Disiksa dan Ditelantarkan Orangtua, Gadis Jepang 5 Tahun Ini Tewas
Si Anak menulis surat permohonan maaf yang mengharukan untuk orangtuanya
22 Juli 2018
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pada bulan Maret tahun ini, Jepang menghadapi kasus kematian pelecehan anak yang memilukan. Korban adalah seorang gadis kecil bernama Yua Funato yang berusia 5 tahun.
Yua Funato mendapatkan penyiksaan secara fisik oleh ibu dan ayah tirinya sendiri selama berbulan-bulan. Selain penyiksaan, gadis kecil ini juga mengalami kelaparan. Bahkan, penyebab kematiannya terkait dengan gizi buruk.
Berikut berita lengkap dari kasus Yua Funato yang sudah Popmama.com rangkum.
Editors' Pick
1. Orangtua Yua Funato melakukan kekerasan fisik dan penelantaran
"Mama, aku akan membuat diriku melakukan banyak hal. Bahkan akan lebih baik di hari esok daripada hari ini, tanpa perlu diberitahu oleh Papa dan Mama. Jadi tolong maafkan aku, tolong. Saya mohon, maafkan aku," tulis Yua Funato di sebuah buku catatan seolah sedang memohon kepada ibu dan ayah tirinya.
Tulisan ini menunjukkan perasaan hati yang sedang dirasakan Yua, di mana ayah tirinya memaksa Yua melakukan latihan menulis sebagai hukuman. Kabarnya, gadis kecil ini juga ditendang dan dipukuli berkali-kali hingga perlu mendapatkan perawatan medis.
Untuk kasus Yua Funato sendiri, Layanan Kesejahteraan Anak Jepang sebenarnya sudah melindungi gadis kecil ini sebanyak dua kali karena laporan mengenai tindakan kekerasan yang dilakukan orangtuanya.
Namun, Yua Funato sempat dikembalikan ke pihak orangtuanya di Tokyo hingga terjadi kejadian yang tidak diinginkan.
2. Fakta mengenai kekerasan di negara Jepang
Bentuk kekerasan di negara ini pun beragam. Ada yang menjadi perlakuan sadis yang masuk ke dalam kekerasan fisik hingga pornografi anak atau kekerasan secara seksual.
Menurut penelitian pemerintah Jepang pun mengungkapkan jika kekerasan terhadap anak di Jepang termasuk yang tertinggi.
Sebenarnya sebelum tiga minggu kasus kematian Yua Funato, ibu Yua dilaporkan menolak untuk membiarkan pekerja kesejahteraan mengujungi apartemen mereka di Tokyo.
Padahal kunjungan ini bermaksud untuk memeriksa keadaan Yua karena takut terjadi kekerasan dan penelantaran kembali oleh orangtuanya sendiri. Rupanya, para pekerja pun tidak berusaha keras untuk menemui Yua di Tokyo hingga dirinya harus kehilangan nyawa.
Layanan kesejahteraan anak-anak Jepang sendiri berada di bawah tangan para pekerja sosial karena anak-anak tidak memiliki pendukung atau perwakilan independen, tidak seperti di negara-negara maju lainnya. Namun, dari kejadian yang terjadi pada Yua membuat pemerintah Jepang berjanji untuk selalu ada bersama anak-anak.
Mereka berharap apa yang terjadi pada Yua tidak pernah terulang.