Sebelum Dilabeli Anak 'Nakal', 5 Kondisi Psikologis Ini Perlu Dipahami
Kenali beberapa kondisi psikologis ini sedari sekarang yuk, Ma!
19 Agustus 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Perkembangan dan karakter setiap anak tentu berbeda-beda, sehingga tidak bisa disamaratakan begitu saja. Seringkali anak memperlihatkan perilaku unik dan berbeda dari anak lain.
Mungkin Mama sebagai orangtua seringkali merasakan kalau anak-anak di rumah lebih mudah menangis, tidak bisa diam, sering berbicara, terlalu aktif atau menggigit barang tertentu. Kondisi inilah yang mudah sekali seseorang melabeli anak memiliki karakter nakal.
Sebelum melabeli anak sebagai pribadi yang anak dan sulit sekali diatur, Mama sebagai orangtua perlu mengetahui beberapa kondisi psikologis sebagai pemicunya.
Untuk mengetahui lebih detail sekaligus merubah cara pandang Mama terhadap si Kecil, kali ini Popmama.com telah mewawancarai Psikolog Alexandra Gabriella A., M.Psi, C.Ht secara eksklusif.
Penasaran apa saja pemicu si Kecil seolah terlihat sebagai pribadi yang nakal? Disimak yuk, Ma!
1. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
Ma, sudah tahu mengenai kondisi anak yang mengalami Attention Deficit Hyperactivy Disorder (ADHD) belum nih? Kondisi perilaku anak yang terlihat sangat hiperaktif, impulsif hingga mengalami kesulitan untuk fokus seringkali membuat anak-anak dilabeli sebagai seseorang nakal atau sulit diatur.
"Kondisi anak-anak yang mengalami ADHD seringkali ditandai dengan adanya ciri tidak bisa diam dan tidak dapat fokus hampir di semua aspek. Namun, untuk beberapa kondisi si Kecil dengan ADHD masih bisa fokus seperti saat sedang menonton, menyusun puzzle atau bermain," ucap Alexandra Gabriella.
Untuk mengetahui si Kecil memiliki perilaku ADHD atau tidak, Mama perlu mengetahui ciri-cirinya seperti:
- Tidak kenal rasa lelah karena selalu bergerak dan beraktivitas.
- Terlalu banyak bergerak, sehingga sulit sekali untuk berkonstrasi.
- Terlihat tidak mendengarkan instruksi atau kurang memperhatikan.
- Cenderung lebih sering melamun dan mengantuk daripada anak yang lain.
- Cenderung perhatiannya mudah sekali teralihkan dan cukup sensitif terhadap gangguan di sekitarnya.
Selain itu, Mama perlu mengetahui beberapa tipe-tipe ADHD karena ada ciri khas tersendiri seperti:
- ADHD dengan tipe hiperaktif memiliki gejala yang terlalu banyak bergerak, tidak mudah kenal lelah dan lebih menonjol dari yang lain.
- ADHD dengan tipe impulsif memiliki gejala sering ketinggalan barang, selalu ingin bergerak-gerak kecil, sehingga saat duduk dirinya seolah tidak bisa diam.
- ADHD dengan tipe inattentive memiliki gejala yang sering sekali gagal fokus. Kondisi ini membuat anak cenderung pasif dengan respon yang lambat dan selalu terlihat sedang melamun.
- ADHD dengan kombinasi tipe hiperaktif, impulsif dan inattentive memiliki gejala dengan berbagai gangguan. Anak menjadi sulit untuk berkonsentrasi hingga sulit mengendalikan emosi.
Baca juga: 5 Tanda Anak Mengalami ADHD yang Sulit Terdeteksi
Editors' Pick
2. Autistic Spectrum Disorder (ASD)
"Gangguan ini ditandai dengan perilaku sosial yang pasif, unik dan stereotip. Seringkali dianggap nakal karena terlihat acuh, tidak peduli dengan sekitar, suka berteriak-teriak atau berbicara suatu kata yang tidak bermakna secara berulang-ulang. Tak jarang, dirinya memperlihatkan perilaku seperti sedang marah-marah," ucap Alexandra Gabriella.
