Sayur Bubuk Banyak Manfaat, Bisa Jadi Pengganti Sayur Segar?
Apa mungkin, mengkonsumsi sayur bubuk saja sudah cukup
3 Maret 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tren yang sedang berkembang saat ini adalah sayur mayur dalam bentuk bubuk. Sebut saja beberapa contohnya ada bubuk kale, brokoli, dan wortel.
Tak sampai di situ, ada juga protein yang dibuat bubuk seperti bubuk salmon, atau bubuk ikan teri. Makanan bubuk ini biasanya dibuat dari sayuran organik, tanpa pengawet dan MSG tambahan. Sehingga makin menarik hati para Mama yang buah hatinya sulit mengonsumsi sayur.
Namun, seperti apakah sebenarnya sayur bubuk ini. Popmama.com akan mengulasnya dengan lengkap untuk Mama.
Asal Mula Sayur Bubuk
Pada awalnya, sayur bubuk ini bukanlah tren semata. Namun sebuah kesadaran untuk mengurangi limbah sayur yang terbuang percuma.
Dilansir dari situs Sydney Morning Herald, adalah seorang petani organik bernama Quentin Bland yang memulai bisnis tersebut. Menurutnya, membuat sayuran bubuk adalah salah satu cara memenuhi kebutuhan konsumen saat ini dan sekaligus mengurangi limbah.
Masyarakat butuh asupan sayur yang penuh nutrisi. Di sisi lain, banyak limbah terbuang. Sebut saja batang dan daun brokoli yang mengandung banyak gizi namun sering terbuang.
Selain itu, sayuran segar juga dianggap tidak terlalu efisien karena tidak bisa disimpan lama. Alhasil, hadirlah pilihan sayur bubuk yang nutrisi dan gizinya tak kalah banyak dengan sayuran segar.
Editors' Pick
Bagaimana Nilai Gizinya?
Jika dikelola dengan baik dan benar, tidak banyak nilai gizi yang berubah antara sayur segar dengan sayur bubuk. Sayur baiknya didehidrasi dengan dehidrator suhu rendah di mana nutrisinya tidak akan berubah.
Dehidrasi diperlukan karena sayuran terdiri dari 90 persen air. Untuk prosesnya sendiri biasanya membutuhkan sekitar 14 jam sebelum akhirnya sayur menjadi bubuk.
Menurut ahli gizi dari Nutrition Australia, Aloysa Hourigan, pembekuan dan pengeringan adalah proses makanan yang efisien. Secara keseluruhan dapat menjaga nilai gizi tetap baik. Hanya saja ada sedikit unsur vitamin yang hilang akibat larut dalam air, salah satunya adalah vitamin C.