Kata Psikolog, Begini 3 Langkah Menjaga Kesehatan Mental Anak Balita
Kesehatan mental memang tidak bisa dianggap remeh nih, Ma!
12 Oktober 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Orangtua tentu ingin anaknya bisa tumbuh sehat secara fisik serta kesehatan mentalnya.
Namun, seiring berjalannya usia anak terkadang kesehatan mental anak terkadang sulit dipahami ketika tidak ada kepekaan dari orangtua selama proses mengasuh. Padahal kesehatan mental anak perlu dibangun sejak usia sedini mungkin.
"Di dalam usia berapa saja, sebenarnya kesehatan anak sangat penting untuk dijaga. Hanya saja yang perlu diperhatikan yaitu yang berusia 1-5 tahun sudah masuk masa balita sebagai tahapan perkembangan emas," ucap Kantiana sebagai seorang Psikolog.
Saat ditemui usai mengisi sesi talkshow dengan tema "Stop Bullying dan Body Shaming di Kalangan Anak", Popmama.com juga telah mewawancarai Kantiana Taslim, M.Psi., Psikolog secara eksklusif mengenai cara menjaga kesehatan mental anak sejak usia balita.
Demi menjaga kesehatan mental sekaligus perkembangan anak disimak yuk, Ma!
Editors' Pick
1. Menjaga kesehatan fisik dan mental sama-sama penting
"Kesehatan fisik dan mental itu akan berkesinambungan, sehingga yang pasti apapun jenis kesehatannya perlu dijaga," ucap Kantiana.
Ketika sudah ada tanda-tanda yang memperlihatkan kalau anak tidak berperilaku seperti biasanya, Kantiana mengatakan kalau orangtua perlu peka terhadap perubahan yang terjadi padanya. Bahkan di usia anak yang mengijak balita pun kesehatan mentalnya perlu dibina dengan baik.
"Biasanya untuk anak 4-5 tahun yang memiliki permasalahan, psikolog akan melakukan mengidentifikasi terlebih dahulu seperti pemeriksaan psikologis bersama anak atau juga mengikutsertakan orangtua. Kalau dengan orangtua biasanya, psikolog akan berdiskusi lebih dalam mengenai masalah anaknya mulai dari keluhan serta inti permasalahannya secara detail," kata Kantiana saat ditemui di kawasan Serpong (11/10/2019).
Lalu, psikolog Personal Growth ini mengatakan kalau pemeriksaan bersama anak pun bisa dilakukan dengan beberapa tes psikologis dan tes informal lainnya. Pemeriksaan secara menyeluruh ini dilakukan untuk mengetahui kesehatan psikologis anak.
"Namun diingat juga kalau pemeriksaannya perlu disesuaikan dengan kebutuhan anak. Baru setelah pemeriksaan selesai dan sudah ada hasilnya, maka perlu didiskusikan kembali dengan orangtua. Jika memang butuh interfensi atau terapi sudah mengetahui penanganan seperti apa yang nantinya akan diberikan," tambahnya.
Terapi terhadap psikologis kepada anak-anak yang terganggu secara mental perlu dilakukan untuk meminimalisir gangguan lebih berkembang secara lebih optimal.
2. Berikan stimulasi yang menyenangkan serta maksimal kepada anak
Dimulai dari masa-masa usia balita, si Kecil membutuhkan stimulasi yang menyenangkan untuk menciptakan pertumbuhan serta perkembangannya optimal.
"Berikan stimulasi ke anak semaksimal mungkin agar perkembangannya tetap optimal. Biarkan dirinya terus bereksplorasi atau melakukan berbagai kegiatan-kegiatan produktif. Kemudian orangtua juga perlu sekali mengajarkan anak untuk berempati seperti melalui kegiatan bermain bersama teman di lingkungan rumah hingga mengikutsertakan berbagai aksi sosial. Tujuannya agar anak dapat menumbuhkan rasa empati, sehingga mampu memahami perasaaan orang lain serta dirinya sendiri," kata Kantiana.
Selain stimulasi yang baik menggunakan cara-cara sederhana yang dilakukan bersama orangtua. Perlu Mama ketahui bahwa empati begitu penting dalam hubungan antarmanusia.
Jika seseorang memahami emosi orang lain dan bisa menempatkan diri pada sudut pandang orang lain, maka biasanya orang ini akan menjadi lebih ramah terhadap orang lain. Keterampilan si Kecil dalam mengelola empati ini juga terkait erat dengan kecerdasan emosionalnya nih, Ma.
Baca juga: 7 Cara Menyenangkan Menstimulasi Motorik Kasar pada si Kecil