Sebelum melabeli si Kecil sebagai sosok yang nakal, Mama perlu mengetahui beberapa ciri dari gejala ASD seperti:
- Memiliki kemampuan komunikasi yang terhambat, namun ada beberapa anak dengan gejala ASD memiliki bahasa yang baik. Anak dengan perilaku ASD seringkali ditandai dengan adanya pengucapan kata-kata yang mengulang atau terkesan tidak bermakna. Bahkan beberapa anak terkesan pendiam atau saat cara berbicaranya terkesan terlalu baku.
- Memiliki kemampuan sosial yang berbeda-beda seperti terkesan sangat pasif atau bahkan sangat aktif, sehingga seringkali dianggap menganggu orang lain.
- Adanya perilaku repetitif dan obsesif, seperti memiliki kebiasaan yang sudah terjadwal. Si Kecil pun menyukai sesuatu berulang atau terkesan berputar-putar dalam waktu yang sangat lama serta memiliki kegelisahan bahkan marah saat jadwal atau perilaku repetitif mereka terganggu.
- Memperlihatkan gerakan-gerakan stereotip yang berbeda, tidak bermakna dan berulang-ulang. Contohnya seperti tepuk tangan, mengangkat-angkat tangan atau bahkan gerakan-gerakan aneh yang tidak terlihat pada anak-anak lain.
- Hiposensitif dan/atau hiposensitif sensorik. Perlu diketahui bahwa mereka bisa menjadi sangat tidak peka terhadap rasa sakit atau justru sangat peka pada suara dan sebuah sentuhan. Hal ini seringkali memicu tantrum karena mereka seolah tidak bisa menjelaskan apa yang dirasakannya.
Selain itu, Mama pun perlu mengetahui bahwa tipe-tipe ASD dibagi mulai dari level 1 sampai 3. Perlu Mama ketahui bahwa pembagian level ini difokuskan pada kemandirian anak dan seberapa besar dirinya intensif membutuhkan pengawasan.
Anak-anak dengan perilaku ASD juga memiliki ciri body rocking seperti seringkali menggoyang-goyangkan tubuh untuk menyenangkan diri sendiri.
Bahkan perilaku ini juga dapat menyakitnya seperti tindakan membentur-benturkan kepala atau bagian tubuh, hanya dengan tujuan untuk menyenangkan hati.
3. Sensory Processing Disorder
"Saat anak dilabeli sebagai pribadi yang nakal, tak jarang memiliki perilaku sensory processing disorder. Gejalanya mirip dengan ADHD dan ASD, sehingga anak kurang fokus terhadap hal apapun," kata Alexandra Gabriella.
Perlu Mama ketahui bahwa anak dengan perilaku sensory processing disorder terkesan tidak bisa diam, suka berteriak hingga sering menyentuh atau menggigit sebuah barang. Beberapa gejala sensory processing disorder yang harus diketahui seperti:
- Adanya masalah pada respon penerimaan panca indera kita. Hiposensitif ditunjukkan dengan kurangnya kepekaan terhadap rasa sakit, suara, indera pengecap. Bahkan si Kecil terkesan hipersensitif, sehingga terlalu sensitif terhadap rasa panas, teksture tertentu, suara tertentu bahkan keramaian.
- Koordinasi motorik kasar yang tidak seimbang, sehingga dirinya harus berpegangan setiap menaiki tangga atau tidak dapat berjalan lurus tanpa pegangan.
- Sering menabrak suatu benda di sekitarnya secara sengaja atau tidak sengaja.
- Sulit bertahan lama dalam sebuah permainan atau pembicaraan.
- Merasa gelisah, sehingga dirinya berusaha memperlihatkan kekesalannya dengan sebuah teriakan.
Perlu diketahui bahwa diagnosa perilaku sensory processing disorder yang terjadi pada anak-anak ini tergantung pada tingkat keparahan gejalanya.
