5 Dampak Negatif dari Kebiasaan Orangtua Sering Prank Anak
Hati-hati jangan sampai jahil atau bercanda terlalu keterlaluan ya, Ma!
22 November 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Eskpresi anak-anak pasti menggemaskan ketika sedang dijahili ya, Ma. Apalagi bila diabadikan dalam sebuah video. Namun, perasaan bahagia orangtua ketika berhasil jahil kepada anaknya belum tentu disukai oleh si Kecil.
Saat dijahili atau orangtua sering melakukan prank ke si Kecil secara terus menerus, bisa saja ia tidak menikmati apa yang terjadi kepadanya.
Si Kecil bisa menganggap dirinya selalu menjadi korban dan memicu dampak negatif yang lain.
Untuk Mama yang ingin mengetahui dampak negatif karena terlalu sering menjahili atau prank si Kecil, kali ini Popmama.com dan Psikolog Alexandra Gabriella A., M.Psi, C.Ht akan memberikan beberapa dampak negatif yang bisa terjadi.
Diperhatikan saat bercanda atau berusaha jahil ya, Ma. Sebelum kondisi psikologis anak mama memburuk karena hal yang terkesan hanya sekadar bercanda.
1. Mudah merasa cemas
Prank atau menjahili si Kecil mungkin menjadi hiburan tersendiri untuk orangtua apalagi saat melihat ekspresinya. Namun, tanpa disadari kebiasaan yang satu ini dapat membuat dirinya tumbuh menjadi seorang pencemas.
Si Kecil bisa lebih mudah merasa cemas karena sering terkena prank atau kejahilan dari orangtuanya. Kondisi kecemasan yang dimilikinya dapat membuat aktivitas yang dilakukan si Kecil terasa tidak nyaman nih, Ma.
Mama pasti nggak mau bukan kalau dirinya tumbuh menjadi anak yang penakut atau selalu merasa cemas?
Editors' Pick
2. Mulai memiliki trust issue
Ma, kebiasaan jahil atau prank kepada anak-anak bisa memicu dampak buruk lho.
Salah satu dampak negatif yang bisa ditimbulkan yaitu mulai merasa tidak memiliki kepercayaan lebih ke orangtuanya sendiri.
Padahal secara umum, anak-anak biasanya lebih percaya kepada keluarga khususnya orangtua. Namun, jika dirinya selalu ke prank hingga membuatnya trauma dapat memicu trust issue.
Bahkan yang lebih buruknya, si Kecil akan berpikir jika orangtuanya saja tidak bisa dipercaya apalagi orang lain. Kondisi ini dapat memicu dirinya untuk takut berinteraksi atau sekadar bercerita dengan orang-orang di sekitarnya.