5 Dampak Negatif dari Kebiasaan Orangtua Sering Prank Anak

Hati-hati jangan sampai jahil atau bercanda terlalu keterlaluan ya, Ma!

22 November 2020

5 Dampak Negatif dari Kebiasaan Orangtua Sering Prank Anak
Freepik

Eskpresi anak-anak pasti menggemaskan ketika sedang dijahili ya, Ma. Apalagi bila diabadikan dalam sebuah video. Namun, perasaan bahagia orangtua ketika berhasil jahil kepada anaknya belum tentu disukai oleh si Kecil. 

Saat dijahili atau orangtua sering melakukan prank ke si Kecil secara terus menerus, bisa saja ia tidak menikmati apa yang terjadi kepadanya. 

Si Kecil bisa menganggap dirinya selalu menjadi korban dan memicu dampak negatif yang lain. 

Untuk Mama yang ingin mengetahui dampak negatif karena terlalu sering menjahili atau prank si Kecil, kali ini Popmama.com dan Psikolog Alexandra Gabriella A., M.Psi, C.Ht akan memberikan beberapa dampak negatif yang bisa terjadi. 

Diperhatikan saat bercanda atau berusaha jahil ya, Ma. Sebelum kondisi psikologis anak mama memburuk karena hal yang terkesan hanya sekadar bercanda.

1. Mudah merasa cemas

1. Mudah merasa cemas
pixabay.com/mgallon mgallon

Prank atau menjahili si Kecil mungkin menjadi hiburan tersendiri untuk orangtua apalagi saat melihat ekspresinya. Namun, tanpa disadari kebiasaan yang satu ini dapat membuat dirinya tumbuh menjadi seorang pencemas.

Si Kecil bisa lebih mudah merasa cemas karena sering terkena prank atau kejahilan dari orangtuanya. Kondisi kecemasan yang dimilikinya dapat membuat aktivitas yang dilakukan si Kecil terasa tidak nyaman nih, Ma. 

Mama pasti nggak mau bukan kalau dirinya tumbuh menjadi anak yang penakut atau selalu merasa cemas? 

Editors' Pick

2. Mulai memiliki trust issue 

2. Mulai memiliki trust issue 
Unsplash/Caroline Hernandez

Ma, kebiasaan jahil atau prank kepada anak-anak bisa memicu dampak buruk lho. 

Salah satu dampak negatif yang bisa ditimbulkan yaitu mulai merasa tidak memiliki kepercayaan lebih ke orangtuanya sendiri. 

Padahal secara umum, anak-anak biasanya lebih percaya kepada keluarga khususnya orangtua. Namun, jika dirinya selalu ke prank hingga membuatnya trauma dapat memicu trust issue. 

Bahkan yang lebih buruknya, si Kecil akan berpikir jika orangtuanya saja tidak bisa dipercaya apalagi orang lain. Kondisi ini dapat memicu dirinya untuk takut berinteraksi atau sekadar bercerita dengan orang-orang di sekitarnya. 

3. Anak tidak akan menganggap orangtuanya sebagai panutan 

3. Anak tidak akan menganggap orangtua sebagai panutan 
Freepik/jcomp

Sosok orangtua umumnya menjadi panutan oleh anak-anaknya. Apalagi orangtua seharusnya mengajarkan untuk membedakan perbuatan yang baik atau tidak baik. 

Jika orangtua seringkali melakukan prank ke anak, secara tidak langsung si Kecil akan berpikir kenapa dirinya selalu menjadi korban. Orangtua seharusnya melindungi anak-anak mereka, bukan justru menakuti hingga memicu rasa takut. 

Perlu Mama diwaspadai ketika si Kecil sudah tidak nyaman, dirinya tidak akan lagi menganggap orangtuanya sebagai panutan. Bahkan dapat berdampak dan memicu rasa kebencian di keluarga.

Baca juga: 

4. Memicu rasa trauma hingga usia dewasa

4. Memicu rasa trauma hingga usia dewasa
Pixabay/Bob_Dmyt

Kebiasaan jahil atau prank yang dilakukan oleh orangtua ke anak juga dapat memicu rasa trauma nih, Ma. Rasa trauma ini pun bisa dialami dirinya hingga usia dewasa. 

Peristiwa yang kurang enak dilihat oleh anak-anak bisa saja memicu trauma, apalagi bila kejadian itu terjadi secara mendadak. Padahal tugas orangtua seharusnya dapat membuat si Kecil terasa aman, nyaman dan dapat memperkecil rasa trauma. 

Rasa trauma yang dirasakan oleh si Kecil tak jarang dapat memunculkan rasa takut secara berlebihan. Bahkan si Kecil dapat memiliki gangguan tidur karena perasaan takutnya seolah takut kejadian buruk yang dialaminya terulang kembali. 

Perasaan trauma itu ternyata tidak bisa dianggap remeh karena efeknya cukup mengganggu.

5. Anak menganggap orang lain menjadi bahan lelucon

5. Anak menganggap orang lain menjadi bahan lelucon
Freepik/Jcomp

Selain kebiasaan prank atau sering menjahili si Kecil dapat memicu anak tumbuh menjadi seseorang yang sensitif. Dirinya juga akan berpikir dan menganggap bahwa orang lain dapat menjadi bahan lelucon. 

Pola pikirnya saat dewasa nanti akan berubah dan selalu menganggap kalau prank termasuk perbuatan yang wajar. Si Kecil juga akan berpikir kalau orang lain bisa dipermalukan di depan umum demi kepuasan diri sendiri. 

Wah, dampak buruk ini bisa didapat ketika orangtua terbiasa melakukan prank ke anak-anaknya! Bercanda boleh saja agar kualitas hubungan antara orangtua dan anak-anak tidak terlalu serius. 

Namun, perlu diingat kalau bercanda atau jahil ke si Kecil jangan terlalu berlebihan. Yuk Ma, ciptakan kualitas hubungan yang menyenangkan dengan cara-cara positif!

Baca juga: 5 Tips Menegur Anak yang Jahil Tanpa Menyinggung Perasaan Orangtuanya

The Latest