Apa yang Harus Mama Lakukan bila Anak Tiba-tiba Mau Punya Adik?
Coba cari tahu apa alasan yang membuat anak tiba-tiba mau punya adik
14 April 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
"Ma, aku mau punya adik"
"Kapan aku punya adik?"
"Aku ingin punya adik biar nggak main sendiri"
Pernahkah Mama mendengar permintaan itu? Yup itu adalah komentar yang sangat biasa, terutama ketika mama memiliki anak tunggal yang tidak ada teman dekat atau saudara sepupu yang tinggal berdekatan.
Saat Mama berbicara dengan balita tentang jumlah anggota keluarga, penting untuk menangani percakapan ini tanpa membebani Mama dan anak secara emosional. Karena bagaimana pun juga, dengan perasaan diri sendiri juga penting.
Untuk membantu Mama menanggapinya, berikut ini Popmama.com telah merangkum apa yang harus Mama lakukan, apabila anak tiba-tiba mau punya adik.
Yuk simak!
1. Jangan merasa bersalah
Meskipun lebih mudah diucapkan daripada dilakukan, jangan merasa bersalah. Jumlah anggota keluarga adalah pilihan Mama dan pasangan.
Mama mungkin memiliki alasan yang baik untuk menentukan berapa jumlah anggota keluarga atau merasa bahwa sudah seperti keluarga yang lengkap. Ini juga yang membuat Mama tidak berkewajiban memberikan anak saudara kandung atau merasa seperti seharusnya.
“Seorang anak, dengan atau tanpa saudara kandung, lebih mungkin merasa puas jika orangtuanya merasa nyaman dan bahagia dengan jumlah anggota keluarga mereka,” kata Dr. Susan Newman, seorang psikolog sosial yang berspesialisasi dalam dinamika keluarga, yang dilansir dari Only Child World.
Sehingga cobalah untuk melepaskan perasaan bersalah yang terpendam sebelum berbicara dengan si Kecil.
2. Pahami perasaan anak
Hal seanjutnya yang perlu dilakukan adalah mencari tahu mengapa balita tiba-tiba meminta saudara kandung.
Sebenarnya, anak tidak tiba-tiba meminta saudara kandung. Mungkin ia sebelumnya pernah merasa iri dengan temannya yang memiliki keluarga besar, atau mungkin anak merasa ditinggalkan, kesepian, atau diabaikan.
Sehingga mulailah dengan bertanya kepada si Kecil. Jenis diskusi ini dapat mengungkapkan masalah yang lebih dalam, yang perlu Mama selesaikan bersama.
Dengan bertanya kepada anak, Mama juga dapat menemukan aspek-aspek apa yang dibutuhkan anak dari Mama dan Papanya.
Ini bisa menjadi kesempatan bagi keluarga untuk berhubungan kembali atau mencoba aktivitas baru bersama.