5 Alasan Orangtua Tidak Boleh Membentak Ketika Anak Berulah
Hati-hati, membentak anak bisa menimbulkan dampak yang berkepanjangan
27 Januari 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Menjadi orangtua memang tugas yang tidak mudah bagi para Mama dan Papa. Sebagai orangtua, sebagian dari Mama mungkin merasa kewalahan harus mengurus anak yang masih kecil. Belum lagi jika mereka sulit sekali untuk diberi tahu.
Ketika emosi sedang tinggi, alhasil Mama jadi gampang marah dan suka membentak serta berteriak saat anak mulai berulah.
Walaupun memang tidak mudah untuk menahan emosi, nyatanya Mama harus menghentikan kebiasaan ini sebelum terlambat, lho. Karena dengan membentak, ini tak akan membuat anak menjadi lebih penurut.
Selain itu, ada alasan lainnya.
Berikut Popmama.com telah merangkum beberapa alasan orangtua tidak boleh membentak anak meski sedang berulah. Yuk simak, Ma!
1. Membentak anak membuatnya semakin sulit untuk diatur dan dinasehati
Perlu diingat bahwa tidak ada anak kecil yang terlahir nakal, seringkali orangtua mengatakan anak 'nakal' karena belum tahu apa penyebabnya anak berulah. Salah satu penyebab yang paling umum adalah mencari perhatian.
Ketika anak berulah demi mendapatkan perhatian, hal pertama yang perlu Mama lakukan adalah tetap bersikap tenang. Bersikap tenang dan coba untuk tetap bersabar, dapat membantu Mama agar tidak mudah terbawa emosi.
Membentak anak saat mencoba mencari perhatian, hanya akan membuat suasana hatinya menjadi buruk. Bahkan tak jarang membuatnya semakin sulit untuk diatur dan dinasehati.
Ketika anak melihat Mama tenang, ia akan ikut tenang. Dan inilah waktu yang tepat bagi Mama untuk memberi tahu secara lembut bahwa ada banyak cara yang bisa ia lakukan untuk mendapatkan perhatian dari Mama
Editors' Pick
2. Membuat Mama semakin terpancing emosi
Dengan membentak dan berteriak, masalah ataupun kenakalan anak mungkin akan hilang dalam waktu sebentar, namun belum tentu dalam jangka panjang. Karena tak menutup kemungkinan si Kecil akan sulit memahami kata-kata yang disampaikan Mama saat marah-marah.
Bukan mengatasi masalah, seringkali ini membuat Mama semakin terpancing emosi. Sehingga, apapun yang kemudian dilakukan anak jadi semakin terlihat salah dan bentakan kita jadi semakin kasar.
Untuk itu, saat anak berulah, penting untuk tidak memberikan respon apapun di depannya, kecuali jika anak akan berusaha menyakiti atau merusak. Ketika Mama tidak merespon apapun, anak secara naluri akan sadar bahwa orangtuanya tengah marah.
3. Membentak bukan cara yang efektif untuk mengatasi anak yang berulah
Seperti yang disebutkan di atas, membentak anak merupakan cara yang kurang efektif untuk mengatasi balita yang suka berulah. Karena bentakan dan teriakan akan masuk lewat telinga kanan dan keluar di kiri.
Alih-alih berteriak dan membentak, Mama dapat menggunakan metode lain seperti berbisik. Namun tentunya Mama dan anak harus tenang terlebih dahulu agar bisa berkomunikasi lebih mudah dan efektif.
Dengan saling mendengarkan satu sama lain, si Kecil tentu akan lebih fokus pada Mama dan memahami setiap perkataan dengan jelas.
4. Tidak mengajarkan anak cara mengungkapkan perasaan dengan benar
Bukan rahasia umum lagi jika anak-anak terutama balita, dapat menyerap seperti spons. Ia bisa mengikuti apapun yang dilakukan dan diucapkan oleh orangtuanya.
Sehingga, jika Mama ingin anak mengurangi kebiasaan berulahnya, penting untuk mengajarkannya tentang bagaimana mengungkapkan perasaan dengan benar. Tentunya tanpa harus berteriak, memukul, menendang.
Misalnya ketika merasa marah, tunjukkan bagaimana cara Mama untuk mengelola kemarahan ini, seperti menarik napas atau melihat gambar-gambar yang menyenangkan.
Dengan memberikan teladan ini, balita akan belajar bahwa ada cara yang bisa diterima untuk mengungkapkan perasaan tanpa harus berulah.
5. Bisa menimbulkan trauma berkepanjangan pada anak
Apapun bentakan yang keluar saat Mama marah, tentunya biasanya berisi kata-kata merendahkan atau meremehkan. Meski cuma sesekali, perkataan dan perilaku orangtua bisa menempel di otak dan teringat selamanya di pikran anak lho.
Dilansir dari National Alliance on Mental Illness, sering membentak anak, dapat mengubah pikiran, otak, dan tubuh dalam banyak cara. Termasuk meningkatkan aktivitas amigdala (otak emosional), meningkatkan hormon stres dalam aliran darah, meningkatkan ketegangan otot, dan banyak lagi.
Membentak anak-anak mengubah cara mereka berpikir dan merasa tentang dirinya sendiri, bahkan setelah ia menjadi dewasa. Ini karena otak terhubung sesuai dengan pengalamannya seperti mendengar suara orangtua yang membentak, bahkan ketika orangtuanya tidak ada di sana.
Ketika rasa takut berulang kali dipicu oleh lingkungan yang keras, seperti lingkungan yang banyak berteriak, otomatis terjadi reaksi fisik dan emosional yang menyebabkan stres traumatis pada anak.
Nah itulah lima alasan orangtua tak boleh membentak ketika anak berulah. Meskipun anak berulah, ingatlah ada cara yang lebih efektif dan minim risiko dalam mendidik anak. Walaupun sulit, penting untuk tetap tenang.
Karena anak-anak melakukan lebih baik ketika mereka tenang. Semakin terhubung dengan orangtua, maka anak akan semakin tenang dan aman. Dan tentunya ini semakin sehat untuk otak dan tubuh anak.
Baca juga:
- 5 Tips Dasar Mendisiplinkan Anak Balita dengan Efektif dan Ampuh
- 8 Kalimat yang Boleh Diucapkan saat Mendisiplinkan Anak
- Alasan Mengapa Balita Alami Tantrum dan Cara Mengatasinya