4. Separation Anxiety Disorder (SAD)
Separation anxiety disorder adalah sebuah gangguan kecemasan yang dapat terjadi saat si Kecil merasakan kecemasan secara berlebih.
"SAD muncul dengan memperlihatkan perilaku marah serta rasa gelisah melalui sebuah teriakan atau berlari-lari. Anak-anak dengan perilaku ini dapat terjadi ketika dirinya mengalami rasa cemas ketika berpisah dari orang-orang terdekatnya, seperti orangtua atau pengasuh," kata Alexandra Gabriella.
Rasa kecemasan dengan memperlihatkan sebuah tangisan inilah yang dapat membuat orangtua sering melabeli anaknya memiliki karakter nakal. Berikut beberapa gejala dari SAD yang perlu diketahui, seperti:
- Sering sekali gelisah secara berlebihan ketika berada di tempat baru atau ketika terpisah dari orang-orang yang terdekat.
- Menunjukkan perilaku yang terlalu melekat kepada orang-orang terdekatnya, bahkan seperti harus selalu dekat. Kondisi anak yang seperti ini seringkali membuat orangtua atau pengaruh menjadi sulit melakukan kegiatan lain.
- Menunjukkan ekspresi emosi yang sangat ekstrim ketika terpisah dari orang terdekatnya, seperti ketakutan, menangis, mengamuk atau sering berteriak-teriak.
- Mengalami beberapa gejala fisik setiap kali dirinya ingin berpisah dengan orang terdekat antara lain sakit kepala, sakit perut atau asma yang tiba-tiba kambuh secara mendadak.
5. Gifted Child (GC)
Gifted child seringkali dijuluki sebagai anak yang jenius dan mampu merujuk dari pendapat para ahli. "Anak-anak yang tergolong gifted seringkali pula menunjukkan perilaku yang mirip dengan ADHD. Namun, ini dapat dibedakan dengan skor IQ anak-anak GC yang lebih dari 130 ke atas," ucap kata Alexandra Gabriella.
Perlu Mama ketahui bahwa beberapa gejala dari gifted child perlu diketahui sedari dini, seperti:
- Mudah bosan karena selalu cepat mengerti pelajaran. Anak-anak pun dapat menolak untuk mengulang pelajaran yang diberikan, sehingga terkesan tidak terlalu menyukai kegiatan yang monoton.
- Selalu banyak bertanya, kritis bahkan membantah bila ada informasi yang dikatakan tidak sesuai dengan penalarannya.
- Memilih tugas yang dirasa menarik untuk dikerjakan. Bahkan dirinya bisa mengembangkan cara serta pemikirannya sendiri dalam mengerjakan tugas-tugas tersebut di luar teori atau contoh yang diberikan.
- Mampu belajar dengan caranya sendiri dengan memiliki pemikiran yang orisinil, sehingga si Kecil cukup mampu menjelaskan pemikirannya dengan bahasa serta kosakata yang lebih dari anak-anak seusianya.
- Sensitif dan mudah terdistraksi. Dirinya sering kurang fokus, sehingga mudah marah ketika merasa lingkungannya berisik atau mudah terganggu oleh kegiatan teman-temannya. -Berani mengungkapkan pendapat dan pemikirannya bahkan cenderung menjadi sulit mengontrol emosinya ketika ada hal yang tidak sesuai dengan pemikirannya.
Penentuan anak Gifted dilakukan dengan pengukuran IQ serta kemampuan kognitif anak.
Itulah beberapa kondisi psikologis yang perlu dipahami oleh para orangtua, sehingga tidak langsung melabeli anak sebagai pribadi yang nakal. Bila kondisi ini sulit ditangani dengan baik di rumah, ada baiknya untuk meminta tolong ke profesional seperti bantuan psikolog anak.
Semoga informasi ini bisa berguna ya, Ma!
Baca juga:
- Waspada! Gangguan Psikologis Jika Si Kecil Sering Mencabuti Rambut
- Begini Cara Mengatasi Ketakutan Anak Terhadap Badut