperti varian Omicron, maka kekhawatirannya adalah bahwa vaksinasi kami mungkin tidak seefektif melindungi populasi yang divaksinasi,” terang Dr. Deeter.
Namun, menurut laporan The New York Times, produsen vaksin yakin bahwa jika perlu, mereka dapat mengubah vaksin untuk melawan varian Omicron dengan lebih baik.
Untuk saat ini, organisasi medis dan profesional kesehatan merekomendasikan vaksinasi untuk semua orang yang berusia 5 tahun ke atas. Jika booster vaksin Covid-19 sudah tersedia, disarankan juga untuk menerimanya bagi yang memenuhi syarat.
Sebab, semua vaksin telah terbukti dapat melindungi kita dari gejala parah hingga kematian yang diakibatkan infeksi berbagai varian Covid-19, termasuk varian Delta. Selain itu, kita juga perlu tahu bahwa tingkat vaksinasi yang rendah dapat mempercepat penyebaran varian di masa depan.
“Ketika masyarakat di suatu tempat divaksinasi secara lengkap, maka risiko infeksi turun, dan mutasi ini kemungkinan kecil akan terjadi pada suatu populasi,” ujar Dr. Deeter.
Itulah informasi mengenai varian omicron yang memengaruhi anak-anak. Yuk, waspada dan tetap patuhi protokol.
Baca juga:
- WHO: Varian Covid-19 Omicron Sudah Terdeteksi di 23 Negara
- Waspada, Varian Omnicorn Bisa Mendominasi Lebih dari Delta
- Mau Travelling? Waspada Virus Omicron 500 Persen Lebih Cepat menular