Cara Membimbing Anak agar Tidak Egois
Egois bukanlah hal buruk, tapi jika tidak diluruskan maka bisa jadi masalah
10 Maret 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pada dasarnya, setiap anak memiliki rasa egoisme yang tinggi dan itu adalah hal yang wajar.
Tugas orangtua yang harus mengarahkan rasa tersebut agar tidak berlebihan dan sesuai porsinya saja.
Egois adalah kemampuan seseorang untuk memahami pikirannya dan pikiran orang lain, namun tidak mau untuk memahami orang lain. Beda halnya dengan egosentris yaitu kemampuan untuk memahami pikirannya sendiri.
Egosentris biasanya terjadi pada anak 0-2 tahun, sedangkan selebihnya, sudah berganti menjadi egois. Nah, agar anak tidak tumbuh jadi anak egois, yuk intip 5 hal ini, Ma!
1. Biasakan berbagi dari kecil
Seperti dikatakan, anak tidak mengerti perbedaan antara berbagi dengan menyerahkan kepemilikan benda ke orang lain. Maka dari itu banyak anak yang panik dan marah saat diajak berbagi.
Untuk itu, kenalkan kebiasaan berbagi sedari kecil. Jelaskan juga apa itu berbagi, bedakan antara berbagi dan memberi. Yang tak kalah penting, ajarkan juga untuk memilah mana yang bisa dibuat untuk berbagi, mana yang tidak.
Berbagi bukan berarti pasrah. Anak diperbolehkan menolak berbagi jika diinginkan. Asal diberikan konsep yang tepat. Ia boleh bermain dengan waktu tertentu. Setelahnya, temannya bisa meminjam mainan yang sedang dipegangnya.
Editors' Pick
2. Playdate sebagai media belajar
Bermain bersama atau yang sekarang sering disebut playdate, bisa jadi ajang untuk belajar berbagi untuk si Kecil. Bertemu teman sebaya yang sama-sama memiliki egoisme tinggi tentu membuat mereka ingin mempertahankan keinginan.
Mama bisa melihat keadaan dari kejauhan tanpa langsung menginterupsi mereka. Biarkan mereka menyelesaikan masalahnya sendiri. Mama bisa menjadi mediator jika dirasa keadaan tidak akan bisa berubah menjadi lebih baik.