Cara Agar Anak Tidak Mudah Terbawa Arus dan Jadi Diri Sendiri
Semua dimulai dari lingkungan terdekat, yaitu keluarga
2 April 2025

Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Seiring bertambahnya usia anak, ruang bermain dan bersosialisasinya akan semakin membesar. Makin lama, orangtua akan makin sulit mengontrol pergaulan si Kecil. Pondasi yang kuat sangat dibutuhkan agar anak stay authentic dan tidak mudah terbawa pergaulan yang salah.
Selain jadi lebih aware dengan gerak-gerik si Kecil, orangtua sangat dianjurkan menerapkan value kehidupan dan mengajak si Kecil bercerita dengan pendekatan yang sesuai. Mengenal lingkungan si Kecil saat ia beranjak dewasa menjadi sebuah kewajiban tidak tertulis, agar orangtua bisa mengetahui bagaimana pergaulan anak di luar rumah.
Popmama.comtelah merangkum beberapa cara agar anak tidak mudah terbawa arus, dan tetap jadi dirinya sendiri dalam artikel ini. Baca sampai akhir, ya!
1. Menanamkan nilai dan prinsip hidup yang kuat sejak dini
Benar dan salah adalah sesuatu yang mutlak, namun rasa ingin tahu dan sifat kritis seorang anak membuat mereka membutuhkan alasan di balik terjadinya sesuatu. Saat mereka meminta alasan akan suatu hal, orangtua harus bisa memberikan jawabannya, begitupun sebaliknya.
Adanya alasan yang harus dibawa dalam meyakini benar dan salah membuat diskusi di ruang keluarga akan hidup, serta orangtua maupun anak akan sama-sama belajar serta mengetahui sudut pandang masing-masing. Berusahalah untuk menghilangkan area abu-abu seperti “katanya sih, gitu.” dalam perbincangan dan hidupkan ruang diskusi dalam keluarga.
Editors' Pick
2. Ajarkan anak berpikir kritis
Untuk yang satu ini, bisa dianggap gampang-gampang susah ya Ma, untuk mengajarkan anak berpikir kritis.
Bagi yang baru akan memulai, orangtua bisa mulai melatih anak berpikir kritis dengan melatih anak mempertanyakan banyak hal dari sebuah peristiwa, seperti:
“apa alasan di balik semua ini?”
“menurutmu, apa yang akan terjadi selanjutnya?”
“jika ini terjadi, apa dampak yang akan kamu rasakan?” dan sebagainya. Semakin banyak ragam pertanyaan yang diterima, akan semakin besar peluang si Kecil berpikir kritis.