6 Cara Mengajarkan Menerima Kekalahan pada Anak

Agar mereka bisa menerima rasa kecewa

16 Juli 2021

6 Cara Mengajarkan Menerima Kekalahan Anak
Pixabay/luvmybry

Setiap anak selalu ingin jadi pemenang. Sehingga saat ia mengalami kekalahan, maka segalanya akan kacau.

Ini adalah sifat alami setiap anak. Mereka selalu ingin jadi juara, ingin jadi pertama. Sikap ini sangat baik untuk menumbuhkan rasa percaya diri si Kecil.

Namun jika selalu ingin menang dan tak bisa menerima kekalahan, maka itu akan jadi masalah. Maka dari itu, tak ada salahnya mengenalkan rasa kecewa pada anak. 

Disusun Popmama.com, inilah 6 cara mengajarkan kekalahan pada anak.

1. Berdamai dengan kekalahan

1. Berdamai kekalahan
Freepik/prostooleh

Satu hal yang penting adalah bagaimana si Kecil bisa menerima kekalahan. Saat mengalami kekalahan, mereka cenderung tidak terima dan akan menghalalkan segala cara agar bisa menang. 

Inilah yang harus diperhatikan. Daripada memberikan kemenangan semu padanya, lebih baik ajarkan untuk berdamai dengan kekalahan. 

Beri tahu si Kecil mengapa mereka kalah dan bagaimana orang yang mengalahkannya memang benar lebih baik dari darinya. 

Jangan lupa beri tahu mereka bahwa kekalahan bukan hal yang harus dihindari. Berdamai dengan kekalahan dan berlatih untuk jadi lebih baik di lain waktu. 

2. Jelaskan beragam kemungkinan menang

2. Jelaskan beragam kemungkinan menang
Freepik

Beritahu mereka bahwa kemenangan bergantung pada beberapa hal. Ada yang menang karena usahanya, ada yang karena keberuntungannya, ada juga yang karena keduanya.

Dengan begitu, mereka bisa belajar untuk menerima kekalahan karena alasan tersebut. Saat mereka melihat kemenangan orang lain karena usahanya, ini bisa jadi pecutan untuk berusaha lebih di lain waktu. 

Namun dampingi juga, bahwa cara untuk menang harus dilakukan dengan adil dan benar. Jangan sampai mereka menghalalkan segala cara. Tak mau si Kecil jadi anak yang culas, kan?

Editors' Pick

3. Ajarkan untuk bersikap sportif

3. Ajarkan bersikap sportif
Freepik/senivpetro

Saat mengalami kekalahan, tentu ada perasaan kesal dan tidak terima. Dari perasaan tersebut timbullah reaksi untuk meluapkan kekesalan. Baik itu meluapkan secara verbal atau fisik. 

Sikap ini juga alami dan bukanlah sifat buruk. Hanya luapan emosi anak. Yang harus diperhatikan adalah bagaimana orangtua mendampingi mereka mengenali rasa tersebut. 

Ajarkan mereka untuk berlapang dada dan belajar sportif saat mengalami kekalahan. Beri tahu bahwa meluapkan kekesalan boleh saja, namun jangan menyerang orang lain atau para pemenang. 

4. Kenalkan dengan betapa pentingnya proses

4. Kenalkan betapa penting proses
caterina

Setelah mereka bisa tenang dan berdamai dengan perasaannya, mulailah ajarkan bagaimana proses dari permainan tersebut sangatlah penting. 

Ajak si Kecil ingat kembali bagaimana ia selama bermain. Apa saja hal yang menurutnya menyenangkan, aktivitas apa saja yang baru dilakukannya dan apakah mereka senang akan hal itu. 

Dari sana mereka akan mengenali betapa proses menuju kemenangan (atau kekalahan) cukup menyenangkan dan seru. Dengan mengenali hal ini, mereka akan menghargai usahanya selama proses tersebut. 

5. Kembangkan rasa empati si Kecil

5. Kembangkan rasa empati si Kecil
Pixabay/LorileeAlanna

Saat mereka sudah bisa mengatasi rasa kesalnya karena kalah, saatnya menanamkan kebaikan lain yaitu rasa empati. Ketika mereka bisa mengucapkan selamat ke lawannya yang menang, pujilah sikap baiknya. 

Beri tahu mereka juga bahwa itu adalah bentuk empati dan mengapa empati diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, mereka akan terbiasa dengan sikap berempati yang bisa diterapkan dalam kesehariannya. 

Namun jika rasa empati belum timbul, janganlah terlalu memaksanya. Sesungguhnya anak akan lebih mudah mencontoh orang sekitar. Saat orangtuanya memiliki rasa empati yang tinggi, maka akan mudah bagi si Kecil untuk mencontohnya. 

6. Jadilah contoh yang tenang

6. Jadilah contoh tenang
sportskickstart.com.au

Rasa kesalnya bisa berbentuk tantrum, tangisan, teriakan, dan sejenisnya. Hal ini tentu akan mematik emosi orangtua yang mendengarkannya secara terus-menerus. 

Satu-satunya hal yang bisa Mama lakukan untuk mengubahnya adalah menjadi contoh yang tenang. Singkirkan segala emosi dan cobalah mengerti kekecewaan dan kekesalannya. 

Setelah itu, Mama bisa mengajaknya untuk lebih bersabar. Bisa dengan mengajaknya menghitung dari satu sampai lima, atau mengajaknya bernafas dengan tenang dan dalam. 

Kesabaran ini harus tetap dipertahankan sampai mereka bisa menerapkannya saat mengalami kekalahan. Itulah cara mengajarkan anak menerima kekalahan yang dialaminya.

Kalah memang tidak menyenangkan. Namun yang paling penting adalah bagaimana bisa menerima kenyataan dan berdamai dengan hal tersebut. 

Baca juga:

The Latest